Kerapatan tertinggi keanekaragaman hayati di Planet Bumi ini terdapat di hutan tropis, yang notabene merupakan rumah bagi banyak masyarakat adat. Dalam konteks itu Presiden Bank Dunia Robert B. Zoellick menekankan bahwa masyarakat adat sarat dengan Indigenous Knowledge namun rentan terhadap perubahan iklim dan eksploitasi sumber daya alam. Untuk itulah, pentingnya inisiatif bersama yang searah dengan semangat Konferensi Perubahan Iklim di Kopenhagen.
Bentuk inisiatif yang cukup jitu untuk mengelola Indigenous Knowledge secara efektif sekaligus bisa menjadi faktor pemberdaya bagi masyarakat adat adalah dengan solusi teknologi terkini utamanya dengan film dokumenter.
Sudah waktunya pemerintah daerah yang wilayahnya memiliki banyak ragam indigenous membuat platform digital dan film dokumenter untuk mengelola aset indigenous sekaligus menciptakan jembatan budaya dengan komunitas global.
Dengan platform digital yang disertai dengan konten-konten film dokumenter maka bermacam indigenous di persada Nusantara bisa dikelola dengan baik. Berbagai macam aset tradisional mulai dari bahan makanan, obat-obatan, pemuliaan lingkungan, seni tradisi, hingga rumah adat bisa lebih terelaborasi dan mendatangkan nilai tambah yang berarti.
Dengan adanya platform Indigenous Nusantara maka eksistensi sayuran indigenous yang tumbuh di daerah yang mempunyai kandungan zat flavonoid yang tinggi ( sebagai antioksidan ) seperti katuk, kenikir, kedondong cina dan lain-lain bisa lebih dikenal dan dipahami. Begitu juga tentang nilai-nilai kearifan lokal dari rumah Vernakular yang terdapat di wilayah selatan Jawa Barat bisa diketahui.
Banyak yang belum tahu kalau rumah Vernakular merupakan salah satu Indigenous Knowledge yang mampu bertahan terhadap bencana gempa bumi yang pernah terjadi. Pada prinsipnya rumah Vernakular mempunyai ciri bangunan panggung yang lantainya diangkat dari muka tanah setinggi satu meter. Struktur utama bangunan memakai kayu, dinding dari anyaman bambu dan atap memakai penutup ijuk dan rumbia (imperata cylindrica), serta ada sebagian dari bambu, seperti yang terlihat di Kampung Pulo dan Kampung Cikondang. Bangunan tersebut menggunakan pondasi dari batu sungai yang disusun dengan formasi yang unik. (TS)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI