Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Gedung Pasar Kosambi Bandung Mangkrak, Adakah Solusi?

17 Juni 2024   11:04 Diperbarui: 17 Juni 2024   15:13 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sisi Kanan Bangunan Pasar Kosambi (dokpri/Totoksis ) 

Gedung Pasar Kosambi Bandung Mangkrak, Adakah Solusi ?

Walikota Bandung mendatang diharapkan memiliki solusi untuk menghidupkan kembali pasar dan mall yang kini kondisinya sangat memprihatinkan. Bahkan sudah banyak yang mati. Padahal posisinya sangat strategis, berada di tengah kota dan kondisi gedungnya masih megah dan luas.

Pemkot perlu segera membenahi pasar-pasar tradisional yang kiosnya dalam kondisi mangkrak alias mati. Seperti misalnya di pasar Kosambi yang sudah lama sebagian besar kiosnya kosong dan rusak. Bangunan Pasar Kosambi yang besar itu kini tampak kumuh dan mengganggu pemandangan kota. Beberapa contoh mall dan pasar yang berada di Kota Bandung yang kondisinya senasib dengan Kosambi antara lain Lucky Square Mall, Braga Festival dan Metro Trade Centre.

Walikota Bandung sudah berganti berulang kali, namun Pasar Kosambi yang terletak di tengah Kota Bandung belum juga bisa ditangani. Kosambi terletak di Kebon Pisang, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung.Istilah Kosambi berasal dari nama pohon Kosambi atau Kesambi yang memiliki nama ilmiah Schleichera Oleosa. Sayangnya pohon Kesambi yang bisa tumbuh hingga mencapai ketinggian 40 meter itu kini sudah punah di Kota Bandung.

Pintu depan Pasar Kosambi Bandung (dokpri/Totoksis) 
Pintu depan Pasar Kosambi Bandung (dokpri/Totoksis) 

Pasar Kosambi diresmikan oleh pemerintah kolonial Belanda tahun 1915. Pasar yang pada awalnya hanya hamparan beralaskan tanah berkembang menjadi bangunan gedung bertingkat enam.

Dalam lintasan sejarahnya Kosambi pernah berjaya menjadi pasar atau pusat perbelanjaan dan menjadi pusat ekonomi kerakyatan. Kosambi juga memiliki sejarah sebagai pusat kebudayaan dan industri kreatif. Masyarakat sangat senang berbelanja di Kosambi karena harga barangnya murah dan paling komplit. Kosambi pernah menjadi pusat hiburan rakyat karena ada sejumlah gedung pertunjukan seperti Srimurni, Sriwaluyo,Rivoli dan lain-lain. Rivoli adalah nama gedung bioskop yang terletak di Jalan Jalan Tan Yung Liong, di seberang barat Pasar Kosambi. Bioskop Rivoli pertama didirikan pada tahun 1935 oleh kolonial belanda. Bioskop tersebut digunakan untuk pertunjukan opera dan pemutaran film.

Sedangkan pertunjukan Sri Murni dan Sriwaluyo menyajikan hiburan lokal. Pertunjukan Sri Murni memainkan sandiwara dengan bahasa Sunda, mereka menampilkan wayang orang. Sriwaluyo juga sama-sama menampilkan sandiwara, namun mereka menggunakan bahasa Jawa. Sriwaluyo memiliki akar sejarah yang terkait dengan perpindahan gudang amunisi dan senjata pemerintah kolonial Belanda dari Jawa Timur dan Jawa Tengah ke kawasan Kiaracondong, Bandung yang saat ini merupakan PT PINDAD, yakni BUMN industri pertahanan. Banyak masyarakat etnis Jawa yang mbedol deso mengikuti perpindahan Gudang amunisi senjata kolonial Belanda tersebut. Sesampainya di Bandung mereka juga membentuk entitas ekonomi yang antara lain di sekitar Pasar Kosambi.

Pasar Kosambi juga merupakan ikon kuliner tradisional dan bahan pangan lokal. Bahan pangan yang paling kasohor antara lain oncom milo yang hingga kini masih eksis. Ada juga roti Cari Rasa yang telah menjadi legenda kuliner. Roti tersebut dahulu merupakan makanan orang kaya, kemudian menjadi makanan rakyat biasa.

Sisi Kanan Bangunan Pasar Kosambi (dokpri/Totoksis ) 
Sisi Kanan Bangunan Pasar Kosambi (dokpri/Totoksis ) 

Pembangunan Pasar Kosambi menjadi gedung bertingkat terjadi pada akhir tahun 90an. Waktu itu walikota yang menjabat adalah Ateng Wahyudi dan menjadikan pasar dibangun menjadi enam lantai. Diharapkan pasar Kosambi menjadi pasar paling besar di Asia Tenggara. Sayangnya tahapan pembangunan sarat masalah, sehingga akhir pembangunan pada tahun 1998 hingga kini pada lantai dua sampai enam tidak pernah berfungsi secara maksimal.

Kondisinya semakin parah setelah peristiwa kebakaran sebagian bangunan pasar Kosambi pada tahun 2019. Kebakaran besar tersebut menghanguskan banyak kios, bahkan ada kios yang merugi hingga ratusan juta. Kebakaran tersebut terjadi setelah pergantian pengelola pasar pada tahun 2018. Hal itu menyebabkan para pemilik kios kelabakan karena karena baru saja memperpanjang sewa.

Melihat latar belakang sejarah dan kebudayaan mestinya pasar Kosambi bisa ditransformasikan menjadi sentra kerajinan,kuliner dan industri kreatif di Kota Bandung. 

Pasar Kosambi bisa menjadi bursa kuliner khas dari berbagai daerah di Jawa Barat maupun dari daerah lain. Karena letak Pasar Kosambi yang sangat strategis, maka tempat itu bisa menjadi semacam pameran kerajinan atau handicraft trade fair yang berlangsung sepanjang tahun. Tidak seperti pameran The Jakarta International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) yang hanya berlangsung beberapa minggu dalam setahun.

Gedung Creative Hub Creco yang terletak di seberang Pasar Kosambi Bandung ( dokpri/TotokSis )
Gedung Creative Hub Creco yang terletak di seberang Pasar Kosambi Bandung ( dokpri/TotokSis )

Walikota Bandung yang akan dipilih dalam Pilkada mendatang harus mampu mengubah pasar dan mall yang saat ini mangkrak alias masti menjadi sentra kios berbasis industri kreatif berbasis produk lokal dan sekaligus menjadi komunitas kreatif anak muda. Perlu strategi komunikasi dan acara kebudayaan yang berbasis lokalitas. 

Ada contoh menarik terkait dengan usaha transformasi pusat perbelanjaan yang dulu sepi dan menjadi sarang hantu, kini mulai bergairah karena anak-anak muda mau datang dan membuat kerumunan. 

Contoh menarik itu adalah The Hallway Space atau Hallway. Lokasinya di lantai dua Pasar Kosambi, ada Hallway yang di dalamnya ada aneka ragam produk industri kreatif mulai fesyen, kuliner, musik, kerajinan tangan, hingga otomotif. Lantai dua dan lantai diatasnya bertahun-tahun dalam kondisi sepi. Kiosnya sebagian besar tutup.

Namun dengan adanya Hallway yang merupakan ruang kreatif warga seluas 1.400 meter persegi dan diproyeksikan untuk 500 kios, masyarakat khususnya kaum remaja memiliki wahana baru yang mengasyikkan. Beberapa tenant telah mendapat perhatian publik antara lain Anti Class, milik Ujang Rahmat atau Gebeg. Sebagai, seniman yang malang melintang sejak era 90-an, Gebeg merasa senang Kota Bandung memiliki satu ruang kreatif seperti Hallway.

Simpang lima yang merupakan pusarnya Kota Bandung tidak jauh dari Pasar Kosambi (dokpri/Totoksis ) 
Simpang lima yang merupakan pusarnya Kota Bandung tidak jauh dari Pasar Kosambi (dokpri/Totoksis ) 

Eksistensi Kosambi handicraft trade center perlu dikembangkan, diharapkan menjadi solusi jitu untuk mengatasi serbuan kerajinan impor. Apalagi pada saat ini masyarakat Jawa Barat sudah diserbu oleh produk kerajinan dari luar negeri, khususnya dari Tiongkok. Produk-produk yang dijajakan di pasar Kosambi antara lain aneka jajanan, busana, perhiasan, seni dekoratif, aksesori, barang keramik, gerabah, souvenir kerajinan tangan dan peralatan rumah tangga.

Untuk memperkuat positioning pasar Kosambi menjadi destinasi wisata dibutuhkan acara kebudayaan. Pentingnya pameran yang berbasis kebudayaan yang menekankan industri kreatif dan mengutamakan produk lokal. Serta mengembalikan kodrat pameran yang tidak hanya pameran dagang semata, tapi lebih menekankan pada aspek kebudayaan dan pengembangan industri kreatif. Apalagi pada saat ini kondisi Indonesia tengah mengalami banjir kerajinan impor khususnya dari Tiongkok. Sehingga perlu momentum untuk membangkitkan usaha kerajinan lokal.

Perlu memberikan pengetahuan praktis terkait desain industri kepada para pengrajin dan pedagang pasar. Peran strategis desain industri adalah menciptakan dan menerapkan solusi desain terhadap permasalahan yang timbul terkait dengan mutu dan daya saing. 

Pada prinsipnya, desain industri adalah kolaborasi antara teknologi produksi dengan seni. Desainer industri mempelajari fungsi praktis dan bentuk serta relasi antara produk dengan penggunanya. Melihat tren industri kreatif global, pentingnya menumbuhkan aktivitas produksi kriya di Jawa Barat yang menghasilkan barang seni dan kerajinan sehingga unggul dari sisi perdagangan.

Saatnya menumbuhkan pasar perdagangan barang seni dan budaya di Kota Bandung yang melibatkan sektor UMKM. Peran UMKM hendaknya tidak hanya memproduksi tetapi juga bisa memperdagangkan barang seni yang berbasis konsep desain dan proses produksi yang baik.

Pasar Kosambi juga bisa menjadi sentra pameran dan pemasaran produk keramik dan gerabah. Pada saat ini permintaan produk kerajinan berbasis tanah liat atau keramik meningkat. Sentra kerajinan keramik seperti di Plered di Purwakarta perlu dibangkitkan usahanya dengan cara memberikan tempat pemasaran di mall-mal dan pasar.

Betapa ironisnya kondisi produk keramik lokal yang hingga kini masih susah masuk ke pusat perdagangan. Sementara keramik dari luar negeri dengan mudahnya bisa masuk bahkan sering mengadakan pameran. 

Kebijakan pemerintah dalam melindungi usaha kerajinan keramik sebaiknya difokuskan kepada terbentuknya barang seni keramik yang proses kreatifnya bernilai tambah tinggi. Fokus diatas melibatkan keramikus yang berorientasi kontemporer. Keramikus yang berkarya melalui proses penciptaan kekriyaan namun dengan duplikasi terbatas. (TS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun