Jalur Ganda Belum Tuntas, Terjadi Kecelakaan KA di Cicalengka
Kecelakaan Kereta Api (KA) terjadi di dekat Stasiun Cicalengka, Kabupaten Bandung (05/01/2024) sekitar pukul 6 WIB. Rangkaian KA eksekutif Turangga dari Surabaya menuju Bandung dengan kecepatan tinggi menabrak rangkaian KA Komuter Bandung Raya yang akan memasuki Stasiun Cicalengka. Menewaskan tiga orang awak KA, yakni masinis, asisten masinis dan pramugara KA.
Kondisi jalur KA antara Stasiun Bandung dengan Stasiun Cicalengka hingga kini sedang berlangsung pembangunan jalur ganda dan pembangunan Stasiun Cicalengka. Kondisi pembangunan jalur ganda yang belum tuntas dan berlarut-larut diduga menjadi penyebab kecelakaan KA tersebut.
Pembangunan Stasiun Cicalengka secara besar-besaran dan jalur ganda tentunya mengubah sistem persinyalan yang mengatur wesel rel KA. Pembaruan sistem persinyalan di Stasiun Cicalengka diduga menjadi penyebab kenapa KA Turangga melintas dengan kecepatan tinggi menuju Bandung, padahal rangkaian KA Komuter Bandung Raya belum selesai memasuki Stasiun Cicalengka dari arah sebaliknya. Kondisi Stasiun Cicalengka yang hingga kini masih belum tuntas pembangunannya terlihat semrawut dan berpotensi membahayakan penumpang.
Patut diduga pihak petugas perjalanan KA Stasiun KA Cicalengka menjadi faktor penyebab human error. KA Turangga mestinya ditahan dulu di stasiun Nagreg, sebelum KA Komuter Bandung Raya telah memasuki jalur stasiun Cicalengka dengan baik. Kondisi stasiun baru Cicalengka yang masih semrawut jalurnya dan perubahan sistem persinyalan yang baru, bisa jadi belum dipahami betul oleh petugas PPKA Stasiun Cicalengka.
Penulis dan keluarga sehari-hari memakai jasa KA Komuter Bandung Raya. Hingga pagi ini jadwal perjalanan KA Komuter tampak kosong atau ditiadakan menunggu kepastian penanganan di Stasiun Cicalengka. Publik berharap jadwal KA hari ini bisa dinormalkan dan perjalanan KA Komuter bisa dioperasikan atau dialihkan sampai Stasiun Rancaekek. Dan untuk KA jarak jauh jalur selatan tentunya bisa dialihkan menuju jalur KA utara melewati Cikampek.
Pembangunan infrastruktur perkeretaapian di Bandung Raya secara besar-besaran, baik infrastruktur stasiun, jalur ganda, dan pembuatan jembatan baru serta modernisasi persinyalan dengan teknologi digital yang terbaru sebaiknya segera dituntaskan. Jangan berlarut-larut pengerjaannya akibat non teknis.
Sebagai pengamat infrastruktur perkeretaapian serta sebagai pengguna KA sehari-hari, penulis sangat bangga dan bersyukur. Jalur ganda KA antara Stasiun Kiaracondong hingga Stasiun KA Cicalengka. Namun penulis merasakan proses pembangunan terasa lambat, meskipun sudah berlangsung hingga 3 tahun. Padahal jarak jalur ganda itu tidak terlalu panjang, hanya sekitar 25 kilometer. Melintasi 6 stasiun yang seluruhnya kini sudah dibangun dengan stasiun baru.
Pembangunan stasiun yang modern dan megah dibarengi dengan pembangunan rel ganda atau jalur ganda (double track ) selama ini menjadi impian penglaju Bandung Raya.
Stasiun megah tidak hanya di Stasiun Rancaekek dan Stasiun Cicalengka, tetapi hampir semua stasiun KA di Bandung Raya, yang menjadi wilayah kerja Daops II PT KAI, telah dibangun stasiun yang megah dan modern, seperti Stasiun Rancaekek. Stasiun-stasiun kecil yang selama ini di tengah rawa, seperti Stasiun Haurpugur, Cimekar kini telah menjadi stasiun yang super megah, gedung utama stasiun dan emplasemen, peron yang luas serta digitalisasi sistem persinyalan yang canggih. Stasiun-stasiun lama seperti Kiaracondong, Gedebage, Cicalengka, Padalarang dan Cimahi juga dalam proses renovasi besar-besaran.
Teristimewa untuk Stasiun KA Rancaekek, kini menjadi besar,megah, luas dan menjadi konektivitas perhubungan dan logistik yang modern. Stasiun Rancaekek sudah pantas berstatus sebagai stasiun besar yang melayani naik dan turun penumpang KA jarak jauh. Tentunya stasiun ini menjadi landmark bagi Kabupaten Bandung. Kedepan di sekitar stasiun ini juga bisa menjadi wahana untuk kegiatan seni, budaya dan produk lokal. Juga punya potensi sebagai infrastruktur logistik yang menggerakkan perekonomian daerah.
Sayang sekali, ketika stasiun sudah megah, besar dan canggih, juga sudah double track, walaupun belum tuntas pengerjaannya. Namun, jumlah rangkaian kereta api ternyata masih kurang. Selama puluhan tahun masyarakat bersyukur dilayani oleh KRD bekas hasil hibah dari Jepang yang telah berjasa puluhan tahun melayani para penglaju dengan baik. Sedikit catatan, pada era Presiden SBY ada tambahan satu rangkaian KA bernama Baraya Geulis buatan (rakitan) PT INKA, tetapi belum lama beroperasi ( kurang dari satu tahun), si Baraya Geulis menghilang tanpa bekas dan tidak lagi beroperasi, karena sering mogok dan mengalami kerusakan di tengah perjalanan. Masyarakat Bandung Raya memohon kepada pemerintah agar rangkaian KA komuter ditambah. Semoga hibah atau hadiah gratis rangkaian KRD bekas dari Jepang bisa didatangkan lagi untuk melayani relasi Padalarang-Bandung-Rancaekek-Cicalengka hingga Kota Garut.
Perkembangan perkeretaapian di Bandung Raya, juga merupakan momentum untuk mengintegrasikan simpul-simpul infrastruktur logistik, baik simpul logistik (logistics node) maupun keterkaitan antar simpul logistik (logistics link) yang berfungsi untuk menyalurkan barang dari titik asal ke titik tujuan. (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H