Whoosh Melaju Berteman Sepi, Banting Harga Tiket Apakah Solusi ?
Dengan Whoosh acara dan rapat penting di Jakarta bisa saya ikuti dengan cepat. Kurang dari satu jam, saya yang selama ini tinggal di pinggiran kabupaten Bandung bisa hadir sebelum acara di Jalan Medan Merdeka Barat Jakarta dimulai. Setelah menuruni Whoosh di stasiun Halim, saya pindah ke moda LRT menuju Dukuh Atas. Frekuensi perjalanan LRT yang tinggi semakin mempercepat menuju Jakarta Pusat. Jika rapat diselenggarakan di daerah Jakarta Selatan, juga sudah tersedia moda MRT yang bisa melayani dengan cepat hingga Lebak Bulus. Dengan Whoosh Bandung-Jakarta sudah menyatu.
Banting Harga
Meskipun tiket Whoosh mulai 3 Februari 2024 harganya akan "dibanting" hingga Rp 150 ribu per orang untuk jam-jam tertentu ( bukan jam libur atau jelang liburan ).Harga dinamis tiket kelas ekonomi premium yang berkisar RP 150 ribu- Rp 170 ribu dan Rp 200 ribu tersebut belum tentu bisa mendongkrak jumlah penumpang Whoosh. Karena sensasi wisata naik kereta buatan Tiongkok tersebut ternyata tidak seperti yang diharapkan publik. Wisata naik Whoosh tidak terlalu sensasional. Masih lebih asyik wisata naik KA Argo Parahyangan yang rutenya meliuk-liuk melewati cantiknya kontur alam Bumi Pasundan.
Banting harga tiket Whoosh hingga Rp 150 ribu, lebih murah ketimbang tiket KA Argo Parahyangan sebenarnya merusak sistem perkeretaapian dan semakin menghancurkan usaha untuk balik modal investasi KCIC. Bisa jadi seratus tahun pun, Whoosh belum mampu break even point, dan bisa jadi subsidi untuk investor asing terus berlanjut hingga puluhan tahun kedepan. Kondisi tersebut tentunya akan menyedot APBN dan memperberat cicilan utang luar negeri.
Berdasarkan klaim pihak KCIC sejak kereta cepat diresmikan pada 2 Oktober 2023, periode peak hours di Stasiun Halim terjadi pada pagi hari hingga pukul 3 sore dan low hours terjadi setelah pukul 3 sore hingga malam hari. Sebaliknya, periode peak hours di Stasiun Tegalluar terjadi pada pukul 12 siang hingga malam hari sedangkan low hoursnya terjadi pada pagi hingga pukul 12 siang.
Kemacetan Lalu Lintas
Sayang seribu sayang untuk menuju stasiun Tegalluar tidak mudah, karena tertahan kemacetan laten di jalanan Rancaekek-Cileunyi-Cibiru. Setelah itu juga tertahan di jalan desa yang sempit di sekitar Masjid Al Jabar dan Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA).
Kemacetan sangat menyengsarakan, bisa berjam-jam. Banyak penumpang Whoosh yang tertinggal jadwal keberangkatan kereta. Penulis juga sering sport jantung dan stress jika melewati neraka kemacetan antara Rancaekek-Cileunyi-Cibiru. Sudah puluhan tahun jalan ini dibiarkan selalu macet tanpa solusi yang berarti. Bupati dan Gubernur silih berganti, namun tidak ada yang becus atasi kemacetan di jalur tersebut.
Sepanjang bulan Januari 2024 penulis telah melakukan enam kali perjalanan menggunakan kereta cepat Whoosh dari stasiun Tegalluar Kabupaten Bandung ke stasiun Halim, Jakarta Timur dan sebaliknya. Seluruh perjalanan dalam kondisi sepi. Gerbong Whoosh kursinya banyak yang kosong. Bahkan seluruh perjalanan dari Tegalluar gerbong sangat lengang. Whoosh melaju berteman sepi, isi gerbong melompong, dalam perjalanan saya satu gerbong hanya berisi 5 orang penumpang.
Stasiun Tegalluar yang sangat luas dan megah terus menerus terlihat sepi. Penumpang enggan menuju stasiun karena hambatan kemacetan lalu lintas, kondisi jalan yang sempit dan faktor gangguan sosial, seperti adanya gesekan antara angkutan online dengan ojek pangkalan.
Dalam hal ini KCIC yang menjadi operator Kereta Cepat Whoosh yang sebelumnya dikenal dengan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) mestinya segera bersinergi dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kemacetan di jalur Cibiru-Cileunyi-Rancaekek. Jika pemerintah daerah sudah menyerah dan tidak mampu mengatasi kemacetan laten tersebut, sebetulnya ada solusi yang lebih cepat yakni membuat jalan baru yang tidak terlalu panjang, yakni dimulai dengan ruas jalan baru di sekitar pintu gerbang Perumnas Bumi Rancaekek Kencana, Kecamatan Rancaekek yang sudah eksis, ke arah barat hingga tembus di parkir stasiun Tegalluar.
Saat ini ada ojek pangkalan atau ojek online yang bisa melayani penumpang menuju Stasiun Tegalluar lewat pematang sawah. Dari Perumnas Rancaekek hanya perlu waktu sepuluh menit sampai di pintu masuk Stasiun Tegalluar. Namun jika hari sudah gelap atau sehabis turun hujan, maka tukang ojek tidak berani melewati pematang sawah tersebut.
Pemerintah hanya perlu membangun jalan sekira 4 kilometer. Satu kilometer diantaranya berupa pematang sawah yang diperkeras batu. Sedang yang 3 kilometer berupa jalan desa. Di ruas jalan tersebut yang saat ini masih berupa sawah, nantinya bisa dibuat hotel atau Kawasan industri kreatif dan kerajinan lokal. Bisa juga berupa Gedung Kesenian atau taman budaya Kabupaten Bandung. Karena kabupaten ini belum memiliki taman budaya dan gedung kesenian yang representatif.
Kawasan di sekitar Stasiun Tegalluar memiliki prospek yang sangat bagus sebagai destinasi wisata, perhotelan, perumahan, hingga Kawasan Pendidikan. Salah satu tantangan atau hambatan alam di sekitar stasiun adalah bencana banjir yang sering menyergap Kawasan tersebut. Namun hal itu bisa diatasi jika pemerintah daerah serius memperbaiki banjir kanal barat Rancaekek dan normalisasi tanggul anak sungai yang ada supaya alirannya bisa lancar menuju Sungai Citarik. (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H