Filosofi Deng Xiaoping untuk Kabinet Presiden Prabowo
Wacana tambah Kementerian bagi pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Presiden terpilih Prabowo Subianto mulai mengemuka di kalangan elit politik. Namun, rakyat menyambut dingin wacana terkait postur kabinet Prabowo. Ada rasa khawatir jika terlalu gemuk justru pemerintahan kurang efektif dan anggaran negara banyak tersedot untuk birokrasi.
Efektivitas pemerintahan sangat penting untuk meraih predikat bangsa yang maju. Menurut kaidah yang berlaku di dunia, Indonesia bisa menjadi negara maju dengan syarat masuk dalam kategori negara berpendapatan tinggi (High Income Country/HIC) dengan pendapatan perkapita 15 ribu dollar AS.
Untuk menjadi bangsa yang maju tidak ditentukan oleh postur kabinet semata. Untuk itu mutlak dibutuhkan SDM bangsa yang mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang stabil tinggi dengan sumber pertumbuhan yaitu sektor manufaktur yang tangguh dan bernilai tambah tinggi.
Filosofi Deng Xiaoping
Berbicara masalah efektifitas pemerintahan menuju negara maju alangkah baiknya memahami filosofi atau filsafat pemimpin besar Rakyat Tiongkok Deng Xiaoping. Karena Tiongkok kini sudah menjadi negara maju dan terkuat ekonominya di dunia.
Rakyat Indonesia merasakan selama ini gaya kepemimpinan pusat hingga sebagian besar kepala daerah masih bersifat mediokrasi. Yakni kondisi manajemen pemerintahan yang kurang totalitas. Dalam pergaulan bangsa-bangsa kita bisa melihat gaya kepemimpinan sebuah bangsa yang sangat progresif dalam meraih kemajuan.Â
Contohnya adalah gaya kepemimpinan di Tiongkok. Yang pada era 90-an Tiongkok masih tergolong miskin dengan produk domestik bruto per kapita masih dibawah seribu dollar AS. Kini,Tiongkok telah menjadi bangsa yang kuat dan sangat berpengaruh dalam dinamika perekonomian dunia. Kejayaan Tiongkok terwujud karena adanya totalitas kerja pemerintahan dari segala lini.
Ada filosofi tentang totalitas untuk pejabat di Tiongkok yang telah dirumuskan oleh Deng Xiaoping. Hal itu bisa kita pelajari dalam buku yang berjudul "Deng Xiaoping and the Transformation of China", Karya Erra F Vogel, Profesor Social Sciences Emeritus dari Harvard yang sebelumnya Direktur Center for East Asian Research and Asia Center.