Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Romantisme Hubungan Indonesia-Prancis

27 Juli 2024   12:14 Diperbarui: 27 Juli 2024   12:20 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden terpilih Prabowo bersama KADIN berkunjung ke Prancis ( sumber : KADIN via Kompas.com)

Romantisme Hubungan Indonesia-Prancis

Prancis sedang menjadi perhatian dunia. Tahun 2024 menandakan 74 tahun usia hubungan bilateral antara Indonesia dengan Prancis. Hubungan bilateral itu terjalin dengan baik sejak bulan September 1950.

Bertepatan dengan penyelenggaraan Olimpiade 2024, Presiden terpilih Prabowo Subianto melangkah ke Prancis demi jalinan kerja sama di berbagai sektor. Kerja sama dimaksud juga terlihat dari sejumlah kegiatan dialog dan saling-kunjung antar pejabat kedua negara, baik dalam kerangka bilateral maupun multilateral, serta saling-dukung dalam berbagai pencalonan/kandidasi pada organisasi internasional.

Romantisme hubungan Indonesia-Prancis terus tumbuh bagaikan romantisme kota Paris yang paling tersohor di seantero jagat. Berdasarkan data riset yang dilakukan Bounce Paris merupakan kota di dunia yang paling romantis. Berdasarkan hasil riset tersebut, tak heran Paris di Prancis memimpin posisi pertama jajaran kota paling romantis di dunia dengan skor 8,87. Hal itu lantaran seni renaisans dan arsitektur unik di Paris menarik pasangan dari seluruh dunia. Romantisme Paris terasa karena arsitekturnya yang indah, karena perpaduan dari banyak gaya arsitektur.Menara Eiffel yang ikonik adalah simbol kota Paris dan melambangkan cinta.

Dalam usia 74 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Prancis, untuk bidang pendidikan hubungan tersebut cukup signifikan. Dalam bidang pendidikan, Prancis-Indonesia membentuk forum kerja sama Joint Working Group (JWG), yang meliputi antara lain: program Double Degree program di Strata Magister (S2) dan program Joint Supervision pada Strata Doktor (S3) yang dibiayai bersama. Sementara itu, kerja sama pendidikan sekolah kejuruan (vocational secondary education) terjalin melalui sejumlah program pemagangan di Prancis (apprenticeship programs) oleh beberapa guru sekolah kejuruan.

Selama ini di sektor perdagangan, tercatat ekspor utama Indonesia ke Prancis adalah: mesin dan alat listrik, minyak dan lemak, sepatu, karet dan produk karet, kopi, teh dan bumbu, furniture, produk pakaian dan aksesoris, minyak esensial, alat musik, serta produk perikanan.

Sementara impor Indonesia dari Prancis utamanya adalah: mesin, produk susu, mobil, pesawat terbang dan komponen spare parts, obat-obatan, mesin elektrik dan komponen, bahan kimia organik, ekstrak resinoid untuk parfum dan kosmetik, pakan ternak, optik, plastik dan produk plastik, kimia, serat kayu (pulp wood), dan makanan olahan.

Menjelang pembukaan Olimpiade 2024, Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, didampingi oleh Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia Anindya N. Bakrie, mengadakan pertemuan dengan para pimpinan perusahaan besar di Prancis yang berada di bawah naungan Kadin Prancis. Pertemuan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk memperkuat hubungan ekonomi antara Indonesia dan Prancis.

Dalam kesempatan tersebut Prabowo menekankan pentingnya meningkatkan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan antara kedua negara, mengingat potensi besar yang dimiliki oleh Indonesia dan Prancis.

Pernyataan Prabowo tersebut sejalan dengan pembicaraan sebelumnya antara dirinya dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, di Istana lyse, Paris, yang juga menekankan perlunya memperkuat hubungan bilateral dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi dan pertahanan.

Indonesia dan Prancis selama ini telah bekerjasama di bidang pertahanan dalam berbagai aspek, khususnya modernisasi alutsista, industri pertahanan, pendidikan dan latihan, serta forum dialog.

Indonesia telah memesan 42 unit jet tempur Rafale buatan pabrik Dassault Aviation dari Prancis. Pihak Kementerian Pertahanan RI diwakili Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemenhan Marsda Yusuf Jauhari melakukan penandatanganan pembelian pesawat tempur tersebut dengan perwakilan Dassault Aviation.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bersama Menteri Pertahanan Perancis Florence Farly telah menyaksikan penandatangan kontrak tersebut. Skema pembelian Rafale sebaiknya terkait dengan peningkatan kerjasama kedua negara utamanya terkait dengan penerapan skema offset dan transfer of technology (ToT) untuk SDM Indonesia.

Kemitraan strategis Indonesia-Prancis mengalami kemajuan yang cukup pesat. Indonesia ingin terus mengembangkan kerja sama dengan Prancis di berbagai aspek pertahanan termasuk dalam memperkuat Alutsista TNI dan memajukan kapasitas industri pertahanan Indonesia.

Kerjasama sektor pertahanan antara kedua negara sebaiknya mengkait seluas-luasnya pengembangan SDM Iptek yang selama ini telah terjalin namun belum optimal. Perlu kejelian untuk mengambil manfaat kerjasama. Sehingga tidak lagi terjadi defisit transaksi perdagangan kedua negara selama 3 tahun terakhir hingga mencapai sekitar hingga 400 juta dollar AS. Defisit tersebut disebabkan karena Indonesia mengimpor berbagai jenis pesawat terbang dan infrastruktur pendukungnya dari Prancis.

Beberapa tahun yang lalu publik sempat tercengang oleh pengumuman raksasa industri penerbangan Airbus yang mendapat pesanan dari salah satu maskapai Indonesia sebanyak 234 unit pesawat terbang. Kontrak yang ditandatangani di Istana Elysee merupakan pemecah rekor. Nilai kontrak yang mencapai 18,4 miliar euro atau sekitar 230 triliun rupiah merupakan order terbanyak yang pernah diterima sepanjang sejarah Airbus.

Kontrak diatas menjadi leverage bagi Airbus dan juga Prancis untuk mengatasi kelesuan ekonomi di kawasan Eropa. Mengingat pentingnya kontrak tersebut sampai-sampai waktu itu dihadiri langsung oleh Presiden Prancis Francois Hollande .

Perjanjian kontrak pengadaan sebaiknya menekankan transfer of technology (ToT) dengan mengirimkan SDM untuk belajar dan magang di luar negeri.

Saatnya pemerintah Indonesia merumuskan sistem offset dan ToT terkait dengan pembelian pesawat tempur dan produk teknologi canggih lainnya. Perlu meneliti seluruh dokumen pengadaan yang menyangkut dokumen teknis, sertifikasi, potensi offset dan ToT maupun skema pembiayaan.

Sederet belanja yang mengandung teknologi canggih sebaiknya disertai dengan sistem offset. Apalagi produk yang dibeli terkandung masalah klasik, yakni sulitnya optimasi penggunaan dan perawatan yang membutuhkan biaya dan daya dukung SDM teknologi yang mumpuni.

Kerjasama SDM Iptek antara Indonesia-Prancis perlu diperluas. Banyak warga negara Indonesia yang berkarya di Prancis dan mendapat posisi strategis disana sebagai ilmuwan berkelas dunia. Beberapa diantaranya menjadi profesor tamu dan peneliti di ENSICA Toulouse.

Kerja sama SDM Iptek Indonesia-Prancis sebaiknya diperkuat dengan task force untuk mengelola sistem offset. Definisi Offset secara umum dapat diartikan sebagai mekanisme timbal balik. Kalau kita membeli pesawat terbang senilai X dari negara lain, maka kita meminta timbal balik senilai Y dari nilai pembelian tersebut. Ketentuan, jenis dan nilai Y tersebut sebaiknya segera di detailkan.

Task force harus mampu menjalankan fungsi strategisnya yakni inventarisasi potensi yang bisa dikembangkan terkait offset. Kemudian menyusun data base yang akurat terkait perusahaan-perusahaan dalam negeri yang mampu menerima offset. Lalu melakukan monitoring dan pengawasan terhadap pelaksanaan offset serta mengatasi jika ada hambatan di lapangan.

Skema offset mencakup transfer teknologi, co-production atau produksi bersama di Indonesia untuk komponen dan struktur, serta fasilitas pemeliharaan dan perbaikan. Yang terdiri dari direct offset dan indirect offset. Direct offset merupakan kompensasi yang langsung berhubungan dengan kontrak pembelian.

Sedangkan indirect offset atau biasa disebut offset komersial biasanya berbentuk buyback, bantuan pemasaran/pembelian alutsista yang sudah diproduksi oleh negara berkembang tersebut, produksi lisensi, hingga transfer teknologi dengan mendidik SDM. (TS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun