"Efek tornado: beda dengan puting beliung, tornado punya skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas. Angin tornado minimal kecepatan angin mencapai 70 km/jam. Dalam kajian kami di BRIN, angin puting beliung terkuat: 56 km/jam," jelas Erma lebih lanjut.
Ia mengklaim peristiwa ekstrim pada 21 Februari 2024, seperti fenomena tornado pertama, sudah diprediksi oleh Kamajaya (Kajian Awal Musim Jangka Madya Wilayah Indonesia) yaitu sistem informasi prediksi iklim berbasis komputer milik BRIN.
Kewaspadaan Badai Dahsyat
Menurut catatan saya, Erma Yulihastin telah menyalakan Kembali alarm kewaspadaan badai dahsyat yang berpotensi melanda pelosok negeri ini.Â
Tahun lalu Erma pernah menjadi perhatian publik karena ia juga menyalakan alarm kewaspadaan terkait potensi bencana hidrometeorologi.Â
Akibatnya gaduh menggemuruh di seantero negeri karena masih banyak pihak belum ngeh dengan kajian Wanita kelahiran Lamongan Jatim itu.
Bagi saya Erma adalah sang pembaca tanda-tanda langit yang hebat, jujur dan lugas. Wanita peneliti itu lahir dari pasangan Misnur Syamin dan Umi Kulsum.Â
Lahir pada tanggal 4 Juli 1979 di Lamongan, Jawa Timur. Bungsu dari dua bersaudara ini menamatkan sekolah hingga SMA di Lamongan. Pelajaran sekolah yang digemari adalah Fisika dan Matematika. Penyuka soto Lamongan ini juga senang menulis karangan dan puisi sejak masih di bangku SD.
Pada tahun 1997 ia melanjutkan pendidikan ke Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Semasa kuliah ia aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan seperti Keluarga Mahasiswa Islam ITB (Gamais ITB), Keluarga Mahasiswa ITB (KM ITB), dan sebagai aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Ketika menjadi mahasiswa, tulisan-tulisannya tersebar di Harian Umum Pikiran Rakyat dan media internal lainnya.
Sebagai periset klimatologi, konsentrasi studi yang Erma lakukan selama ini adalah mengenai perilaku hujan yang memicu extreme event dengan dampak meluas, seperti: banjir di Jakarta/Jabodetabek yang bisa dipicu oleh perilaku hujan ekstrem yang persisten (lebih dari 6 jam).
Menurut Erma, dirinya sering memakai istilah "badai dahsyat" untuk menggantikan istilah ilmiah dua jenis badai yang sedang intensif terjadi di Laut Jawa (badai MCC) dan Samudra Hindia (badai derecho/squall line) dan keduanya bergerak mendekati kawasan Jabodetabek. (TS)