Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Agar Unggul Debat, Belajar pada Kuda Renggong dan John F Kennedy

15 Desember 2023   10:56 Diperbarui: 15 Desember 2023   10:57 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agar Unggul Debat, Belajar pada Kuda Renggong dan John F Kennedy

Orang bijak mengatakan "rangkaian kata yang diucapkan adalah isi pikiran dan keteguhan pribadinya". Menguasai jurus debat pada prinsipnya adalah kemampuan merangkai kata menjadi kalimat yang bermakna tinggi dan kritis dengan waktu yang cepat. Namun,dalam rangkaian itu mesti diselingi dengan kejenakaan.

Berpacu merangkai kata dan kalimat bagaikan sepasang kaki kuda balap dalam arena pacuan. Namun kemampuan berpacu mesti disertai dengan jurus kuda Renggong, yang bergaya mempesona dan memiliki deposit humor atau jenaka.

Penonton debat perlu disuguhi dengan daya kritis berbasis pikiran sehat dan jurus kejenakaan yang menyegarkan. Perlu deposit humor bagi para capres dan cawapres dalam acara debat. Namun yang dibutuhkan penonton bukan humor yang konyol tetapi humor yang mencerdaskan.

Kesenian Kuda Renggong ( sumber Bisnisbandung.com )
Kesenian Kuda Renggong ( sumber Bisnisbandung.com )

Belajarlah kepada Kuda Renggong dalam berdebat, gerakannya indah dan unik. Saya sering mengamati kesenian Kuda Renggong yang lewat di depan rumah ketika di kampung ada yang menggelar acara sunatan. Saya amati gerakan kuda yang memakai baju,topi dan aksesoris lainnya gerakannya sangat lucu. Bahkan adegan "kuda naik orang" sering mengocok perut penonton. Kuda Renggong adalah ekspresi kejenakaan dalam keperkasaan.

Pakar psikologi mengatakan bahwa humor merepresentasikan aspek ide dan pemikiran yang cemerlang yang dibutuhkan pada era kini. Terapi olah ketawa dari pemimpin terhadap warga bangsa yang dilakukan secara teratur bisa melahirkan situasi ceria, yang pada gilirannya bisa meningkatkan kreativitas, produktivitas, dan kolaborasi yang lebih besar. Kini betapa pentingnya eksploitasi nilai-nilai kebajikan dari olah ketawa.

 

Debat pamungkas antara Richard Nixon dan John F. Kennedy pada 21 Oktober 1960 (sumber AP Photo )
Debat pamungkas antara Richard Nixon dan John F. Kennedy pada 21 Oktober 1960 (sumber AP Photo )

Kiat Debat John F Kennedy

Peristiwa debat Presiden harus diakui adalah mengadopsi budaya dan tradisi politik Amerika Serikat sejak masa Presiden Lincoln dan Douglas. Namun debat Presiden Amerika yang benar-benar terbuka serta disiarkan secara nasional secara langsung oleh jaringan televisi baru dimulai pada bulan September 1960, yakni peristiwa debat antara John F Kennedy dengan Richard Nixon.

Selain itu Debat Presiden merupakan klimaks kampanye pilpres. Biasanya tradisi di Amerika melakukan perdebatan sebanyak empat kali masing-masing selama satu jam.

Dalam perdebatan antara JFK dan Nixon masing-masing terlihat begitu percaya diri dan sangat sehat. Sementara dalam tengah waktu, Nixon kelihatan seperti orang hukuman yang lari dari penjara, pucat dan berkeringat, biji matanya tampak bulat-bulat. Sementara JFK terlihat sebaliknya. Sudah barang tentu dalam debat itu JFK berhasil memojokkan lalu merobohkan pernyataan-pernyataan Nixon.

Dalam debat itu Nixon benar-benar ditelanjangi habis-habisan. Apa kiat atau resep dari JFK yang membuat dirinya unggul dalam berdebat. Resep yang bersifat teknis karena JFK mampu melakukan komunikasi politik yang bersifat influencing, dalam arti mampu memberikan motivasi kebangsaan, sementara pernyataan-pernyataan Nixon sebaliknya, yakni terlihat dis-influencing.

Olah komunikasi dari JFK cocok dengan selera rakyat Amerika waktu itu. Selain itu ada faktor non-teknis yang menjadi stimulus kemenangan debat presiden yang dilakukan oleh JFK. Faktor non-teknis itu sangat kontroversial dan mengagetkan. Ini seperti pengakuan Landon Marvin salah seorang tim sukses JFK, bahwa 90 menit sebelum acara perdebatan dimulai JFK selalu melakukan kencan dengan wanita lain.

 

Thomas Paine ( sumber pbslearningmedia.org )
Thomas Paine ( sumber pbslearningmedia.org )

Dengarlah Seksama Suara Publik

Setelah menyaksikan acara perdana Debat Capres pemilu 2024, publik berharap agar debat yang kedua dan seterusnya lebih menarik dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu debat selanjutnya diharapkan bisa menarik segmen undecided voter. Lagi-lagi orang bijak berkata,"tak ada guna mengutuk kegelapan, nyalakan perasaan riang gembira".

Meskipun saat ini frustrasi sosial merebak di mana-mana dan deret kasus bunuh diri keluarga semakin panjang namun bangsa ini butuh harapan baru. Butuh perubahan semua lini perikehidupan bangsa, perubahan yang bisa menghalau faktor-faktor yang menekan kesehatan jiwa.

Tak bisa dimungkiri, kini pekerja banyak yang dilanda depresi karena lemah daya beli dan terancam pemotongan gaji hingga pemutusan hubungan kerja. Tidak hanya kaum pekerja yang resah gelisah. Para pengusaha setiap saat didera rasa was-was dampak ketidak pastian dan ancaman resesi. Mereka galau dengan biaya produksi dan operasional yang kian tinggi. Diperparah dengan daya beli masyarakat yang kian merosot.

Wahai Capres dan Cawapres, engkau harus dengar suara ini :


Suara yang keluar dari dalam goa

Goa yang penuh lumut kebosanan

Walau hidup adalah permainan

Walau hidup adalah hiburan

Tetapi kami tak mau dipermainkan

Dan kami juga bukan hiburan

Turunkan harga secepatnya

Berikan kami pekerjaan

Pasti kuangkat engkau

Menjadi manusia setengah dewa

 

Masalah moral, masalah akhlak

Biar kami cari sendiri

Urus saja moralmu, urus saja akhlakmu

Peraturan yang sehat yang kami mau

Tegakkan hukum setegak-tegaknya

Adil dan tegas tak pandang bulu

(Lagu Manusia Setengah Dewa -- Iwan Fals )


Wahai Capres dan Cawapres, engkau jangan menambah situasi semakin beku, mesti dicairkan lewat olah ketawa. Betapa pentingnya para pimpinan pemerintahan dan perusahaan untuk memiliki kecerdasan dan deposit humor. Sekarang ini faktor humor menjadi penting dalam bidang apapun. Konsultan internasional Hay Group merilis bahwa tipe kepemimpinan atau manajemen yang paling efektif pada era sekarang ini adalah generator humor.

Generator humor telah menjadi trend global, terutama di korporasi yang sudah mapan. Warga dunia butuh transformasi budaya kerja dari yang serba kaku dan terburu waktu, menjadi ruang atau situasi kerja yang nyaman dan mampu berbagi emosi serta empati dari para pemimpin yang diwarnai dengan humor segar.

Wahai Capres dan Cawapres yang bertanding dalam pemilu 2024, untuk memproduksi pikiran sehat dan menambang daya kritis, engkau perlu belajar kepada Thomas Paine sang maestro pengubah sejarah. Dia adalah sosok yang dijuluki "puntung berapi" bangsa Amerika itu adalah produsen terbesar postulat "Pikiran Sehat" suatu bangsa sejak tahun 1770.

Paine adalah sosok belia ajaib, seorang penulis pamflet terbesar, seorang agitator budiman dan provokator putih yang menjadi inspirator utama jalannya Revolusi Amerika. Bukunya yang berupa pamflet setebal 47 halaman yang berjudul Common Sense diterbitkan pada tanggal 10 Januari 1776 dan langsung meledak di seantero koloni Inggris.

Belum ada buku dalam sejarah yang memiliki pengaruh begitu cepat dan dahsyat seperti buku Common Sense. Buku ini seperti serunai sangkakala yang memanggil kaum revolusioner untuk bangkit memperjuangkan kemerdekaan Amerika dari penjajahan Inggris. Dalam buku ini Paine telah menjelaskan bahwa revolusi adalah satu-satunya jalan untuk menyelesaikan persengketaan Amerika dan Inggris di bawah raja George III. Buku Paine juga telah menampar keras kaum Tory yang telah menunjukkan kesetiaannya kepada Raja Inggris. Mereka itu antara lain George Washington, Benyamin Franklin, dan Thomas Jefferson untuk merubah pondasi pikiranya tentang kemerdekaan Amerika.

Wahai Capres dan Cawapres, semakin banyaknya gegar elite politik dan mulai terjadinya pembusukan hukum di negeri ini, maka Ibu Pertiwi terus menerus memanggil Thomas Paine untuk mengimpor Pikiran Sehat nya. Namun jeritan itu sia-sia karena ditelan ruang dan waktu. Ditengah-tengah duka nestapa dan kepiluan Ibu Pertiwi tersebut, mahkamah sejarah memberikan alternatif pikiran-pikiran sehat anak negeri. Mereka itulah wunderkinder politik, kaum belia yang mampu membuat perubahan yang esensial, yang agenda aksinya sangat fenomenal dan memukau. Bukankah negeri ini juga telah memiliki cukup banyak "puntung berapi" semacam Paine.

Keniscayaan, Indonesia sekarang ini membutuhkan puntung berapi dari kalangan belia untuk melakukan revolusi budi pekerti. (TS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun