Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tucano Sang Penghancur Gerombolan Bersenjata

17 November 2023   16:50 Diperbarui: 17 November 2023   16:57 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tucano Sang Penghancur Gerombolan Bersenjata 

Tucano Begitu garang menghancurkan gerombolan bersenjata yang membuat kekacauan di banyak negara. Pemberontak di wilayah terpencil dibikin kocar-kacir oleh pesawat tempur taktis itu. Markas pasukan kartel narkoba di hutan belantara hancur lebur dihajar Tucano.

Namun kegarangan pesawat baling-baling bersuara khas yang bergambar moncong hiu itu berubah menjadi duka yang mendalam. Dua pesawat Super Tucano TNI AU yang tengah menjalani latihan rutin dengan misi terbang berbagai formasi mengalami kecelakaan di kawasan lereng pegunungan Bromo di wilayah Pasuruan, Jawa Timur. Menimbulkan enigma terkait dengan faktor penyebab kecelakaan. Semoga yang berwenang meneliti kecelakaan pesawat militer bisa segera mengetahui faktor penyebab kecelakaan secara tuntas.

Pesawat Super Tucano digunakan sedikitnya oleh 17 negara dan masih banyak lagi negara lainnya yang bermaksud membeli pesawat ini. Pesawat memiliki prestasi gemilang dalam serangan udara oleh angkatan udara Brasil untuk melakukan misi penghancuran kartel narkoba pada operasi bersandi Agata. Dalam operasi tersebut pasukan Brasil berhasil menyita puluhan ton narkoba, menangkap 3.000 orang dan menghancurkan tiga lapangan terbang ilegal yang digunakan oleh kartel narkoba.

Tak jarang Super Tucano yang sedang terbang rendah ditembak senapan mesin, namun tidak apa-apa karena dibagian bawah fuselage atau badan pesawat dan bagian yang rawan konstruksinya dibuat dengan material Kevlar carbon anti peluru. Sehingga berondongan peluru dari gerombolan bersenjata bisa diatasi.

Dari pengalaman operasional diatas maka Super Tucano sebenarnya sangat tepat untuk mengamankan perbatasan NKRI. Begitu pula dengan daerah rawan gerombolan bersenjata seperti di Papua. Karena spesifikasi pesawat mampu memberikan dukungan terhadap pasukan TNI di garis depan dengan cepat.

Risiko Tersembunyi

Super Tucano sangat dikenal sebagai Skuadron dengan grafis bergambar moncong ikan Hiu. Hal itu untuk memberi penghormatan jenis pesawat tempur RI Mustang P-51 yang kiprahnya sangat berjasa pada awal kemerdekaan.

Pada saat tahap pengadaan TNI AU, Super Tucano mengalahkan beberapa pesaingnya yakni jenis pesawat tempur taktis jenis L-159A buatan Ceko, M-346 buatan Italia, K8P buatan China, dan KO-1B buatan Korsel.

Berdasarkan spesifiaksi Tucano yang dibeli Indonesia itu merupakan versi yang telah disempurnakan dari pesawat latih EMB-312 Tucano, dimana versi ini mempunyai kelebihan lebih cepat dan kemampuan terbangnya lebih tinggi. 

Pesawat ini dirancang untuk light attack, counter insurgency (COIN), close air support ,dan aerial reconnaissance missions. Dirancang untuk dapat beroperasi di daerah dengan suhu tinggi, kondisi kelembaban yang tinggi. Dilengkapi dengan generasi ke-4 avionik yang menggabungkan dengan sistem senjata dalam memandu akurasi senjata.

Kecelakaan Super Tucano di Pasuruan memberi pelajaran berharga bahwa apapun jenis pesawat militer yang dibeli dari luar negeri, baik tempur maupun transpor, kondisinya masih mengandung kendala desain. Sehingga dibutuhkan peran SDM yang menguasai aspek desain terhadap pesawat yang bersangkutan. 

Sebagai orang yang pernah bekerja di industri pesawat terbang saya pernah mendapat pelajaran bahwa pada hakikatnya semua jenis pesawat militer mengandung kendala desain dan selalu disempurnakan kemudian. 

Celakanya, kendala tersebut bersifat tersembunyi sedemikian rupa, sehingga sulit diamati atau dideteksi secara dini oleh perencana atau pembuatnya. Risiko semacam itu disebut dengan istilah risiko yang tersembunyi.

Jika pihak pembeli memiliki SDM yang menguasai atau memahami aspek dan konsep desainnya, maka bisa mengatasi atau mengeliminasi risiko di atas. Jika sebaliknya maka risiko tersembunyi itu bisa berubah menjadi malapetaka. Seperti misalnya kasus adanya initial crack (retakan) pada struktur pesawat terbang setelah beroperasi selama kurun waktu tertentu.

Program Zero Accident pesawat TNI AU bisa efektif jika didukung oleh SDM yang benar-benar menguasai sistem dan aspek desain pesawat yang dimiliki oleh TNI.

Pada saat ini mestinya ada sejumlah SDM yang menguasi alih teknologi pesawat tersebut. Apalagi Super Tucano adalah pesawat Light Attack Turboprop yang sangat ideal untuk melaksanakan misinya sebagai counter insurgency dengan akurasi yang tinggi. 

Perlu juga uji coba yang lebih intens terkait dengan kemampuan pesawat yang sebetulnya mampu beroperasi di malam hari karena dilengkapi sistem FLIR & NVG Compatible. Selain itu perlu pengembangan Super Tucano sebagai pesawat latih lanjut maupun transisi ke pesawat fighter jet generasi terakhir. 

Gugur dalam Tugas

Kecelakaan dua pesawat tempur taktis milik TNI AU jenis Super Tucano dengan nomor registrasi TT-3103 dan TT-3111 menyebabkan duka yang mendalam bagi keluarga besar TNI AU. Menurut sumber Dinas Penerangan TNI AU empat perwira menengah yang gugur dalam tugas adalah :

1.Kolonel Adm Widiono Hadiwijaya, menjabat sebagai Kepala Dinas Personel (Kadispers) Lanud Abdulrachman Saleh. Ketika insiden, Kolonel Widiono berada di kursi belakang pesawat Super Tucano TT-3111. Dalam misi terbang ini Kolonel Adm Widiono bertugas menjadi Backseater. Sedangkan rekannya yakni Letkol Pnb Sandhra Gunawan menjadi frontseater dalam pesawat TT-3111.

2. Letkol Pnb Sandhra Gunawan, merupakan Komandan Skadron Udara 21. Ketika insiden terjadi, dia berada satu pesawat dengan Kolonel Widono dalam pesawat TT-3111 dengan posisi duduk di kursi depan. Letkol Pnb Sandhra mengawali kariernya sebagai penerbang pesawat OV 10F Bronco hingga tahun 2007. Setelah pesawat OV 10F Bronco dinyatakan tidak boleh terbang lagi oleh Mabes AU, Letkol Sandhra sempat tugas sebagai penerbang pesawat Cassa 212 skadron udara 4 dan C-130 Hercules di skadron udara 32.

3. Kolonel Pnb Subhan merupakan Komandan Wing Udara 2 Lanud Abdulrachman Saleh. Ketika insiden terjadi, Subhan berada di pesawat Super Tucano TT-3103 dengan posisi duduk di kursi belakang pesawat. Dalam kariernya di TNI AU, Kolonel Pnb Subhan adalah salah satu penerbang pesawat C-130 Hercules Skadron Udara 32 Wing 2 di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang.

4. Mayor Pnb Yudha A Seta, adalah pejabat Kepala Ruang Operasi (Karuops) Lanud Abdulrachman Saleh.Ketika insiden, Mayor Yudha duduk di kursi depan pesawat TT-3103. Dia duduk di depan Kolonel Pnb Subhan. (TS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun