Jangan Remehkan Keretakan Terowongan, Perlu Pemeriksaan Saksama
Gempa bumi berkekuatan M 4,8 yang mengguncang Sumedang dan sekitarnya pada Minggu (31/12/2023) menyebabkan beberapa rumah dan bangunan publik mengalami kerusakan. BNPB pun melaporkan bahwa dinding twin tunnel atau terowongan kembar Tol Cisumdawu mengalami keretakan.
Retaknya dinding terowongan Tol Cisumdawu langsung direspon beberapa pihak seperti pemerintah provinsi Jawa Barat, kepolisian dan pihak pengelola jalan tol dengan satu kata, "aman". Seperti paduan suara mereka menyatakan kondisinya aman. Mereka sangat khawatir dengan dampak viralnya masalah keretakan dinding terowongan di sosial media.
Mestinya instansi tersebut bersikap lebih saksama dan hati-hati berdasarkan kaedah ilmiah dan berpegang kepada tindakan teknis. Bukan asal statement, seperti misalnya pernyataan pihak yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan keretakan tersebut adalah sarang laba-laba. Mestinya dengan adanya gempa bumi, meskipun secara kasat mata tidak terlihat retakan di permukaan luar, bisa jadi ada keretakan serius di bagian dalam. Sehingga perlu dilakukan prosedur inspeksi yang tidak sekedar dengan mata telanjang.
Pihak pengelola Tol Cisumdawu yakni PT Citra Karya Jabar Tol (CKJT) menyatakan bahwa keretakan di dinding terowongan kembar itu katanya hanya kotoran dari sarang laba-laba. Perlu dicat lagi agar tidak terlihat. Sebaiknya terlebih dahulu dilakukan inspeksi secara saksama dengan alat ukur lebar retak beton yang merupakan alat uji NDT ( non destructive test ) yang sangat berguna membantu dalam pengawasan dan perawatan mutu beton.
Alat tersebut memiliki fungsi utama untuk mengukur lebar suatu retakan pada bidang beton. Alat ukur lebar retak beton ini banyak digunakan untuk pengujian non destruktif dari lebar retak jembatan, terowongan, konstruksi dan struktur beton lainnya. Selama deteksi, sistem mengambil gambar retakan secara otomatis dan menampilkan gambar retakan secara real time dan data gambar dapat disimpan secara otomatis.
Analisis dan solusi terjadinya keretakan dinding beton pada bangunan teowongan dan bagunan bawah tanah lainnya sangat penting. Terlebih ketika terjadi bencana alam gempa bumi dan banjir. Pada prinsipnya terowongan menahan beban secara lateral pada sekeliling dindingnya. Jika terjadi keretakan bisa merambat akibat adanya konsentrasi air di sekitarnya. Pekerjaan perawatan kebocoran terowongan akibat retakan menggunakan dua metode, secara efektif pemilihan metode dapat diperhitungkan dari titik bocor yang terjadi pada dinding terowongan.
Metode yang pertama adalah Grouting. Yaitu memasukkan cairan semen dengan alat inject pada bagian dinding yang mengalami kebocoran. Metode kedua adalah plester. Plesteran dilakukan apabila kerusakan yang terjadi masih berupa retak rambut dan gompal/ coak pada area yang kecil. Grouting digunakan pada kerusakan yang luas dan dalam. Terutama pada bagian yang mengalami keruntuhan besar dan memerlukan pengecoran skala besar.
Meningkatnya pembangunan infrastruktur bawah tanah seperti bangunan terowongan dalam mendukung sistem transportasi dibutuhkan beberapa analisa terhadap perilaku terowongan dalam mencegah terjadinya kerusakan. Para ahli teknik sipil terus melakukan penelitian untuk mengetahui perilaku yang menyebabkan kerusakan seperti retakan dan displacement dengan melakukan analisis yaitu menggunakan model.
Salah satu perilaku terowongan yang perlu diperhatikan dalam struktur terowongan seperti pada model terowongan NATM adalah terjadinya retakan pada cangkang terowongan. Analisa mengenai retakan yang terjadi pada terowongan ini pernah dilakukan oleh Lackner dan Mang (2003) dengan menggunakan metode hybrid dimana dilakukan metode pendekatan dengan menggabungkan pengukuran pada beton yang bertujuan meneliti bagaimana perilaku lapisan shotcrete.
Konstruksi terowongan bawah tanah untuk transportasi kereta api maupun untuk jalan tol adalah terowongan beton yang dibangun dengan menggunakan mesin bor Tunnel Boring Machine (TBM). Dinding terowongan pada konstruksi underground menggunakan material beton precast (segment) yang disusun melingkar menjadi satu ring segment secara langsung oleh TBM.
Metode inspeksi atau pemeriksaan pada terowongan diperlukan untuk menjadi dasar diagnosa dalam perawatan terowongan.Perawatan terowongan dilakukan untuk menjaga kondisi terowongan dapat berfungsi dengan baik dan aman untuk dioperasikan secara berkelanjutan sesuai dengan beban yang telah diperkirakan, meliputi : beban tanah atau batuan di atasnya (overburden), beban mati dan beban hidup, beban akibat tekanan air, beban gempa, dan beban lainnya yang akan mempengaruhi konstruksi terowongan.
Dari beberapa penelitian bahwa kerusakan pada dinding terowongan dapat diklasifikasikan sebagai kebocoran dan keretakan. Pelaksanaan pemeriksaan komponen pada dinding terowongan dengan memperhatikan bagian detail pada dinding berupa baut segmen, sambungan antar segmen, struktur beton pada segmen.
Lazimnya untuk perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan mencegah kebocoran dinding terowongan dapat dilakukan dengan Grouting cairan polyurethane dan mengganti karet sealing pada baut.
Keretakan spesifik pada dinding terowongan memiliki karakteristik yang berbeda. Klasifikasi keretakan diperlukan sebagai indikator kategori pemeriksaan dan pemilihan perawatan yang digunakan. Perawatan dilakukan apabila hasil pemeriksaan telah terdata dan terklasifikasi. Klasifikasi perawatan dikelompokkan berdasar semakin kecil nya angka aman yang dapat diterima. Sehingga terdapat prioritas pekerjaan yang dilakukan dalam masa perawatan. (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H