Pada kenyataannya sangatlah sulit mendapatkan data debit aliran sungai (MAF) untuk suatu DAS yang akan dikembangkan. Keadaan yang demikian sangat banyak dijumpai di Indonesia.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan usaha dan cara lain yang lebih sederhana untuk menentukan MAF dengan hasil yang cukup memadai.
Sensitivitas aliran air pada DAS Sukabumi rata-rata sangat tinggi sehingga sungai-sungai kecil sekalipun namun dengan kemiringan yang curam sering terjadi banjir bandang (flash flood) dengan stream power yang besar dan dalam tempo yang relatif singkat.
Kabupaten Sukabumi termasuk beriklim tropik dengan tipe iklim B1 (Oldeman) dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.805 mm dan hari hujan 144 hari. Curah hujan bervariasi dimana di bagian utara berkisar antara 2.000 --4.000 mm/tahun, sementara di bagian selatan berkisar 2.000 -- 3.000 mm/tahun.
Struktur geologi di Kabupaten Sukabumi yang cukup kompleks terlihat dari berbagai jenis batuan dan kegiatan tektonik yang diikuti proses vulkanik dan intrusi yang menghasilkan sumberdaya mineral baik logam maupun non logam menyebabkan Kabupaten Sukabumi memiliki potensi pertambangan yang cukup besar. Sehingga rawan eksploitasi yang berlebihan.
Banjir bandang menjadi bencana hidrometeorologi yang laten namun tanpa solusi yang mendasar. Untuk mitigasi bencana diatas juga belum banyak dilakukan analisa dan pengolahan data meteorologi, klimatologi dan geofisika dengan teknologi terkini. Yakni teknologi big data beserta perangkatnya. Dalam bidang meteorologi, data dihasilkan dari peralatan digital maupun konvensional.
Dalam bidang meteorologi informasi dihasilkan berdasarkan analisa seorang prakirawan ataupun pengolahan sistem komputasi yang diolah dari data meteorologi. Informasi meteorologi sangat berguna untuk antisipasi datangnya bencana.
National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA) menyebut penggunaan teknologi big data menjadi makin dibutuhkan untuk menghasilkan prakiraan cuaca dengan cepat dan akurat. Prakiraan cuaca yang cepat dan akurat sangat berguna untuk mitigasi banjir bandang.
Banjir bandang itu sebenarnya bisa diprediksi sebelumnya, serta dikurangi daya rusaknya dengan teknologi agar tidak banyak memakan banyak korban jiwa dan menerjang infrastruktur publik.
Banjir bandang secara teknis didefinisikan sebagai aliran tanah, batu, kayu yang bercampur dengan air yang meluncur pada lereng, sungai atau celah yang terjal. Hampir semua kejadian banjir bandang di Indonesia disebabkan oleh penebangan pohon secara membabi buta.
Akibatnya aliran sungai di hulu tersumbat menyebabkan genangan menyerupai danau. Apabila volume air bertambah karena curah hujan yang tinggi dan sumbatan tersebut tidak sanggup lagi menahan massa air maka akan terjadi pelepasan air tiba-tiba.