Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pesona Ekosistem Danau ISTN, Pemuliaan Air dan Menabung Hujan

16 Maret 2024   09:04 Diperbarui: 16 Maret 2024   09:11 1362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rivira Yuana, Warek ISTN bidang transformasi (dok Rivira)

Untuk mengatasi sumber daya air perlu penguatan pendidikan vokasi pengairan atau irigasi. Saatnya menata SMK Irigasi dengan kurikulum yang lebih relevan dengan persoalan masa depan sumber daya air. Selama ini SMK irigasi hanya terpaku pada persoalan irigasi untuk pertanian. Belum mencakup dalam aspek yang lebih luas terkait dengan metode ekohidrologi, keandalan bangunan air, teknologi kemasan air minum, hingga manajemen sumber daya air untuk kebutuhan rumah tangga dan pertanian berbasis otomatisasi dan komputasi.

Tingkat pencemaran limbah sudah pada taraf mengganggu infrastruktur pengairan seperti sungai dan bendungan. Bahkan mutu air baku dari bendungan seperti di Bendungan Cirata dan Jatiluhur semakin menurun akibat limbah. Untuk mengatasi pencemaran limbah perlu penegakan hukum dan pembentukan SDM di lapangan yang memiliki kompetensi terkait dengan sifat kimiawi air. Untuk mutu baku air di Danau ISTN pihak Fakultas Farmasi ISTN juga sering melakukan penelitian terhadap bakteri yang ada di danau tersebut.

Bunga terus bermekaran di tepian Danau ISTN (dok Prof Sundani)
Bunga terus bermekaran di tepian Danau ISTN (dok Prof Sundani)

Peringatan Hari Air Sedunia sebaiknya diisi kegiatan untuk membangun budaya pemuliaan air. Langkah civitas Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) untuk meningkatkan Greenmetric antara lain terlihat dari aktivitas dan hobi salah satu guru besarnya yang memiliki perhatian terhadap ekosistem telaga atau Danau ISTN, yakni Profesor Sundani Nurono.

Hari ini dalam status sosmed Prof. Sundani membahas tentang jamur Lingzhi atau Ganoderma yang ditemukannya di bawah pohon beringin tua dekat Gedung Rektorat kampus ISTN. "Jamur yang konon bisa digunakan dalam pengobatan, tampilannya yang semula indah menarik dan berwarna merah tua terseling putih, sejalan waktu berubah menjadi coklat tua bersahaja, bergaris gelombang putih pudar, namun kesahajaan tersebut biasanya lebih bertuah," demikian pernyataan Prof. Sundani dalam akun sosmednya.

Menurut Profesor yang juga memiliki hobi fotografi itu di tepian telaga atau Danau ISTN banyak dijumpai manuk-manuk (burung) hilir mudik di puncak-puncak pohon tinggi. Dimensi manuk tengkek atau cukakeh ini terbilang kecil meski sedikit lebih besar dibandingkan manuk gereja. Si tengkek suka nyemplung di telaga mencoba menyambar ikan. Keunikan Danau ISTN juga diwarnai dengan adanya kembang Fagraea berteroana (orth. variant F. berteriana), biasa dikenal sebagai the pua keni keni or perfume flower tree. Tumbuh di halaman Danau ISTN di dekat Gedung Arsitektur

" Pada malam hari tidak tercium wanginya dan mekar dalam jumlah besar , berwarna putih bersih semacam gardenia , dengan 5 kelopak lebar, belum dikenali waktu mekarnya tetapi - kembang yang semalam mekar masih bertahan sampai keesokan harinya, kembang keni keni tidak mengenal fenomena mekar kuncup berulang seperti halnya teratai , usai mekar akan melunak layu, serupa kehidupan manusia, bedanya keni keni tidak pernah berikhtiar untuk tetap mekar, sumeleh mengikuti takdir alaminya," ungkapan filosofis Prof.Sundani.

Kini budaya dan ilmu pengetahuan terkait siklus hidrologi harus dihidupkan lagi lewat lembaga pendidikan maupun inisiatif masyarakat. Dengan gerakan kebudayaan, kepedulian dan kecintaan masyarakat untuk memuliakan air bisa tumbuh.

Pemahaman terhadap pemuliaan dan pemaknaan air memiliki akar yang kuat dalam masyarakat Indonesia yang lampau. Contohnya bisa dilihat dari masyarakat Sunda yang memiliki budaya kearifan lokal terkait air. Sekitar abad ke 13, leluhur Sunda sudah menyusun ilmu Patanjala.

Patanjala merupakan kearifan lokal Sunda untuk menjaga dan melestarikan daerah aliran sungai. Patan artinya air dan jala adalah sungai atau wilayah yang harus dijaga karena merupakan kabuyutan (situs leluhur).

Narasi Paranjala tercantum dalam Naskah Amanat Galunggung atau disebut juga Kropak 632. Naskah ini ditulis pada abad ke 13 atau 15 pada daun lontar dan nipah, menggunakan bahasa dan aksara Sunda kuno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun