Bangunan sabo pada umumnya dibangun di daerah yang sangat rentan terhadap bahaya aliran debris yang memiliki gaya bentur (impact force) yang sangat besar. Sehingga bangunan sabo harus direncanakan dan di desain untuk mampu menahan gaya bentur tersebut.
Salah satu penyebab kerusakan yang sering terjadi pada bangunan sabo, khususnya Sabodam tipe tertutup ( non modular ) dari bahan beton konvensional adalah kerusakan akibat gaya bentur. Oleh sebab itu lebih tepat diterapkan sistem modular dengan kualitas beton yang kekuatannya mencapai K600. Kualitas beton mutu tinggi tersebut diproduksi oleh perusahaan pracetak .
Selain lebih tahan terhadap gaya bentur/impak. Waktu pelaksanaan pembangunan Sabodam modular relatif lebih cepat karena modul dikerjakan secara masal di pabrik. Perencanaan Sabodam dilakukan dengan menganalisis data hidrologi berupa curah hujan yang menghasilkan curah hujan rencana periode ulang 50 tahun. Curah hujan rencana tersebut digunakan untuk mendapatkan besar debit banjir rencana periode ulang 50 tahun. Dalam perhitungan debit banjir rencana digunakan dua kondisi yaitu kondisi banjir tanpa sedimen dan kondisi banjir dengan sedimen. Debit banjir dengan sedimen diperoleh dari debit banjir dikalikan dengan konsentrasi sedimen.
Kementerian PUPR selama ini telah banyak membangun Sabo dam untuk mitigasi lahar gunung berapi. Lahar dingin yang menghanyutkan bebatuan dengan volume yang besar bisa diatasi. Pola pengendalian aliran lahar dengan Sabodam memiliki perbedaan fungsi pada daerah yang berbeda-beda. Kawasan gunung berapi berdasarkan pengendalian lahar dibedakan menjadi empat macam, yaitu daerah pengendapan lahar,daerah transportasi lahar,daerah sumber material lahar dan daerah puncak gunung. Kementerian PUPR khususnya Balai Sabo perlu bersinergi dengan dengan pemerintah daerah dan perguruan tinggi terkait dengan kegiatan penelitian dan pengembangan sabo yang bisa mereduksi risiko bencana. Tak hanya terbatas untuk pengendalian sedimentasi vulkanik, perlu juga juga penelitian dan solusi konkrit untuk mengatasi sedimentasi di daerah non-vulkanik seperti permasalahan erosi dan tanah longsor.
Perlu rekayasa teknologi flexible ring net atau ring net barriers yang diproduksi di dalam negeri dengan bahan baku lokal. Sehingga konstruksi tersebut tidak didominasi oleh komponen impor. Untuk mereduksi risiko bencana hidrometeorologi perlu di produksi komponen ring net barriers di dalam negeri. Industri baja nasional mestinya bisa memenuhi kebutuhan material dasar untuk proyek tersebut.
Mereduksi risiko banjir bandang memerlukan usaha atau penelitian terus menerus terkait monitoring curah hujan dan kinerja teknologi flexible ring net. Dari peta geospasial bisa diketahui beberapa tempat yang kontur tanahnya rendah dan berpotensi menjadi area yang bisa diterjang banjir bandang.
Untuk itu perlu dipasang flexible ring net di beberapa lokasi. Titik lokasi yang dipasang sebaiknya ditentukan setelah melakukan analisis dan simulasi beberapa case kejadian banjir. Analisis dan simulasi melibatkan lintas lembaga pemerintah dan masyarakat. Aliran banjir bandang biasanya melewati cekungan lereng dan aliran sungai yang sudah terbentuk sebelumnya. (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H