Selama ini Indonesia mengabaikan pangsa pasar non-tradisional. Padahal pasar ekspor tradisional sudah jenuh, mestinya segera melebarkan sayap untuk menciptakan pasar baru. Seperti di Asia Selatan, Timur Tengah dan Afrika. Negara-negara di dunia telah menyusun agenda perdagangan dan investasi lebih agresif. Serta didukung oleh SDM investasi dan perdagangan yang memiliki pengalaman dan keahlian global.
Hal diatas sebetulnya sudah menjadi rekomendasi oleh G20 yang mendorong anggotanya melakukan penguatan kerjasama, terutama dengan negara-negara di Afrika melalui program Compact with Africa. Program tersebut bertujuan meningkatkan perdagangan dan investasi dari swasta.
Sayangnya Indonesia kurang merespon secara cepat dan tepat program tersebut. Indonesia perlu membentuk skunk works perdagangan dan investasi yang mampu melakukan terobosan ekspor. Termasuk menerobos ke negara-negara Afrika yang notabene adalah pasar baru atau non tradisional.
Perlu mencermati lagi hasil pembahasan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 di kota Baden, Jerman. Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani pernah menyatakan dukungan Indonesia untuk terlaksananya program Compact with Africa. Dan mendorong keterlibatan lebih besar sektor swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia untuk memanfaatkan program ini sebagai kesempatan memperluas investasi dan perdagangan ke benua Afrika.
Aspek perdagangan dan investasi ke Afrika bisa diperankan dengan baik oleh diaspora. Apalagi diaspora dari negara Afrika di Indonesia cukup banyak. Begitu pula sebaliknya. Dalam era globalisasi eksistensi diaspora sangat penting karena menjadi katalisator ekonomi dunia.
Selama ini kerja sama, perdagangan dan investasi dari luar negeri kerap mengalami hambatan koordinasi, birokrasi, dan masalah inovasi. Untuk melakukan ekspor atau mendatangkan investor tidak cukup hanya dengan mengatasi hambatan birokrasi dan perizinan. Perlu pendekatan nilai dan laporan hasil riset yang menekankan kepada keunggulan komoditas ekspor nasional untuk menerobos pasar baru.
Dibutuhkan sejumlah Skunk Work yang memiliki kemampuan untuk menciptakan pasar ekspor baru dan memahami konsep value investment diberbagai negara. Pakar investasi gobal Benjamin Graham yang juga dijuluki sebagai bapak value investing menyatakan bahwa investasi membutuhkan analisis yang komprehensif terkait dengan rasio investasi, metodologi valuasi serta mencari nilai untuk menjustifikasi spekulasi. Para Skunk Works harus mampu mengeksplorasi beragam jenis metode valuasi investasi untuk menangkap peluang ekspor dan investasi.
Sebagai tim,para Skunk Works juga harus mampu melakukan diplomasi ekonomi dan perlu koordinasi antar institusi terkait dan identifikasi perluasan pasar ke wilayah non-tradisional atau pasar baru.
Skunk works sebaiknya juga direkrut dari para diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai belahan bumi. Diaspora Indonesia adalah para pecinta keindonesiaan di negara manapun. Diaspora tidak hanya dari WNI, tetapi juga bisa berasal dari orang-orang yang pernah tinggal di Indonesia, baik diplomat atau para mahasiswa atau pekerja yang pernah bekerja di Indonesia. Termasuk juga para peneliti atau ilmuwan yang tetap ada di negara mereka, tapi punya hubungan baik dengan KBRI setempat. (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H