Sekedar catatan, teknologi pirometalurgi jauh lebih murah dibandingkan smelter hidrometalurgi.Namun dibalik harga murah itu terkandung sederet risiko keselamatan kerja dan lingkungan hidup. Hilirisasi nikel di Indonesia saat ini hampir seluruhnya menggunakan teknologi RKEF yang akan menghasilkan nikel pig iron (NPI) dan Feronikel.
Perlu investigasi total dan pembenahan manajemen risiko terhadap smelter nikel. Manajemen risiko termasuk aspek sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3).Manajemen risiko pada unit smelter mencakup prinsip, kerangka kerja, dan proses untuk mengelola risiko secara efektif. Peristiwa risiko dicirikan sebagai kombinasi baik probabilitas dan konsekuensi dari peristiwa yang tidak diinginkan. Proses manajemen risiko pada prinsipnya meliputi mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, mengendalikan, berkomunikasi, dan memantau.
Mayoritas teori yang mendasari proses dari manajemen risiko merujuk teori pemenang hadiah Nobel Herbert A. Simon. Yang mengidentifikasi tiga fase dasar dari pengambilan keputusan dalam risiko dan ketidakpastian yaitu: intelligence, atau identifikasi risiko; design,atau analisa risiko; dan choice/implementation, atau penanggulangan risiko.
Manajemen risiko dimulai dengan pendekatan multidisiplin. Matriks risiko disebut Probability Matrix atau Impact Matrix adalah alat yang efektif yang dapat membantu dalam evaluasi risiko dengan berfokus pada kemungkinan risiko potensial.
Perlu konsistensi dan disiplin tinggi terkait dengan jadwal perawatan komponen smelter nikel. Perawatan adalah mutlak dan kunci untuk mempertahankan operasinya yang efisien dan berkelanjutan. Namun prosedur perawatan harus dibuat sesuai dengan standar yang ketat. Kasus terbakarnya tabung oksigen yang menyebabkan malapetaka di smelter PT ITSS mestinya tidak terjadi jika prosedur dan standar perawatan dilakukan secara teliti.
Prosedur Perawatan Smelter
Ada beberapa prosedur perawatan smelter nikel yang harus ditaati, yakni :
1. Pembersihan regular, dengan memastikan ada pekerja yang membersihkan secara rutin seluruh peralatan, pipa dan area kerja di sekitar smelter. Debu dan kotoran dapat mengganggu kinerja peralatan dan bahkan dapat menyebabkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Penggantian suku cadang smelter secara teliti, periksa dan ganti suku cadang yang aus sesuai dengan jadwal pemeliharaan preventif. Hal ini termasuk komponen seperti elemen pemanas, resistor, dan bagian penting lainnya.
3. Pengendalian korosi: Perlu melindungi komponen smelter dari korosi dengan melapisi permukaan yang rentan dengan pelapis tahan korosi atau cat khusus. Hal ini dapat membantu memperpanjang umur komponen.
4. Pemantauan kondisi smelter yang rawan dengan sensor suhu, tekanan, dan getaran untuk memantau kinerja peralatan secara real-time. Hal ini dapat membantu mendeteksi potensi masalah sebelum berkembang menjadi kerusakan serius.