Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Solidaritas Asia Afrika, Stop Singa Makan Rumput

17 April 2024   11:49 Diperbarui: 17 April 2024   11:52 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Konferensi Asia Afrika di Bandung (dokumen pribadi)

AABS memberikan kesempatan kepada para pemimpin korporasi untuk mengembangkan jejaring serta menjajaki kerja sama dan kemitraan usaha.

Spirit peringatan KAA bagi Indonesia bisa meningkatkan ekspor nasional. Untuk lebih mengkonkritkan perlu agenda AABS dalam bentuk Asia Africa Business Fair dan Asia Africa Business Matching. Business Fair perlu mengusung tiga tema utama, yaitu South-South and Triangular Cooperation, Heritage Indonesia, dan Small Island Developing States.

Urgensi kepemimpinan korporasi Asia Afrika searah dengan prioritas diplomasi pemerintahan Indonesia dibawah Presiden Joko Widodo yang menekankan diplomasi ekonomi untuk menopang kemandirian ekonomi nasional. Diplomasi ekonomi Indonesia ditujukan untuk meningkatkan akses pasar produk-produk Indonesia, termasuk ke pasar-pasar yang selama ini belum tergarap secara maksimal.

Bagi pemerintahan ke depan, perlu menekankan bahwa setiap diplomat Indonesia harus mampu untuk mencari peluang perdagangan, investasi dan peluang kerjasama ekonomi lainnya. Pentingnya Diplomat Indonesia adalah marketers bagi negaranya di luar negeri. Perlu penguatan pemahaman terhadap aspek perdagangan internasional bagi setiap diplomat Indonesia agar mampu menjadi marketers yang andal.

Selama ini data statistik mencatat bahwa volume perdagangan ekspor dan impor Indonesia dengan negara Asia dan Afrika baru mencapai belasan miliar US dollar per tahun. Sementara itu, nilai ekspor Asia ke Afrika mencapai 26 persen dari total ekspor Asia ke dunia, lebih besar dari ekspor Afrika ke Asia yang hanya 3 persen dari ekspor mereka ke dunia. Melalui pelaksanaan AABS, diharapkan nilai perdagangan antara kedua kawasan tersebut dapat lebih ditingkatkan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Tanpa disadari, sebenarnya dunia sedang mengalami guncangan besar. Hal itu bisa kita simak dalam buku The Great Disruption. Ada dua buku yang memakai judul tersebut, tetapi dengan pengarang yang berbeda. Kedua buku itu, baik karangan Francis Fukuyama maupun karangan Paul Gilding telah menjadi referensi dunia untuk mengantisipasi dan mengatasi krisis.

Beberapa analis dunia yang tersohor seperti Paul Krugman dan Thomas L Friedman telah mengapresiasi buku Paul Gilding itu sebagai bahan yang penting bagi pemimpin dunia dalam menghadapi krisis. Buku tersebut menggambarkan bahwa planet bumi saat ini sedang mengalami perubahan ekologi yang dramatis dan kapitalisme pasar global yang semakin disruptif dan mematikan. Kondisi diatas tentunya harus bisa diantisipasi oleh para CEO di Asia Afrika.

Kepemimpinan korporasi Asia Afrika juga masih terkendala oleh masalah konektivitas. Kendala tersebut juga dialami oleh Indonesia. Definisi konektivitas sebaiknya menjadi pokok bahasan dalam AABS. Yang meliputi konektivitas fisik, institusi dan antar warga negara. Pada saat ini konektivitas bisa dianalogikan seperti pisau bermata dua bagi suatu bangsa. Disatu sisi sangat penting sebagai wahana untuk meningkatkan daya saing bangsa, namun disisi lain bisa dianalogikan mengundang liberalisasi jasa dan produk negara maju.

Museum KAA (sumber: Kementerian Luar Negeri RI) 
Museum KAA (sumber: Kementerian Luar Negeri RI) 

Peringatan KAA sebaiknya disertai dengan membenahi beberapa museum yang ada. Museum sebagai ikon peradaban dan kebudayaan sangat relevan menjadi objek kunjungan.

Pembenahan beberapa museum, terutama yang ada di Jakarta dan kota Bandung harus segera dilakukan. Pemprov Jakarta dan Walikota Bandung sebaiknya mengatasi masalah yang dihadapi pengelola museum. Juga mendorong kreativitas dan inovatif dalam hal layout objek atau koleksi museum. Begitu juga membenahi sistem informasi koleksi yang dimiliki museum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun