Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa Jadinya Jika Jeroan Parpol Diobok-obok Tangan Intelijen?

28 September 2023   14:25 Diperbarui: 28 September 2023   19:05 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa Jadinya Jika Jeroan Parpol Diobok-obok Tangan Intelijen ?

Tangan intelijen "menggarap" rumah tangga partai politik (parpol) bukan hal baru. Masih hangat dalam ingatan publik bagaimana parpol yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri pernah digarap habis-habisan oleh badan intelijen dan aparat keamanan.

Jeroan PDI pernah diobok-obok hingga kowal-kawil dan cerai berai. PDI yang dipimpin Megawati waktu itu dipecah belah dan disusupi intel adalah kisah nyata yang mungkin masih relevan hingga saat ini. Peristiwa Kudatuli 27 Juli 1996 adalah operasi intelijen terbesar rezim penguasa yang justru menjadi titik balik kejatuhan rezim tersebut.Operasi intelijen untuk mengobok-obok parpol pada gilirannya akan menjadi bumerang bagi penguasa.

Pada saat ini, diobok-obok badan intelijen tidak selamanya mengerikan. Ada yang justru merasa asyik, ngeri-ngeri sedap. Seperti halnya para pengurus partai gurem yang baru saja diakuisisi oleh anak rezim penguasa. Sudah barang tentu parpol gurem itu sebelumnya telah ditelisik dan sterilkan oleh tangan intelijen.

Dalam persepsi publik tugas intelijen yang utama adalah mendeteksi dini adanya hal-hal yang bisa merugikan kepentingan bangsa. Bukan untuk memata-matai parpol. Apalagi secara sewenang-wenang menyadap aktivitas kantor parpol dan menyadap para pengurus parpol. Hal penyadapan seperti itu tentunya tidak bisa dibenarkan dan merusak demokrasi.

Sejarah pernah mengisahkan skandal Watergate yang terjadi di Amerika Serikat, yang intinya adalah adanya rivalitas yang sangat tajam antara partai, sampai-sampai terjadi penyadapan di kantor Partai Demokrat dan keterkaitannya dengan Presiden Nixon yang sedang berkuasa. Bermula adanya segerombolan"maling" yang tertangkap satpam sedang memasang alat sadap dan membawa peralatan intelijen di kantor Partai Demokrat pada 17 Juni 1972.

Salah satu gerombolan tersangka, Jim McCord, ternyata punya kaitan dengan badan Intelijen Amerika(CIA).Seperti yang kita ketahui, di Amerika terdapat dua kubu partai politik yang sangat berseberangan yakni Demokrat dan Republik. Richard Nixon dikenal sebagai salah satu presiden yang berkeras kepala mempertahankan pasukan Amerika di Vietnam. Hingga pada Januari 1973, dua wartawan harian the Washington Post,Bob Woodward dan Carl Bernstein rutin melaporkan adanya dugaan keterlibatan Presiden Nixon. Informasi ini dibocorkan pejabat lingkaran dalam kekuasaan bernama samaran 'Deep Throat'. Keduanya melakukan investigatif dan menemukan tim kampanye Nixon menyewa beberapa tenaga lepas untuk menyadap kubu lawan.Pencurian informasi untuk pemenangan pemilihan umum ini tidak hanya menimpa Partai Demokrat.

Akhirnya Pada 8 Agustus 1974, Presiden Amerika Serikat (AS) Richard Nixon mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden. Pengunduran diri Nixon adalah yang pertama dalam sejarah AS beberapa abad bagi presiden yang mundur ketika masih menjabat aktif.

Skandal Watergate memberi pelajaran penting kepala seluruh dunia bahwa kegiatan untuk memata-matai parpol, terutama partai oposisi sangat tercela dan bisa merusak demokrasi. Dalam sistem demokrasi yang sehat, parpol adalah sarana kedaulatan rakyat serta himpunan aspirasi rakyat yang mesti dihormati oleh agen-agen intelijen.

Banyak kasus yang menunjukkan kinerja intelijen negeri ini kurang menggembirakan. Dari kasus terbunuhnya pejuang HAM Munir, hingga kasus buron koruptor Harun Masiku yang hingga kini masih misterius dan sulit tersentuh. Intelijen lembaga anti rasuah mestinya bisa beraksi lalu mempecundangi para koruptor dan kaki tangannya. Bukan malah mengungkit-ungkit kasus ecek-ecek dugaan korupsi yang terjadi 11 tahun yang lalu.

Sudah sepantasnya lembaga anti korupsi memiliki sistem surveillance and reconnaissance yang sangat canggih namun bukan untuk memata-matai parpol dan anggota parlemen. Meskipun ada teori yang menyatakan bahwa hakekat intelijen adalah permainan tanpa bentuk. Namun, semua itu harus dilakukan dengan mengedepankan aspek kecerdasan. Pada prinsipnya definisi intelijen (Intelligence) mengandung pengertian suatu proses yang cerdas untuk mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi yang terbentuk oleh jaringan yang kohesif.

Pelaku pengumpul informasi itu adalah lembaga atau dinas intelijen maupun seorang agen. Pentingnya bangsa ini mengilmukan badan intelijen. Banyak pihak yang berpendapat perlunya upgrading profesionalitas badan intelijen.

Membenahi lembaga intelijen tidak mungkin dilakukan secara instan. Langkah pembenahan lembaga intelijen adalah menyiapkan sumber daya manusia dan penguasaan teknologi intelijen. Langkah diatas akan lebih sistematik dan komprehensif dengan terbentuknya institut intelijen yang kredibel. Adanya institut intelijen tersebut, selain mencetak ahli intelijen yang paripurna juga akan lebih mengilmukan lembaga intelijen agar memiliki unjuk kerja yang tinggi.

Masih hangat dalam ingatan publik tentang kasus penyadapan yang dilakukan oleh pihak Australia kepada negeri ini . Penyadapan tersebut sudah barang tentu menggunakan perangkat super canggih yang tidak bisa ditangkal otoritas keamanan negeri ini. Apalagi Australia memiliki akses untuk memanfaatkan satelit mata-mata AS yang super canggih, yakni Orion. Satelit tersebut dalam waktu yang singkat bisa ditempatkan di atas wilayah manapun di Indonesia. 

Orion tergolong paling sempurna dalam urusan sadap-menyadap. Mulai dari pembicaraan telepon biasa hingga komunikasi dengan sinyal teracak (encrypted), semua bisa disadap dengan mudah. Kegiatan intelijen ekonomi,sumber daya alam, investasi dan biologi oleh pihak luar lebih gencar dilakukan di Indonesia ketimbang kegiatan intelijen militer dan politik. Karena kekuatan militer dan masalah politik di Indonesia kurang seksi dikalangan intelijen asing.

Pentingnya negeri ini memiliki sejumlah aparat intelijen yang memiliki kompetensi sebagai intelligence analyst. Kompetensi intelligence analyst untuk mengolah data dan informasi, baik yang terkait dengan badan intelijen negara lain maupun dari source lainnya sehingga menghasilkan laporan yang valid. Dengan kompetensi intelligence analyst maka akan memudahkan lembaga pemerintah menyerap berbagai informasi strategis.

Selain itu negeri ini kekurangan SDM intelijen yang memiliki kompetensi untuk mengelaborasi Open Source Intelligence (OSINT), Human Intelligence (HUMINT), Imagery Intelligence (IMINT) dan Signal Intelligence (SIGINT). Bisa dianalogikan bahwa OSINT adalah tepi dari sebuah puzzle,sedang classified source adalah bagian tengah dari puzzle tersebut; yang mengandung arti bahwa keduanya diperlukan untuk menyelesaikan keseluruhan anatomi kasus-kasus intelijen penting yang bisa membahayakan negara. (TS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun