Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pembangunan Kebudayaan Nglokro, Proses Kreatif Mampet

5 November 2023   15:48 Diperbarui: 5 November 2023   15:48 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menggugat kehadiran negara untuk memajukan kebudayaan ( sumber KOMPAS.id ) 

Pembangunan kebudayaan "Nglokro", Proses Kreatif Mampet

"ojo nglokro koyo sontoloyo, yen ngono yen ngono kowe kebacut bodho. Jo sontoloyo jo sontoloyo, tumandang makaryo pamrihi ojo rekoso...."

POTONGAN dalam tembang atau lelagon kesenian Jawa ini, mengajak bangsa ini untuk tidak sontoloyo, tidak nglokro.  Sontoloyo dan nglokro dapat dimaknai kurang bergairah atau juga kurang ada kemajuan.

Istilah nglokro relevan dengan pembangunan kebudayaan pada saat ini. Sungguh ironis, para pejabat negara, dari presiden, gubernur, bupati hingga kepala desa sering sekali memakai baju budaya setiap kali hari besar nasional atau saat acara-acara khusus. Bahkan Jokowi dan istrinya sering pamer memakai baju daerah dan membuat acara-acara hiburan .

Namun kenapa indeks pembangunan kebudayaan bangsa ini kurang menggembirakan. Bahkan pengukuran empat tahun berturut-turut era kekuasaan Jokowi, indeks kebudayaan masih memprihatinkan. Ironis, bangsa Indonesia ini bisa diibaratkan seperti zamrud khatulistiwa yang memiliki berjuta budaya yang adiluhung. Kenapa bisa begitu ?

Rakyat prihatin bahwa kesadaran dan pemahaman tentang  pembangunan kebudayaan di Indonesia masih belum menggembirakan. Pada tahun 2021, misalnya, Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) Nasional masih berada pada angka 51,90. IPK disusun sebagai salah satu instrumen untuk memberikan gambaran kemajuan pembangunan kebudayaan yang dapat digunakan sebagai basis formulasi kebijakan bidang kebudayaan, serta menjadi acuan dalam koordinasi lintas sektor dalam pelaksanaan pemajuan kebudayaan.

Sekedar catatan, IPK tahun 2018 : 53.74, tahun 2019 : 55.91,tahun 2020 : 54.65, dan tahun 2021 : 51.90.  Skor IPK Nasional tersebut menunjukkan bahwa kesadaran dan pemahaman masyarakat Indonesia akan perlindungan, pemahaman, dan pemanfaatan serta diplomasi budaya masih ada di tingkat menengah kebawah.

Selama dua periode kekuasaannya, Jokowi kurang sadar budaya. Itu karena strategi pembangunan Jokowi terlalu berorientasi serba impor dan tergantung utang yang semakin menggunung. Terlalu memanjakan investor asing sehingga lupa terhadap pembangunan budaya bangsa yang bersendikan SDM terbarukan. Seacara alamiah terpuruknya kebudayaan diikuti oleh rusaknya hukum nasional, maraknya politik dinasti, hilangnya sopan santul politik, lenyapnya jiwa ksatria pejabat negara dan tumbuhnya feodalisme gaya baru yang keranjingan korupsi.

Keniscayaan, masalah kebudayaan menjadi hal yang strategis bagi perjalanan bangsa kedepan. Terutama usaha untuk menumbuhkan budaya inovasi sebagai kunci persaingan bangsa. Perlu strategi kebudayaan yang fokus terhadap budaya inovasi. Titik nadir terpuruknya kebudayaan nasional di era Jokowi tergambar dari kasus terbakarnya Museum Nasional dan hancurnya berbagai seni kerajinan tangan rakyat oleh barang impor. Bahkan produk mainan anak tradisional  yang selama ini menjadi bagian penting seni kerajinan rakyat kini telah musnah tergusur oleh produk impor, khususnya dari Tiongkok. Belanja mainan anak di Indonesia yang mencapai triliunan rupiah pertahun kini sebagian besar dicaplok oleh produk impor.

Kurangnya kesadaran dan pemahaman pemerintah akan pembangunan kebudayaan juga menjadi penyebab rendahnya nilai pemanfaatan ekonomi dari berbagai cagar budaya serta fasilitas dan infrastruktur kebudayaan yang telah ada.

Pembangunan kebudayaan kurang bermakna tanpa melancarkan proses kreatif dan membangkitkan imajinasi warga bangsa. Proses kreatif dan daya imajinasi merupakan kunci kemajuan bangsa yang esensial. Bahkan Soekarno sebagai tokoh pendiri bangsa sangat gigih menjadi pendorong proses kreatif yang luar biasa pada zamannya. Hal itu juga tercermin dari pidato Presiden Soekarno pada tahun 1956  yang berbunyi "Berjiwa besarlah, ber-imagination ! Gali ! Bekerja ! Gali ! Bekerja ! Kita adalah satu tanah air yang paling cantik di dunia".

Betapa pentingnya daya imajinasi menurut Bung Karno. Bahkan pada 1920 dirinya telah membentuk komunitas kreatif yang mampu mengapresiasi karya sinema dengan baik. Bung Karno ikut berperan dalam produksi film pertama bangsa Indonesia yang berjudul Loetoeng Kasaroeng yang dirilis pada 1926.

Soekarno adalah pujangga yang paripurna, juga budayawan yang luar bisa. Tidak bisa dibandingkan dengan Jokowi. Sejarah menunjukkan bahwa Soekarno sangat memahami pembangunan kebudayaan dan proses kreatif bangsa Indonesia. Soekarno sangat paham bagaimana mengalirkan secara jernih dan deras daya imajinasi bangsanya.

Pikiran Soekarno sangat relevan dengan teori mengalirkan imajinasi warga bangsa sesuai dengan buku The Imaginary Institution of Society karya Cornelius Castoriadis seorang filsuf dari Perancis. Dimana kekuatan imajinasi warga bangsa dan tumbuhnya budaya kreatif merupakan faktor penentu kemajuan bangsa dan memenangkan persaingan global. Secara umum pengertian imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang.

Masalah kebudayaan menjadi hal yang strategis bagi perjalanan bangsa kedepan. Terutama usaha untuk menumbuhkan budaya inovasi dikalangan pemuda sebagai kunci persaingan bangsa kedepan. Oleh sebab itu perlu strategi kebudayaan yang fokus terhadap budaya inovasi.Menumbuhkan budaya inovasi jangan hanya bersifat seremonial. Kegiatan inovatif sebaiknya dilakukan oleh masyarakat luas dalam bentuk yang bervariasi.

 Budaya inovasi di negeri ini akan membaik jika daya kreativitas pemuda ditumbuhkan dengan berbagai infrastruktur dan insentif. Pada dasarnya kreativitas dapat berkembang di semua lini sejauh negeri ini menghargai dan mendorong warga bangsa untuk berkreasi.  Dalam persaingan global yang sengat ketat dewasa ini diperlukan berbagai right brain training untuk menggenjot daya kreativitas pemuda. Budaya inovasi dengan titik berat proses kreatif dan inovatif sebaiknya menjadi muatan kurikulum di sekolah. 

Pemerintahan hasil Pemilu 2024 mendatang perlu strategi pemajuan kebudayaan sebagai program prioritas. Perlu totalitas untyuk mengaktifkan ekosistem pemajuan kebudayaan masyarakat di desa dengan mengenali, menarasikan dan menyiarkan potensi budaya desa.  Kebudayaan mencerminkan perilaku yang dipelajari yang ditularkan dari satu anggota masyarakat kepada yang lainnya. Beberapa unsur kebudayaan ditularkan antar generasi.

Kebudayaan bangsa membentuk pranata yang mengatur bagaimana aktivitas birokrasi  dan dunia usaha dijalankan.  Pada saat era globalisasi sekarang ini, masalah karakteristik kebudayaan perlu diperhatikan karena mempunyai relevansi dengan bisnis internasional. Sehingga kebudayaan nasional bisa menjadi daya ungkit kemajuan bangsa.

Terkait dengan leverage diatas, pentingnya strategi kebudayaan dari penyelenggara negara di segala lini. Menurut Schein budaya ada dalam tiga tingkat, yakni artifact, espoused values atau nilai-nilai yang didukung dan underlying assumptions atau asumsi yang mendasari. Tiga elemen budaya itulah yang harus direkayasa untuk mewujudkan ketangguhan dan kemajuan bangsa.  Artifact menyentuh semua bidang dan segi kehidupan, termasuk produk,jasa, dan tingkah laku masyarakat.

Pemerintahan hasil Pemilu 2024 mendatang sebaiknya selalu hadir untuk memajukan kebudayaan, salah satu caranya dengan membentuk Kementerian Kebudayaan Terpisah dari kementerian Pendidikan. Begitupun Kementerian Pariwisata dan  Ekonomi Kreatif sebaiknya dilebur saja ke dalam Kementerian Kebudayaan. (TS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun