Oleh sebab itu setiap daerah harus terus mengembangkan kapasitas iptek dan inovasi daerah. Khususnya dengan mencetak SDM terbarukan yang memiliki kompetensi dan gigih berinovasi di berbagai bidang. Tidak jarang proses inovasi sangat terkait dengan perkembangan global. Oleh sebab itu perlu juga mencetak SDM terbarukan dengan mengirimkan pemuda daerah untuk kuliah ke luar negeri guna mendukung penguasaan iptek dan kapasitas inovasi.
Proses inovasi bisa berupa teknologi tepat guna yang berbasis sumber daya lokal. Tetapi juga bisa terkait dengan teknologi tinggi atau hi-tech yang berkembang di luar negeri.Â
Beberapa inovasi teknologi yang berhasil memenangkan Budhipura tergolong teknologi tepat guna. Yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas hasil panen masyarakat. Teknologi tepat guna itu sangat bermanfaat karena mampu melipatgandakan produktivitas dan mendongkrak penghasilan masyarakat luas.
Presiden Jokowi mengingatkan kepada semua pihak agar menyiapkan SDM usia produktif dengan baik. Oleh sebab itu perlu menyiapkan sebanyak mungkin SDM terbarukan. Baik SDM yang menggeluti hi-tech atau teknologi canggih maupun teknologi tepat guna yang sangat dibutuhkan oleh usaha rakyat. Untuk mencetak dua kategori SDM teknologi tersebut dibutuhkan program yang progresif dan luar biasa.
Presiden Joko Widodo memilih Laksana Tri Handoko sebagai Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) karena sosok ini sejak usia belia sudah berkecimpung dalam dunia ilmiah remaja. Setelah malang melintang sebagai peneliti remaja, LT Handoko mendapat beasiswa dari Menteri Ristek B.J. Habibie lewat program OFP IV untuk melanjutkan studi di Universitas Kumamoto Jepang. Kemudian meraih gelar Master hingga Doktor di Universitas Hiroshima Jepang dalam bidang fisika.
Sebagai catatan dasar hukum pembentukan BRIN adalah UU nomor 11 tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek) sebagaimana telah diubah dalam UU nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Dari segi struktur, BRIN diproyeksikan menjadi satu-satunya lembaga yang melakukan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan di pemerintah.
Kepala BRIN yang pertama ini diharapkan mampu menjaga warisan Presiden ketiga RI B.J. Habibie. Baik yang berbentuk lembaga ristek, wahana industri, maupun yang berbentuk pemikiran terkait transformasi teknologi dan industri. Sejarah telah mencatat perjuangan yang luar biasa dari B.J. Habibie agar bangsa Indonesia pandai mencari terobosan guna meningkatkan nilai tambah produk nasional.
BRIN perlu mewarisi spirit B.J. Habibie yang menekankan perlunya langkah cepat untuk mendorong Industri dengan produk yang memiliki nilai tambah besar saat dijual ke pasaran. Salah satu cara agar produk tersebut bisa memiliki nilai tambah yang signifikan adalah dengan memanfaatkan teknologi yang tepat.
Pada prinsipnya BRIN dibentuk untuk menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, penerapan (Litbang Kirap) serta invensi dan inovasi nasional. BRIN memiliki peran mewujudkan sistem dimana riset itu saling terintegrasi. Selama ini ada begitu banyak badan riset, namun semuanya jalan masing-masing. Belum ada yang menjadi integrator dari hulu ke hilir.
Kini inovasi menjadi faktor yang penting untuk mendongkrak kinerja ekspor dan investasi. Faktor inovasi adalah jawaban atas paradoks, mengapa kapasitas dan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia jauh lebih besar, namun kinerja ekspor dan nilai investasi masih kalah dengan negara tetangga.Â
Volume ekspor Indonesia sebagian besar dari sektor industri pengolahan yang bernilai tambah kecil karena kurang inovatif. Celakanya, industri pengolahan banyak memakai bahan baku impor.