Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karnaval Wijaya Kusuma, Hymne Bagimu Negeri dan Roh Kebangsaan dari Pasar Tradisional

17 Agustus 2023   16:53 Diperbarui: 17 Agustus 2023   17:14 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kembang Wijaya Kusuma putih persembahan hari kemerdekaan ( dok pribadi ) 

Bunga Wijaya Kusuma atau dalam bahasa ilmiahnya disebut Epiphyllum, memiliki daya magis, bisa membangkitkan spirit dan proses kreatif serta mengandung nilai kebudayaan yang cukup dalam. Wijaya Kusuma adalah bunga kebahagiaan, menjadi lambang lambang kebesaran. Itulah kenapa pada saat ini para peneliti dan kolektor di seluruh dunia sedang mengawinkan Wijaya Kusuma hibrida untuk mendapatkan postur dan gradasi warna bunga yang unik dan indah menawan.

Kini semakin banyak bermunculan hybridizer Wiku. Berlomba-lomba memperoleh hybrid baru. Epiphyllum tumbuhan yang termasuk family Kaktus (Cactaceeae). Namun,tanaman ini tergolong kaktus rimba (jungle cacti), bukan kaktus gurun (desert cacti). Dengan demikian epiphyllum tidak tahan terhadap paparan sinar matahari secara langsung di tengah hari, apalagi di musim kemarau yang terik seperti saat ini, terlebih lagi jika ditanam di dataran rendah.

Dalam ilmu Biologi, Epiphyllum termasuk tanaman yang bersifat epifit (epiphyte). Istilah yang berasal bahasa Yunani: "epi" (permukaan atau tutup) dan "phyton" (tumbuhan atau pohon). Epifit adalah tanaman yang tumbuh dengan cara menumpang pada tumbuhan lain sebagai media hidupnya, tetapi tidak mengambil hara tumbuhan yang ditumpangi. Jadi bukan bersifat parasite yang menyedot sari makanan dari tumbuhan lain. Karena itulah epiphyllum disebut juga sebagai kaktus rambat (climbing cacti). Nutrisi diperoleh dari hujan, embun, uap air, dan udara. Hara mineral diperoleh dari debu atau hasil dekomposisi batang serta sisa-sisa bagian tumbuhan lain yang terurai.

Sudah menjadi tradisi keluarga, setiap memperingati hari besar nasional kami selalu memperbanyak membaca buku-buku sejarah yang ditulis oleh sejarawan sejati, bukan sejarawan tukang. Malam tadi, menjelang HUT Kemerdekaan RI ke 79, saya sempatkan membuka kembali buku-buku sejarah yang ditulis oleh Hersri Setiawan. Sambil menikmati karnaval Wijaya Kusuma di halaman rumah, saya sempat tertegun dengan sejarah Pasar Kembang ( Sarkem ) yang ada di Yogyakarta.

Lokasi Pasar Kembang yang berada di jantung kota Yogyakarta dan tidak jauh dari pusat pariwisata Jalan Malioboro membuatnya menjadi daya tarik tersendiri. Apapun citra dan stigma yang ditempelkan untuk pasar rakyat ini, yang pasti Sarkem mengandung sejarah yang luar biasa. Sumber inspirasi dan wahana proses kreatif pada zaman revolusi kemerdekaan. Sarkem adalah bukti sejarah yang menunjukkan bahwa kebesaran sejarah bangsa ini diawali dari tempat yang menjadi aktivitas rakyat jelata.

Bersinarnya roh kebangsaan banyak bermula dari pasar tradisional. Pada era revolusi kemerdekaan RI, pasar tradisional mampu menumbuhkan spirit kebangsaan yang hebat. Lagu nasional Padamu Negri yang merupakan buah karya seniman dan budayawan Kusbini yang berkolaborasi dengan Bung Karno juga lahir di tengah Pasar Kembang Yogyakarta. Masih banyak maestro seni dan budaya negeri ini yang karyanya diinspirasi oleh pasar tradisional.

Ilustrasi Kusbini dan lagu Bagimu Negri ( photo TribunNews.com)
Ilustrasi Kusbini dan lagu Bagimu Negri ( photo TribunNews.com)

Ilustrasi Pasar Kembang Yogyakarta ( photo Phinemo.com ) 
Ilustrasi Pasar Kembang Yogyakarta ( photo Phinemo.com ) 

Dalam sejarah Indonesia, Bagimu Negri merupakan narasi besar yang menginspirasi revolusi kemerdekaan dan generator motivasi kebangsaan. Bagimu Negri merupakan himne yang awalnya diciptakan oleh Kusbini pada tahun 1942 yang kemudian berkolaborasi dengan Bung Karno, sang proklamator kemerdekaan dan Presiden pertama RI. Bagimu Negri adalah judul lagu perjuangan lalu ditetapkan sebagai lagu nasional pada tahun 1960.

Sesuai dengan manifesto Kusbini, judul tersebut sebenarnya adalah Bagimu Neg'RI, namun dalam pengertian rakyat sehari-hari disederhanakan menjadi Bagimu Negri. Betapa istimewanya peran Kusbini Sang Maestro Seni Musik Indonesia yang sangat

dekat dengan Presiden pertama RI Soekarno. Sejarah bangsa mencatat terjadi dialog intensif antara Bung Karno dengan Kusbini di Gedung Menteng 31 Jakarta mengenai ikhwal bait terakhir lagu Bagimu Negri yang akan disiarkan di Radio Hoshokyoku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun