Pesona Ekosistem Danau ISTN, Pemuliaan Air dan Menabung Hujan
Cuaca mendung terus menyelimuti langit di berbagai wilayah di Tanah Air. Hujan yang terus tumpah dari langit merupakan berkah Tuhan yang patut disyukuri. Curah hujan dengan berbagai intensitas mestinya ditabung untuk kehidupan yang berkelanjutan. Banyak cara menabung hujan, seperti adanya danau, situ, embung, kolam retensi hingga bendungan.
Ironis, hujan yang menjatuhkan air suci dan mensucikan justru kerap dibenci dan dicaci maki. Karena bisa menyebabkan bencana hidrometeorologi. Padahal bencana banjir dan tanah longsor justru lebih banyak karena faktor kerusakan lingkungan dan ketidakmampuan bangsa untuk menata dan membanggun infrastruktur pengairan yang memadai berbasis ilmu hidrologi.
Keniscayaan, air sebagai sumber daya alam yang merupakan zat sumber kehidupan itu mestinya ditabung dan "diiwit-iwit" penggunaannya dengan teknik hidrologi dan visi lingkungan yang berkelanjutan.
Kampus dan Pemuliaan Air
Jangan sampai negeri ini kehilangan paham, ilmu dan kearifan tentang air. Faham atau ideologi pemuliaan air dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara pandang positif segala sesuatu tentang air yang dibakukan dalam kaidah ilmu hidrologi. Di lembaga pendidikan ilmu tentang hidrologi dan aspek luasnya mesti dikuatkan. Perlu Gerakan agar masyarakat tidak semakin cenderung sewenang wenang terhadap air dan siklusnya.
Banyak cara untuk memuliakan air dan menjaga ekosistem agar lestari. Penulis sempat diskusi dengan seorang akademisi yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Institut Sains dan Teknologi Nasional, yakni DR. Rivira Yuana.
Saya biasa panggil perempuan berdarah Minang ini dengan sebutan "Mbak Uni". Sosok yang sangat bersemangat Ketika bicara masalah lingkungan hidup, terutama terkait dengan eksistensi Situ yang masyarakat sudah terbiasa dengan sebutan Danau ISTN.