Ganjar Pranowo : Tidak "Pedot Oyot" dan Setia Sumbernya
Memang benar, Ganjar Pranowo memiliki latar belakang rakyat jelata yang dibesarkan oleh ayah dan ibunya di desa lereng Gunung Lawu. Sifat rendah hati dan memiliki kesabaran yang revolusioner menjadikan dirinya sebagai pemimpin otentik yang tidak pernah "pedot oyot" dan selalu setia dengan "sumbernya".
Penampilan Bacapres Ganjar Pranowo dalam acara Kuliah Kebangsaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) mampu memikat publik. Ganjar mulai membuktikan dirinya tangkas berdebat dan memiliki gudang humor yang selalu siap menyegarkan suasana. Publik jadi tahu, ternyata Ganjar Pranowo tangkas berdebat dan membuktikan dirinya gudangnya Jenaka.
Ganjar bisa menjawab tangkas dan cerdas ketika dirinya dicecar mahasiswa yang mempertanyakan stigma bahwa dirinya hanyalah petugas partai. Dia mampu membalik pertanyaan kritis menjadi jawaban yang filosofis paradigmatik. Acara demokrasi di UI itu menunjukkan dua hal penting, pertama bahwa Ganjar tidak pernah "pedot oyot" ( putus akar) atau tercerabut dari akar kerakyatan. Kedua Ganjar selalu "setia dengan sumbernya". Baik sumber keyakinan agamanya, sumber ideologi, paham kebangsaan, nilai kerakyatan yang telah digariskan pendiri bangsa.
Ganjar bisa bergaya sang flamboyan sekaligus bisa menghayati sedalam-dalamnya kehidupan kaum Marhaen. Dia bisa mengelola perasaan dengan baik ketika dituding sebagai boneka Megawati. Pertanyaan kritis mahasiswa yang bisa diibaratkan bara api yang panas seperti tersiram dengan air pegunungan. Gaya kepemimpinan Ganjar mampu mengubah pertanyan panas menjadi dialog sambung rasa yang penuh empati.
Dalam hal wacana strategi pembangunan bangsa yang sesuai dengan cita-cita kemerdekaan bangsa, saya melihat Ganjar lebih paham dibandingkan dengan dua bacapres lainnya. Karena Ganjar "setia terhadap sumbernya" yakni ajaran Bung Karno sang penyambung lidah rakyat.
Banyak pihak yang belum tahu bahwa tak henti-hentinya Ganjar menambang semangat dan evaluasi terhadap pembangunan bangsa. Ganjar adalah kader PDI Perjuangan yang sangat paham untuk menghidupkan kembali gagasan Bung Karno mengenai Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PNSB). Konsep besar tersebut dirumuskan oleh Bung Karno di tahun 1959 dan mulai dijalankan antara 1961-1968. Ganjar Pranowo sebagai calon presiden memiliki legasi yang luar biasa tentang strategi besar pembangunan yang dirumuskan oleh Presiden RI pertama Soekarno.
Ganjar diyakini mampu mengaktualisasikan strategi besar pendiri negara dengan kondisi kekinian dan sesuai dengan greget dan aspirasi rakyat Indonesia. Konsep Visi Misi Pembangunan Semesta Berencana 2024-2029 telah dikaji dan disusun dalam Rakernas III PDI Perjuangan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III PDI Perjuangan.
Sejarah menunjukkan bahwa MPRS pada sidang plenonya yang pertama pada akhir 1960 memutuskan Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama. Ketetapan yang bersejarah tersebut diambil oleh MPRS dengan suara bulat didukung oleh semua golongan politik saat itu (Nasionalis, Agama, dan Komunis) serta didukung semua golongan karya (sipil maupun militer) serta utusan seluruh daerah.