Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Mewujudkan Kota Teknopolis, Tidak Sekadar Kota Mandiri Sebatas Iklan

15 Januari 2024   10:58 Diperbarui: 16 Januari 2024   02:28 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balaikota Bandung (dokumen pribadi) 

Aku kembali ke Bandung, kepada cintaku yang sesungguhnya (Bung Karno).

Kalimat diatas adalah testamen Presiden pertama RI, Soekarno yang terpajang di Balai Kota Bandung. Testamen tersebut mengandung spirit yang sangat visioner terhadap pengembangan sebuah kota. 

Makna kegandrungan Bung Karno terhadap Bandung pada saat ini perlu diwujudkan dengan menumbuhkan Bandung sebagai kota yang cantik, ramah sosial, teknopolis yang mandiri, lestari alamnya dan berkelanjutan.

Testamen Bung Karno terhadap Kota Bandung (dokpri) 
Testamen Bung Karno terhadap Kota Bandung (dokpri) 

Publik berharap eksistensi kota mandiri benar-benar terwujud secara inklusif dan tidak hanya bagus sebatas iklan di media. 

Persepsi publik terhadap hunian kota mandiri yang memperlebar jurang sosial dan menimbulkan gentrifikasi perlu dijawab oleh pengembang dengan aksi sosial dan lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan.

Infrastruktur di kota mandiri semestinya tidak tertutup bagi rakyat luas. Harga rumah mesti terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. 

Kasus kota mandiri yang sangat merugikan masyarakat, seperti contohnya Meikarta jangan terjadi lagi.

Rencana menjadikan Bandung menjadi kota teknopolis sejak awal juga mendapat dukungan penuh dari Presiden Joko Widodo. Kota teknopolis merupakan kawasan industri berbasis teknologi canggih yang mengedepankan riset dan kegiatan inovasi. Sudah lama ada rencana menjadikan Kota Bandung menjadi semacam silicon valley di Amerika Serikat. Sejak rezim orde baru hal itu sudah mengemuka.

Kawasan Gedebage dipilih menjadi menjadi salah satu ikon teknopolis. Diharapkan di kawasan itu perusahaan raksasa dunia seperti Google, Cisco, Samsung dan lain-lain bersedia membangun pusat inovasi dan tempat pengembangan usahanya.

Tidak mudah mengembangkan kota teknopolis, dibutuhkan infrastruktur dan investor yang kuat. Selain itu Bandung juga harus berkompetisi dengan kota-kota lain yang terlebih dahulu memiliki kawasan industri yang sudah tertata. Seperti halnya kota Kudus yang sudah melangkah menjadi kota teknopolis berbasis industri perangkat TIK khususnya produk smartphone, televisi, dan perangkat elektronik lainnya.

Ruang Terbuka Hijau di Balaikota Bandung (dokpri)
Ruang Terbuka Hijau di Balaikota Bandung (dokpri)

Langkah Bandung menggapai teknopolis mestinya disertai dengan strategi diferensiasi dan daya dukung pasar yang kokoh. Teknopolis jangan hanya menjadi slogan. Sudah banyak slogan yang menempel di kota Bandung. Seperti Bandung Kota Cerdas (Bandung Smart City). 

Cetak biru dan konsep Bandung Smart City (BSC) yang merupakan konsep kota berbasis teknologi yang diintegrasikan pada pelayanan publik untuk mencerdaskan warga dan kotanya perlu dipercepat. Banyak masalah krusial di kota Bandung yang yang hingga kini belum terpecahkan. Salah satu masalah krusial yang harus segera diatasi adalah masalah kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas di kota Bandung.

Betapa mahalnya ongkos dari kemacetan kota jika dihitung dengan nilai ekonomi dan sosial. Tak pelak lagi produktivitas kota menjadi berkurang secara signifikan karena termakan oleh kemacetan lalu lintas. 

Pada jam sibuk kemampuan bergerak kendaraan di kota Bandung hanya sekitar 15 km/jam. Akibatnya, bahan bakar yang digunakan lebih banyak. 

Selain itu penentuan rute angkutan kota juga belum berdasarkan analisa data spasial dan belum memakai smart traffic system untuk mengelola arus lalu lintas secara real time.

Taman kota yang lestari dan berkelanjutan (dokpri )
Taman kota yang lestari dan berkelanjutan (dokpri )

Ketua dan anggota Dewan BSC jangan hanya simbolis, mereka dituntut untuk menyusun sistem inovasi daerah yang relevan dengan perkembangan jaman. Potensi sumber daya manusia dan ragam kebudayaan di Bandung sangat memungkinkan menjadi lahan subur untuk tumbuhnya proses inovasi. Juga bisa merupakan potensi yang sangat besar untuk berbagai produk inovatif.

Kegiatan inovasi di Kota Bandung hendaknya mampu menjadikan produk yang mampu menembus pasar global secara konsisten. Untuk menembus pasar dibutuhkan strategi diferensiasi produk dan tidak perlu berorientasi cost leader. 

Hal itu sejalan dengan pendapat pakar manajemen industri Michael Porter, yang menyatakan bila suatu produk tidak bisa menjadi cost leader, maka jadilah diferensiator. Dengan demikian, untuk mengelola produk inovatif maka strategi diferensiasi bisa menjadi daya saing yang sulit untuk ditiru oleh produk dari negara lain.

Ruang publik yang nyaman dan asri (dokpri) 
Ruang publik yang nyaman dan asri (dokpri) 

Strategi diferensiasi terhadap produk inovasi karya warga kota Bandung harus segera dirumuskan. Untuk membuat faktor diferensiasi yang paling penting dan mendasar adalah aktivitas pelatihan masyarakat untuk membuat produk inovatif. 

Sayangnya, pemkot belum mampu menyediakan ruang kreatifitas yang memadai untuk warganya. Mestinya pemkot tidak boleh mati langkah dalam membangun infrastruktur yang bisa menumbuhkan kreatifitas warga dan mengajarkan proses desain yang benar. Diferensiasi inovasi akan terwujud dengan baik jika ada landasan yang kokoh terhadap stimulus gagasan desain dari masyarakat.

Perlu mencontoh negara maju untuk membangun kota cerdas berbasis inovasi. Seperti kota Austin dan Cleveland di Amerika Serikat. Di sana keberhasilan daya inovasi ditandai dengan adanya sederet perusahaan semikonduktor yang menghasilkan berbagai produk unggulan dunia.

Eksistensi Dewan BSC hendaknya tidak tumpang tindih dengan Dewan Riset Daerah (DRD). Karena sebagai lembaga fungsional lokal, DRD memiliki kiprah dan tanggung jawabnya seperti tercantum dalam UU No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Perencanaan dan pengembangan inovasi daerah (dokpri )
Perencanaan dan pengembangan inovasi daerah (dokpri )

Dalam tingkatan pemerintah daerah, fleksibilitas birokrasi atau ASN di Kota Bandung memerlukan infrastruktur kota yang canggih. Embrio tentang itu sudah ada dengan tajuk Command Center (CC). Yakni Bandung Command Center. Eksistensi  Command Center (CC) kota sebaiknya juga terkait dengan layanan digital dan sebagai media brainstorming atau curah pikir secara digital di antara stakeholder kota. Agar penyelesaian masalah perkotaan bisa lebih sistematis, terukur dan berkelanjutan.

 Command Center (CC) dikembangkan jangan hanya sebagai layanan digital terkait dengan bisnis, tetapi juga diarahkan untuk rekayasa sosial dan budaya.  Command Center (CC) di masa mendatang sebaiknya menjadi The Digital Brainstorming bagi pemerintahan kota yang didukung oleh aktualitas konten dan metode komunikasi massa yang baik.

Arah pengembangan  Command Center (CC) menuju simulasi infrastruktur kota secara virtual yang terpadu dengan sistem informasi bidang kependudukan, perekonomian, kebudayaan dan pelayanan publik. Pengembangan Command Center (CC) terkait dengan fleksibilitas kerja ASN memerlukan perangkat monitoring dan visualisasi yang canggih. (TS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun