Terlepas dalam perjalannya tim Harvard ini tumbuh menjadi interest group yang memiliki agenda tersembunyi untuk kepentingan bisnisnya.
Begitupun mantan Presiden BJ.Habibie juga tidak bisa melepaskan diri dari peran konsultan internasional dalam menyusun kebijakan dan aturan yang sesuai dengan kondisi riil dunia. Beberapa konsultan telah mengitari pemerintahannya. Diantaranya AT Kearney, DTT, Ernst and Young menjadi konsultan andalannya. Selain berfungsi sebagai konsultan ekonomi pemerintah juga diberi proyek besar untuk ikut membereskan manajemen dan program restrukturisasi di industri pesawat terbang Indonesia.
Bahkan Presiden Gus Dur lebih Istimewa lagi, dia ingin diatas DPR dalam hal pembentukan UU dan best practices pemerintahan. Visi dan Misi penasihat ekonomi asing Gus Dur sebenarnya jauh lebih transformatif. Langkah Presiden Gus Dur jauh lebih unik dan progresif, karena berani memakai penasehat asing untuk memberikan pertimbangan kepadanya. Penasehat asing itu seperti Lee Kuan Yew dari Singapura, Paul Volker dari USA, Nogua Matsumasi dari jepang, M.Sienot dari Perancis, Ulrich Cartellieri dari Jerman dan Saleh Kamil dari Arab. Penunjukan penasehat asing itu diperlukan untuk menjalankan visi Gus Dur yang akan menjalankan Strategi pembangunan yang berpijak kepada eksistensi dan energi potensial kedaulatan rakyat.
Gus Dur juga luar biasa, karena berani mengakomodasikan kalkulasi politik dan bisnis dari etnis Cina perantauan dan lobi Yahudi internasional. Dalam kalkulasi Gus Dur para penasehat ekonomi asing yang dihimpunnya adalah sosok-sosok yang piawai dalam menggugah solidaritas ras untuk bersedia menanamkan modalnya ke Indonesia. Gus Dur juga telah membaca dengan seksama tentang curriculum vitae dari Lee Kuan Yew yang berhasil menyelenggarakan World Chinese Entrepreneurs Convention. Langkah Gus Dur tersebut esensinya telah diadopsi oleh Presiden saat ini, terkait dengan strategi investasi.
Seperti apa strategi pemerintahan mendatang hasil Pemilu 2024 ? Sepertinya masih membutuhkan jasa konsultan global, bukan karena profesor kita tidak mampu. Mengutip Pak Prabowo Subianto dalam pidatonya tentang faktor geopolitik dan geoekonomi yang tentunya membutuhkan kajian berkelas dunia yang real time.
*) Rancaekek 30 Maret 2024, catatan seorang tukang kebun yang sedang "ngabuburit" memuliakan koleksi tanaman Wijaya Kusuma hibrida. Â (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H