Untuk pengembangan Pelajaran IPA negara perlu menghadirkan cara yang jitu yang bisa mengesankan pikiran dan perasaan para siswa bahwa belajar IPA itu seperti wisata ilmu pengetahuan yang sangat mengasyikkan.
Beberapa tahun yang lalu, dunia dikejutkan oleh peristiwa tragedi Ahmed Mohammed pelajar di Amerika Serikat berusia 14 tahun yang ditangkap polisi serta diborgol di depan kawan sekolahnya telah menyentak perhatian dunia.
Perbuatan kreatif Ahmed yang membuat jam digital dalam kotak menimbulkan kecurigaan dari gurunya yang serta merta melibatkan polisi untuk menginterogasi bocah polos tersebut.
Ada hikmah yang sangat dalam terkait tragedi Ahmed diatas. Yakni dunia semakin mengapresiasi dan bersimpati terhadap kegiatan ilmiah remaja.
Semangat kreativitas yang tumbuh di kalangan remaja mestinya tidak disikapi dengan kecurigaan yang berlebihan. Apalagi disikapi dengan prasangka buruk seperti adanya anggapan itu merupakan bibit terorisme.
Saat itu tragedi Ahmed telah mendapat perhatian luas, tak terkecuali dari Presiden Barack Obama, CEO Facebook Mark Zuckerberg, Google hingga Twitter.
Sejak saat itu Ahmed mendapat undangan silih berganti untuk berkunjung ke Gedung Putih dan ke kantor pusat Facebook, Twitter dan Google. Presiden Obama menyatakan bahwa Ahmed telah menginspirasi para anak untuk menyukai ilmu sains.
Tragedi Ahmed membuka mata kita bahwa tidak henti-hentinya negara-negara maju menumbuhkan inovasi nilai dan teknologi untuk mempertahankan kejayaan bangsanya.
Pengajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di sekolah merupakan wahana yang strategis untuk menumbuhkan inovasi nilai dan teknologi.
Bahkan, sebuah buku yang tergolong international bestseller "Blue Ocean Strategy" menyatakan bahwa inovasi tersebut merupakan batu pijakan menuju kemajuan korporasi dan solusi berbagai masalah ekonomi suatu bangsa.
Pengajaran IPA secara ideal di sekolah merupakan investasi masa depan yang tiada taranya bagi suatu bangsa.