Oleh karena itu, Dirjen Usman Kansong berharap sutradara atau produser film di Indonesia bisa turut membuat film-film berlatar belakang museum, seperti di Museum Satria Mandala, Jakarta.
Museum Satria Mandala, contohnya, dibuat program Night at the Museum supaya orang bisa mengunjungi museum pada malam hari. Mungkin nanti koleksi pesawat di museum bisa bergerak sendiri, koleksi tank juga begitu, seperti di film Night at The Museum. Perlu inovasi untuk mewujudkan hal tersebut.
Selama ini telah dilakukan kolaborasi yang intens antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kemenparekraf dan Perum Perusahaan Film Negara.
Esensi peringatan HFN tidak hanya terkait dengan kondisi produksi film nasional saja. Tetapi juga terkait dengan perkembangan usaha gedung bioskop dan keterkaitan film nasional dengan perkembangan teknologi digital khususnya teknologi kecerdasan buatan (AI).
Perlu partisipasi dan sinergi komponen bangsa untuk memajukan perfilman nasional. Kondisi film nasional kini bisa lepas dari lilitan masalah rumit dan mulai dihargai eksistensinya.
Eksistensi entitas produsen film nasional sebagai industri kreatif memiliki misi yang strategis dan sarana yang tepat untuk mewujudkan revolusi mental bangsa.
Saatnya membenahi rantai nilai sektor industri film nasional yang terdiri dari dua jenis industri utama. Yaitu industri produksi film yang meliputi rumah-rumah produksi dan industri distribusi atau channel distribusi film yang meliputi gedung bioskop, televisi, layar independen maupun melalui perangkat video.
Industri film meliputi aktivitas di rantai nilai yakni kreasi, produksi, dan komersial. Aktivitas pokok kreasi meliputi penulisan skenario, perencanaan produksi film seperti rencana biaya, waktu, lokasi, organisasi dan pemeran.
Aktivitas pokok pada rantai produksi adalah proses syuting di lapangan dan aktivitas post production di laboratorium, sedangkan aktivitas pokok komersial adalah publikasi film.
Perkembangan film nasional idealnya selaras dengan strategi industri kreatif nasional. Industri kreatif bisa berkembang pesat jika berakar kepada keanekaragaman budaya lokal dan warisan benda-benda bersejarah.
Sebenarnya industri kreatif di Indonesia memiliki basis dan tokoh yang luar biasa. Sayangnya, tokoh dan karya-karya kreatifnya sudah banyak yang ditelan zaman karena tidak terkelola dengan baik.