Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berbagi Kinematika Wiku dengan Lelembut

18 Mei 2024   14:27 Diperbarui: 22 Mei 2024   11:22 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari sudah larut malam, Maryati, istriku sudah bersiap mancal kemul bersama Idul si kucing jantan kesayangannya.

Malam itu halaman belakang rumah kami yang rimbun oleh aneka tumbuhan dan disesaki oleh ratusan pot aneka bunga Wijaya Kusuma (Wiku), suasananya sunyi yang tintrim diselingi dengan bunyi serangga yang getaran sayapnya seperti alat musik ecek-ecek. 

Sebelum berlayar mengarungi mimpinya, punggung Maryati saya tepuk-tepuk.

"Apaan sih Mas, udah ngantuk aku !" serunya.

"Dengerin Mar, menarik ini cerita!" pungkasku sambil menggoyang-goyang pundaknya.

Saya ceritakan bahwa si dukun beranak tadi barusan ngomong aneh dari balik tembok. Suaranya terdengar asing di telingaku, bilang ke aku ;

" Mas, mas,... bagi dong mas, jangan dihabisin sendiri!" pinta lirih sang dukun beranak yang tiada lain sebutan candaan kami berdua kepada Bu Bidan Ratna Sari yang pekarangan rumahnya berbatasan dengan halaman kami.

"Apaan !, Bu Bidan dan seluruh keluarganya tadi pagi kan sudah pamitan berangkat pulang kampung ke Padang, Sumatera Barat", terang istriku.

"Yang bener Mar !" tegas saya.

"Lha tadi siapa ! ngomongnya lirih tapi mesra kepadaku. Tapi kok.... logatnya aneh ya ? Bu bidan kan empunya logat Sumatera, kok tadi bilang mas, mas, ... biasanya memanggilku Pak Totok !" dengan suara kerasnya yang khas. Kok aneh ya ? " penjelasan saya kepada Maryati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun