Bangkitkan Perumnas Agar Cinta Keluarga Bersemi Lagi
Rumah bukan sekadar alamat,
dia tempat kepercayaan sesama pada yang meninggali.
( Pramoedya Ananta Toer - Bumi Manusia )
Apa makna rumah bagi pekerja, terutama yang baru bekerja ?
Apakah sekadar tempat berangkat membanting tulang, dan tempat kembali pulang ketika otot terasa remuk redam ?
Betapa menggebu keinginan pekerja untuk memiliki rumah, lalu membangun mahligai rumah tangga. Namun apa daya angsuran rumah saat ini setinggi langit, seluruh jumlah gaji pekerja lajang pun tak cukup untuk menutup angsuran KPR.
Sangat beruntung generasi yang pernah mendapatkan rumah dengan harga yang terjangkau dengan gaji atau penghasilan bulanan bagi pegawai yang baru bekerja. Pada era pemerintahan Presiden Soeharto masalah pangan, sandang dan papan sangat diprioritaskan. Terkait dengan papan atau rumah, pemerintah saat itu memiliki strategi dan cara yang sangat bagus untuk memenuhi kebutuhan perumahan rakyat. Menteri Perumahan Rakyat, Perumnas dan Bank Tabungan Negara (BTN) bersinergi membangun perumahan rakyat sebanyak-banyaknya.
Harga rumah yang dibangun oleh Perumnas saat itu sangat murah. Dengan ketentuan angsuran rumah perbulan sekitar sepertiga gaji atau penghasilan seorang pekerja.
Sebagai pegawai baru di BUMN yang ada di Kota Bandung, saya memiliki rumah yang pertama kalinya dari Perumnas dengan pembiayaan KPR BTN pada tahun 90-an. Tipe rumah yang saya ambil adalah tipe 45 dengan luas tanah standar 120 meter persegi plus ada kelebihan tanah sekitar 60 meter persegi. Rata-rata rumah yang dibangun oleh Perumnas memiliki luas tanah yang lebih besar dibanding dengan tipe serupa yang dibangun oleh pengembang swasta.