Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kelestarian Mata Air Sukabumi Pemasok Terbesar AMDK untuk Jabodetabek

1 April 2024   23:41 Diperbarui: 2 April 2024   17:01 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Curug Cikaso, Kabupaten Sukabumi. Salah satu seumber mata air di Sukabumi.(Sumber: Disparbud Jabar via Kompas.com)

Kelestarian Mata Air Sukabumi Pemasok Terbesar AMDK untuk Jabodetabek 

Mata air yang banyak terdapat di Kabupaten Sukabumi telah dikomersilkan menjadi air mineral kemasan yang berkualitas bagus. Keberadaan mata air di Sukabumi berkaitan erat dengan morfologi daerah aliran sungai (DAS) yang kondisinya semakin rawan.

Selain itu morfologi DAS juga rawan bencana alam banjir dan tanah longsor yang bisa merusak mata air. Ancaman yang lebih serius, morfologi DAS berada di sekitar patahan atau sesar Cimandiri yang rawan gempa bumi.

Selama ini Kabupaten Sukabumi, menjadi daerah pemasok air minum dalam kemasan (AMDK) terbesar ke wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), volumenya mencapai sekitar 75 persen.

Kabupaten Sukabumi mempunyai sumber daya air yang melimpah, sehingga banyak didirikan perusahaan besar pemasok AMDK, baik yang berstatus penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Lokasi kabupaten terluas di Pulau Jawa dan Bali itu pun dikelilingi gunung yang masih aktif dan mempunyai hutan lebat sehingga sumber airnya melimpah. Lebih dari 10 merek AMDK yang perusahaan didirikan di wilayah Kabupaten Sukabumi mayoritas berada di Kecamatan Cicurug.

Kolam renang di Cimalati Cicurug Sukabumi dari mata air alami Gunung Salak (Sumber: Kabarsukabumi.com )
Kolam renang di Cimalati Cicurug Sukabumi dari mata air alami Gunung Salak (Sumber: Kabarsukabumi.com )

Dengan potensi air yang melimpah itu, daerah Jabodetabek sangat bergantung kepada Sukabumi dalam hal AMDK. Dengan potensi sumber daya air ini Sukabumi oleh kalangan DPR juga diusulkan menjadi salah satu daerah yang masuk Aglomerasi Jakarta.

Ironisnya pada kemarau tahun 2023 terjadi kekeringan parah ada 23 kecamatan di Sukabumi yang mengalami krisis air bersih akibat terganggunya sumber mata air yang menjadi andalan masyarakat.

Tahun sebelumnya Sukabumi jug diterjang banjir. Banjir bandang menerjang Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi menyebabkan sejumlah orang meninggal dunia dan merusak pemukiman, industri dan area pertanian. Banjir bandang menunjukkan indikasi terjadi kerusakan terhadap daerah aliran sungai (DAS).

Armada truk industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di sepanjang jalur Sukabumi-Jakarta. (sumber : jabarnews.com)
Armada truk industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di sepanjang jalur Sukabumi-Jakarta. (sumber : jabarnews.com)

Kondisi morfologi DAS di daerah Sukabumi dan sekitarnya selama ini mendatangkan berkah yang luar biasa bagi masyarakat, karena sangat bermanfaat untuk pertanian, peternakan, perikanan, pertambangan, hingga untuk industri. Terutama industri air mineral dengan merek ternama yang selama ini mendominasi pasar di tanah air.

Secara garis besar, kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Sukabumi meliputi air tanah dan air permukaan. Air tanah terlihat dengan munculnya mata air yang berasal dari lembah/kaki perbukitan, sedangkan air permukaan terdiri atas sungai-sungai dan anak sungai yang membentuk 6 Daerah Aliran Sungai, yaitu DAS Cimandiri, DAS Cileutah, DAS Cikarang, DAS Cikaso, DAS Cibuni dan DAS Cibareno.

Berkah yang selama ini dinikmati, sewaktu-waktu bisa menjadi musibah yang cukup mengerikan, yakni banjir bandang dan longsor. Semua pemangku kepentingan DAS mesti mawas diri dan mencari solusi. Karena alam sudah menunjukkan reaksinya akibat kerusakan ekosistem.

Banjir bandang yang terjadi di Sukabumi bermula dari meluapnya air di hulu Sungai Cibuntu, Kecamatan Cicurug, yang kemudian mengalir ke Sungai Cigombong.

Banjir bandang berdampak buruk bagi kegiatan industri. Seperti terhentinya produksi industri air mineral kemasan. Salah satu pabrik air kemasan milik PT Aqua Golden Mississippi di Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat terkena dampak banjir bandang.

Banjir bandang mengindikasikan adanya kerusakan ekosistem ataupun wilayah hutan yang berdampingan dengan daerah aliran sungai. Kerusakan ekosistem semakin membahayakan mengingat daerah Cibuntu dan sekitarnya (Langkar Jaya, Mekar Asih, Cibatu, Bantarkalong,Tanjungsari dan Gandasoli) merupakan jalur sesar aktif,yakni Sesar Cimandiri yang sangat berpotensi terjadi gempa bumi.

Banjir bandang kini menjadi ancaman nyata bagi masyarakat di berbagai daerah.Kondisi morfologi DAS di Sukabumi dan sekitarnya sangat unik. Keunikan itu membawa berkah bagi sistem pengairan pertanian disana sekaligus bisa menjadi musibah akibat faktor hidrometeorologi.

Sayangnya hingga kini pihak terkait DAS belum menuntaskan mitigasi banjir. Sampai saat ini perhitungan banjir rencana (design flood) belum juga tuntas.Di antaranya memperkirakan berapa besarnya debit banjir yang akan terjadi pada suatu sungai akibat hujan di suatu DAS.

Metoda perhitungan yang dikembangkan selama ini oleh beberapa lembaga dan instansi yang menangani masalah pengairan masih membutuhkan data Mean Annual Flood (MAF), yaitu data banjir tata-rata terbesar tahunan.

Ilustrasi DAS Sukabumi ( sumber : superlive.id )
Ilustrasi DAS Sukabumi ( sumber : superlive.id )

Pada kenyataannya sangatlah sulit mendapatkan data debit aliran sungai (MAF) untuk suatu DAS yang akan dikembangkan. Keadaan yang demikian sangat banyak dijumpai di Indonesia.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan usaha dan cara lain yang lebih sederhana untuk menentukan MAF dengan hasil yang cukup memadai.

Sensitivitas aliran air pada DAS Sukabumi rata-rata sangat tinggi sehingga sungai-sungai kecil sekalipun namun dengan kemiringan yang curam sering terjadi banjir bandang (flash flood) dengan stream power yang besar dan dalam tempo yang relatif singkat.

Kabupaten Sukabumi termasuk beriklim tropik dengan tipe iklim B1 (Oldeman) dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.805 mm dan hari hujan 144 hari. Curah hujan bervariasi dimana di bagian utara berkisar antara 2.000 --4.000 mm/tahun, sementara di bagian selatan berkisar 2.000 -- 3.000 mm/tahun.

Struktur geologi di Kabupaten Sukabumi yang cukup kompleks terlihat dari berbagai jenis batuan dan kegiatan tektonik yang diikuti proses vulkanik dan intrusi yang menghasilkan sumberdaya mineral baik logam maupun non logam menyebabkan Kabupaten Sukabumi memiliki potensi pertambangan yang cukup besar. Sehingga rawan eksploitasi yang berlebihan.

Banjir bandang menjadi bencana hidrometeorologi yang laten namun tanpa solusi yang mendasar. Untuk mitigasi bencana diatas juga belum banyak dilakukan analisa dan pengolahan data meteorologi, klimatologi dan geofisika dengan teknologi terkini. Yakni teknologi big data beserta perangkatnya. Dalam bidang meteorologi, data dihasilkan dari peralatan digital maupun konvensional.

Dalam bidang meteorologi informasi dihasilkan berdasarkan analisa seorang prakirawan ataupun pengolahan sistem komputasi yang diolah dari data meteorologi. Informasi meteorologi sangat berguna untuk antisipasi datangnya bencana.

National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA) menyebut penggunaan teknologi big data menjadi makin dibutuhkan untuk menghasilkan prakiraan cuaca dengan cepat dan akurat. Prakiraan cuaca yang cepat dan akurat sangat berguna untuk mitigasi banjir bandang.

Banjir bandang itu sebenarnya bisa diprediksi sebelumnya, serta dikurangi daya rusaknya dengan teknologi agar tidak banyak memakan banyak korban jiwa dan menerjang infrastruktur publik.

Banjir bandang secara teknis didefinisikan sebagai aliran tanah, batu, kayu yang bercampur dengan air yang meluncur pada lereng, sungai atau celah yang terjal. Hampir semua kejadian banjir bandang di Indonesia disebabkan oleh penebangan pohon secara membabi buta.

Akibatnya aliran sungai di hulu tersumbat menyebabkan genangan menyerupai danau. Apabila volume air bertambah karena curah hujan yang tinggi dan sumbatan tersebut tidak sanggup lagi menahan massa air maka akan terjadi pelepasan air tiba-tiba.

Selain itu, ada kondisi eksisting berupa tutupan lahan, konfigurasi lahan/kelerengan, pendangkalan sungai yang mendukung terjadinya banjir, hunian bantaran sungai, buruknya sistem drainase dan tampungan air yang tidak memadai. (TS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun