Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Gendon Membawaku ke Jakarta

21 Oktober 2023   04:27 Diperbarui: 21 Oktober 2023   04:38 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Populasi pohon turi yang banyak tumbuh di pekarangan rumah, di pinggir jalan atau di sepanjang pematang sawah daunnya juga sangat berguna sebagai pakan ternak dan sebagai bahan baku untuk pupuk. Bunganya yang berwarna putih dan ada juga yang berwarna merah merupakan bahan pangan yang enak untuk campuran sego pecel ( nasi pecel ). Sungguh disayangkan pada saat ini pohon turi semakin langka. Bangsa Indonesia semakin kehilangan dan tidak pandai merawat atau mengelola keanekaragaman hayati yang sebetulnya menjadi kekayaan bangsa yang luar biasa.

Siklus larva itulah yang disebut masyarakat sebagai Gendon. Masyarakat desa sangat suka memakan gendon karena rasanya gurih. Anak-anak desa biasa ngurik pohon turi untuk mencari gendon, lalu dibungkus dengan daun pisang dan dibakar dengan ranting pohon yang kering. Dalam waktu yang tidak lama tersaji makanan yang sangat lezat.

Presentasi Lomba Karya Ilmiah Remaja LIPI 1983 tentang Gendon ( dokpri ) 
Presentasi Lomba Karya Ilmiah Remaja LIPI 1983 tentang Gendon ( dokpri ) 

Pada saat penjurian lomba karya ilmiah remaja di Jakarta, saya waktu itu membawa satu plastik rempeyek gendon yang dimasak oleh Ibu saya. Rempeyek itu saya sajikan kepada dewan juri dan beberapa kawan-kawan sesama peserta lomba. Untuk penelitian ilmiah tersebut saya menggunakan fasilitas laboratorium biologi SMAN 2 Nganjuk, dibawah bimbingan ibu Sumiyati, Guru Biologi. Dalam proses penyusunan karya ilmiah tersebut, waktu itu saya mencari referensi dan klasifikasi serangga hingga ke Bogor, yakni di Lembaga Biologi Nasional.

Hasil penelitian saya saat SMA itu ternyata tidak sia-sia, Alhamdulilah saya berhasil meraih juara pertama tingkat nasional bidang biologi dan disiarkan secara langsung oleh TVRI pusat. Dan berhak mendapatkan beberapa hadiah yang cukup menarik. Serta diundang oleh Presiden Soeharto untuk mengikuti acara kenegaraan, seperti peringatan HUT Kemerdekaan RI di Istana Merdeka dan acara lainnya.

Sebagai pelajar SMA saya teramat gembira bisa ketemu dengan Presiden RI. Bisa berdiskusi dengan para menteri kabinet pembangunan. Untuk pertama kalinya saya bertemu dengan menteri yang saat ini sangat dikagumi masyarakat, yakni Menristek BJ.Habibie.

Pengalaman diatas terus melekat dalam ingatan saya dan kawan-kawan. Hampir semua kawan-kawan peneliti muda dan aktivis KIR yang memenangkan atau menjadi finalis lomba karya ilmiah remaja dari tahun 1979 hingga akhir pemerintahan orde baru, semua kawan-kawan itu kini telah menjadi ilmuwan hebat, peneliti dan inovator teknologi yang amat mumpuni. Beberapa diantara juga menjabat di lembaga pemerintahan. Seperti misalnya LT Handoko, aktivis KIR dari Kota Malang yang kini menjadi Kepala BRIN ( Badan Riset dan Inovasi Nasional ). LT Handoko sejak SMA di Malang memang gemar meneliti tentang ilmu fisika dan menjadi juara lomba karya ilmiah remaja bidang fisika. Sebagian kawan-kawan aktivis KIR mendapatkan bea siswa dari Menristek BJ,Habibie untuk kuliah di luar negeri. Termasuk LT Handoko yang mendapatkan beasiswa Habibie untuk kuliah di Jepang. Ada juga aktivis KIR yang mendapatkan beasiswa program Habibie untuk kuliah di PT dalam negeri.

Kisah saya dan teman-teman aktivis KIR di masa lampau semoga bisa dijadikan hikmah pada zaman sekarang. Kini masalah bahan pangan dan energi semakin mengkhawatirkan warga dunia. Sungguh ironis bangsa Indonesia terutama generasi saat ini kurang berminat menggali potensi keanekaragaman hayati dan kearifan lokal yang bisa mengatasi krisis pangan dan energi secara mandiri.

Kita patut berterima kasih kepada Presiden Soeharto yang sangat getol mewujudkan swasembada pangan dengan cara yang tepat berbasis lokalitas. Pemerintah saat itu sangat menaruh perhatian terkait dengan riset dan pengembangan pangan lokal. Pak Harto telah mendapat penghargaan internasional terkait dengan pangan, antara lain dari FAO. Bahkan para ilmuwan yang meneliti programnya Pak Harto tentang SD Inpres berhasil mendapatkan hadiah Nobel.

Kini, pada saat bangsa Indonesia terlilit banyak utang, terancam krisis pangan dan kerusakan lingkungan yang luar biasa parah, kita patut berguru kepada bapak pembangunan sejati, yakni napak tilas program Presiden Soeharto. Tepatlah kalimat yang tercantum di pantat truk yang berbunyi " Enak Jamanku To ! " dengan gambar seorang lelaki dengan senyumnya yang khas. (TS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun