Indonesia dan Prancis selama ini telah bekerjasama di bidang pertahanan dalam berbagai aspek, khususnya modernisasi alutsista, industri pertahanan, pendidikan dan latihan, serta forum dialog.
Indonesia telah memesan 42 unit jet tempur Rafale buatan pabrik Dassault Aviation dari Prancis. Pihak Kementerian Pertahanan RI diwakili Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemenhan Marsda Yusuf Jauhari melakukan penandatanganan pembelian pesawat tempur tersebut dengan perwakilan Dassault Aviation.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bersama Menteri Pertahanan Perancis Florence Farly telah menyaksikan penandatangan kontrak tersebut. Skema pembelian Rafale sebaiknya terkait dengan peningkatan kerjasama kedua negara utamanya terkait dengan penerapan skema offset dan transfer of technology (ToT) untuk SDM Indonesia.
Kemitraan strategis Indonesia-Prancis mengalami kemajuan yang cukup pesat. Indonesia ingin terus mengembangkan kerja sama dengan Prancis di berbagai aspek pertahanan termasuk dalam memperkuat Alutsista TNI dan memajukan kapasitas industri pertahanan Indonesia.
Kerjasama sektor pertahanan antara kedua negara sebaiknya mengkait seluas-luasnya pengembangan SDM Iptek yang selama ini telah terjalin namun belum optimal. Perlu kejelian untuk mengambil manfaat kerjasama. Sehingga tidak lagi terjadi defisit transaksi perdagangan kedua negara selama 3 tahun terakhir hingga mencapai sekitar hingga 400 juta dollar AS. Defisit tersebut disebabkan karena Indonesia mengimpor berbagai jenis pesawat terbang dan infrastruktur pendukungnya dari Prancis.
Beberapa tahun yang lalu publik sempat tercengang oleh pengumuman raksasa industri penerbangan Airbus yang mendapat pesanan dari salah satu maskapai Indonesia sebanyak 234 unit pesawat terbang. Kontrak yang ditandatangani di Istana Elysee merupakan pemecah rekor. Nilai kontrak yang mencapai 18,4 miliar euro atau sekitar 230 triliun rupiah merupakan order terbanyak yang pernah diterima sepanjang sejarah Airbus.
Kontrak diatas menjadi leverage bagi Airbus dan juga Prancis untuk mengatasi kelesuan ekonomi di kawasan Eropa. Mengingat pentingnya kontrak tersebut sampai-sampai waktu itu dihadiri langsung oleh Presiden Prancis Francois Hollande .
Perjanjian kontrak pengadaan sebaiknya menekankan transfer of technology (ToT) dengan mengirimkan SDM untuk belajar dan magang di luar negeri.
Saatnya pemerintah Indonesia merumuskan sistem offset dan ToT terkait dengan pembelian pesawat tempur dan produk teknologi canggih lainnya. Perlu meneliti seluruh dokumen pengadaan yang menyangkut dokumen teknis, sertifikasi, potensi offset dan ToT maupun skema pembiayaan.
Sederet belanja yang mengandung teknologi canggih sebaiknya disertai dengan sistem offset. Apalagi produk yang dibeli terkandung masalah klasik, yakni sulitnya optimasi penggunaan dan perawatan yang membutuhkan biaya dan daya dukung SDM teknologi yang mumpuni.
Kerjasama SDM Iptek antara Indonesia-Prancis perlu diperluas. Banyak warga negara Indonesia yang berkarya di Prancis dan mendapat posisi strategis disana sebagai ilmuwan berkelas dunia. Beberapa diantaranya menjadi profesor tamu dan peneliti di ENSICA Toulouse.