Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Gendon Membawaku ke Jakarta

21 Oktober 2023   04:27 Diperbarui: 21 Oktober 2023   04:38 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Menristek BJ Habibie dan Ibu Ainun di Istana Merdeka ( dokpri )

Gendon Membawaku ke Jakarta 

Ulat Gendon membawaku ke Jakarta. Di Ibukota saya bertemu dengan Presiden Soeharto, Menristek BJ.Habibie, Ketua LIPI Prof. Dody Tisna Amijaya dan tokoh bangsa lainnya. Padahal saat itu saya masih berstatus sebagai pelajar SMA.

Saya jadi tertawa sendiri ketika membaca konten yang sedang viral belakangan ini, yakni tentang Siswa SD Meduri V, Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro, bernama Andik yang membawa bekal ulat pohon turi yang biasa disebut Gendon. Lauk itu disebut memang disukai Andik.Guru perekam video bernama Jumangin (36) menyatakan bahwa ulat pohon turi memang sulit didapat.

Si Gendon merupakan ulat atau larva yang hidup di dalam pohon turi hingga akar. Di beberapa daerah di Jawa Timur seperti Kediri, Tulungagung, dan Blitar, juga disebut dengan Ulan-ulan. Pernah saya teliti saat saya masih duduk di bangku kelas dua SMAN 2 Nganjuk sekitar tahun 1982-an.

Hasil penelitian saya itu saya tuangkan ke dalam makalah atau buku yang berjudul "Si Gendon (Xyleutes Strix Cr) Siklus Hidupnya Unik dan Peluangnya untuk Bahan Pangan Bergizi". Dan selanjutnya saya kirimkan kepada panitia Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Tidak lama setelah saya kirimkan karya ilmiah itu, panitia mengundang saya ke Jakarta untuk mempresentasikan karya saya itu di hadapan para dewan juri yang dipimpin oleh Profesor Andi Hakim Nasution. Beliau waktu itu menjabat sebagai Rektor IPB, sangat getol menaruh perhatian terhadap aktivitas peneliti remaja yang tergabung dalam kelompok ilmiah remaja (KIR).

Dalam presentasi di Gedung LIPI Jalan Gatot Subroto Jakarta, saya bersama para peneliti muda yang datang dari berbagai pelosok negeri melakukan unjuk karya masing-masing. Semuanya tampak bersemangat menunjukkan karyanya di hadapan para dewan juri yang semuanya adalah ilmuwan senior yang sangat terkemuka pada saat itu.

Si Gendon siklus hidupnya unik dan potensial sebagai bahan pangan bergizi ( dok Tribun Jogja )
Si Gendon siklus hidupnya unik dan potensial sebagai bahan pangan bergizi ( dok Tribun Jogja )

Karya penelitian saya di bidang biologi pangan dengan ketua dewan juri Prof.Dr.Srikandi Fardiaz, pakar mikrobiologi pangan dan beberapa anggota dewan juri yang saya lupa namanya. Sulit terbayangkan, seorang pelajar SMA dari daerah, diundang ke Jakarta untuk mempresentasikan karyanya di hadapan para ilmuwan senior yang juga guru besar di PT dan lembaga ristek nasional. Penelitian saya saat itu tentang potensi serangga yang hidup dan berkembang di negeri ini sebagai bahan pangan yang enak dan bergizi.

Serangga yang saya teliti dalam bahasa latinnya disebut Xyleutes Strix Cr. Serangga itu memiliki siklus hidup yang unik. Telurnya biasa diletakkan di pohon turi atau pohon lain seperti tanaman gudeh (sebangsa koro). Saya mengamati, serangga itu kawin dengan mekanisme yang aneh, kemudian menetaskan ribuan telurnya, lalu ulat-ulat kecil itu masuk kedalam kulit pohon turi yang masih hidup. Untuk selanjutnya bersarang dalam pohon turi hingga tubuhnya berkembang menjadi larva yang "montok" berwarna putih kemerahan dan setelah larva itu tua bertapa menjadi kepompong, jadilah serangga yang cukup besar dan di malam hari bisa terbang kemana-mana untuk mencari pasangan dan kawin. Pada saat itu populasi pohon turi sangat banyak di desa dan kota. Karena pohon turi sangat tepat sebagai tanaman penghijauan. Biji turi sangat melimpah dan pohonnya cepat tumbuh meskipun musim kering, sehingga sangat tepat sebagai bahan bahan bakar untuk memasak di dapur.

Populasi pohon turi yang banyak tumbuh di pekarangan rumah, di pinggir jalan atau di sepanjang pematang sawah daunnya juga sangat berguna sebagai pakan ternak dan sebagai bahan baku untuk pupuk. Bunganya yang berwarna putih dan ada juga yang berwarna merah merupakan bahan pangan yang enak untuk campuran sego pecel ( nasi pecel ). Sungguh disayangkan pada saat ini pohon turi semakin langka. Bangsa Indonesia semakin kehilangan dan tidak pandai merawat atau mengelola keanekaragaman hayati yang sebetulnya menjadi kekayaan bangsa yang luar biasa.

Siklus larva itulah yang disebut masyarakat sebagai Gendon. Masyarakat desa sangat suka memakan gendon karena rasanya gurih. Anak-anak desa biasa ngurik pohon turi untuk mencari gendon, lalu dibungkus dengan daun pisang dan dibakar dengan ranting pohon yang kering. Dalam waktu yang tidak lama tersaji makanan yang sangat lezat.

Presentasi Lomba Karya Ilmiah Remaja LIPI 1983 tentang Gendon ( dokpri ) 
Presentasi Lomba Karya Ilmiah Remaja LIPI 1983 tentang Gendon ( dokpri ) 

Pada saat penjurian lomba karya ilmiah remaja di Jakarta, saya waktu itu membawa satu plastik rempeyek gendon yang dimasak oleh Ibu saya. Rempeyek itu saya sajikan kepada dewan juri dan beberapa kawan-kawan sesama peserta lomba. Untuk penelitian ilmiah tersebut saya menggunakan fasilitas laboratorium biologi SMAN 2 Nganjuk, dibawah bimbingan ibu Sumiyati, Guru Biologi. Dalam proses penyusunan karya ilmiah tersebut, waktu itu saya mencari referensi dan klasifikasi serangga hingga ke Bogor, yakni di Lembaga Biologi Nasional.

Hasil penelitian saya saat SMA itu ternyata tidak sia-sia, Alhamdulilah saya berhasil meraih juara pertama tingkat nasional bidang biologi dan disiarkan secara langsung oleh TVRI pusat. Dan berhak mendapatkan beberapa hadiah yang cukup menarik. Serta diundang oleh Presiden Soeharto untuk mengikuti acara kenegaraan, seperti peringatan HUT Kemerdekaan RI di Istana Merdeka dan acara lainnya.

Sebagai pelajar SMA saya teramat gembira bisa ketemu dengan Presiden RI. Bisa berdiskusi dengan para menteri kabinet pembangunan. Untuk pertama kalinya saya bertemu dengan menteri yang saat ini sangat dikagumi masyarakat, yakni Menristek BJ.Habibie.

Pengalaman diatas terus melekat dalam ingatan saya dan kawan-kawan. Hampir semua kawan-kawan peneliti muda dan aktivis KIR yang memenangkan atau menjadi finalis lomba karya ilmiah remaja dari tahun 1979 hingga akhir pemerintahan orde baru, semua kawan-kawan itu kini telah menjadi ilmuwan hebat, peneliti dan inovator teknologi yang amat mumpuni. Beberapa diantara juga menjabat di lembaga pemerintahan. Seperti misalnya LT Handoko, aktivis KIR dari Kota Malang yang kini menjadi Kepala BRIN ( Badan Riset dan Inovasi Nasional ). LT Handoko sejak SMA di Malang memang gemar meneliti tentang ilmu fisika dan menjadi juara lomba karya ilmiah remaja bidang fisika. Sebagian kawan-kawan aktivis KIR mendapatkan bea siswa dari Menristek BJ,Habibie untuk kuliah di luar negeri. Termasuk LT Handoko yang mendapatkan beasiswa Habibie untuk kuliah di Jepang. Ada juga aktivis KIR yang mendapatkan beasiswa program Habibie untuk kuliah di PT dalam negeri.

Kisah saya dan teman-teman aktivis KIR di masa lampau semoga bisa dijadikan hikmah pada zaman sekarang. Kini masalah bahan pangan dan energi semakin mengkhawatirkan warga dunia. Sungguh ironis bangsa Indonesia terutama generasi saat ini kurang berminat menggali potensi keanekaragaman hayati dan kearifan lokal yang bisa mengatasi krisis pangan dan energi secara mandiri.

Kita patut berterima kasih kepada Presiden Soeharto yang sangat getol mewujudkan swasembada pangan dengan cara yang tepat berbasis lokalitas. Pemerintah saat itu sangat menaruh perhatian terkait dengan riset dan pengembangan pangan lokal. Pak Harto telah mendapat penghargaan internasional terkait dengan pangan, antara lain dari FAO. Bahkan para ilmuwan yang meneliti programnya Pak Harto tentang SD Inpres berhasil mendapatkan hadiah Nobel.

Kini, pada saat bangsa Indonesia terlilit banyak utang, terancam krisis pangan dan kerusakan lingkungan yang luar biasa parah, kita patut berguru kepada bapak pembangunan sejati, yakni napak tilas program Presiden Soeharto. Tepatlah kalimat yang tercantum di pantat truk yang berbunyi " Enak Jamanku To ! " dengan gambar seorang lelaki dengan senyumnya yang khas. (TS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun