Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Transformasi Pasar Hantu Menjadi Sentra Kerajinan dan Industri Kreatif

7 Agustus 2023   11:46 Diperbarui: 7 Agustus 2023   11:49 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pusat perbelanjaan di  Kota Bandung yang sepi dan banyak kios yang tutup ( photo detikcom)

Transformasi Pasar Hantu Menjadi Sentra Kerajinan dan Industri Kreatif

Ada fenomena menarik yang bertolak belakang dengan kondisi Kota Bandung sebagai kota wisata. Yaitu kondisi mall atau pusat perbelanjaan yang kian sepi di tengah ramainya kunjungan wisatawan untuk berlibur di Kota Bandung.

Sebagian mall dan pusat perbelanjaan di Kota Bandung masih sepi bahkan ada yang seperti kuburan. Jangankan mau datang, masyarakat menengok dari jalan saja sudah enggan. Sungguh menyedihkan, hal diatas menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan. Mungkinkah mall ramai lagi, adakah solusinya ?

Bangunan Mall tidak mungkin dibongkar begitu saja, dan terpaksa jadi sarang hantu. Dijual pun sulit mencari pembeli, karena citra atau reputasi mall yang sudah tutup di mata publik sudah jatuh dan sulit dibangkitkan kembali.

Kenapa pada saat ini masyarakat justru berkerumun di tempat selain mall, adakah solusinya agar mereka mau berkerumun kembali di mall ? Pasti ada, tetapi tidak mudah, perlu berpikir keras, perlu tahu aspek sosiologi masyarakat, perlu platform tepat, perlu membangun citra dan transformasi mall dan pasar menjadi wahana untuk menggencarkan niche-niche yang terkait dengan pengembangan komunitas desa, utamanya one village one product (OVOP). Penting produk OVOP membanjiri kota lewat mall dan pasar.Perlu strategi komunikasi dan hiburan publik lewat radio atau tv lokal, yang terus menyajikan konten-konten dan hiburan segar dan bernuansa ekonomi kreatif.

Beberapa contoh mall dan pasar yang berada di Kota Bandung yang kondisinya sangat sepi bahkan sudah kosong melompong antara lain Lucky Square Mall, Braga Festival dan Metro Trade Centre dan sederet lagi. Ironisnya Braga Festival yang lokasinya berada di jantung Kota Bandung yang mestinya menjadi destinasi wisata belanja kondisinya juga sangat sepi dan banyak kios yang tutup. Satu-satunya yang masih mampu menarik pengunjung ke Braga Festival adalah gedung bioskop yang masih bertahan di lokasi ini. Tempat perdagangan elektronik terbesar di Bandung yakni Bandung Electronik Centre (BEC), juga diwarnai dengan banyaknya kios yang tutup.

Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, selama libur lebaran jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Bandung mencapai 44.915 orang. Angka tersebut menunjukkan ada peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung sebesar 50 persen dibanding tahun 2022 dengan periode yang sama.

Meski jumlah wisatawan naik, hal tersebut belum mampu membuat mal-mal yang ada di Kota Bandung kembali ramai. Jika dirinci, 44.915 wisatawan tersebut kebanyakan mengunjungi tempat wisata alam dan taman lainnya. Adapun 18.188 wisatawan memilih mengunjungi taman Kiara Artha Park, sedangkan 14.830 wisatawan memilih untuk mengunjungi Taman Lalu Lintas.

Walikota Bandung diharapkan segera mencari solusi untuk menghidupkan kembali mall yang kini kondisinya seperti rumah hantu. Pemkot juga perlu segera membenahi pasar-pasar tradisional yang kiosnya dalam kondisi mati. Seperti misalnya di pasar Kosambi yang sudah lama sebagian kiosnya sudah lama kosong dan rusak. Sehingga seperti sarang hantu di tengah kota.

Usaha walikota untuk mengatasi pasar hantu tersebut tentunya membutuhkan perombakan teknis bangunan sehingga memudahkan masyarakat jika mendatangi kios di lantai atas. Kondisi kios pusat perbelanjaan yang berubah menjadi sarang hantu disebabkan oleh tidak adanya pengaturan klaster perdagangan yang baik. Akibatnya terjadi degradasi suatu produk, stagnasi promosi dan terpuruknya daya saing.

Sudah saatnya pasar Kosambi, Pasar Baru dan pasar yang lain ditransformasikan menjadi sentra kerajinan,kuliner dan industri kreatif di Kota Bandung. Pasar Kosambi bisa menjadi bursa kuliner khas dari berbagai daerah di Jawa Barat maupun dari daerah lain. Karena letak Pasar Kosambi yang sangat strategis, maka tempat itu bisa menjadi semacam pameran kerajinan atau handicraft trade fair yang berlangsung sepanjang tahun. Tidak seperti pameran The Jakarta International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) yang hanya berlangsung beberapa minggu dalam setahun.

Hallway di Pasar Kosambi ( photo Tribun Jabar.com )
Hallway di Pasar Kosambi ( photo Tribun Jabar.com )

saatnya pasar dan mall menjadi sentra kios berbasis komunitas anak muda. Perlu strategi komunikasi dan acara kebudayaan yang berbasis lokalitas. Ada contoh menarik terkait dengan usaha transformasi pusat perbelanjaan yang dulu sepi dan menjadi sarang hantu, kini mulai bergairah karena anak-anak muda mau datang dan membuat kerumunan. Contoh menarik itu adalah The Hallway Space atau Hallway . Lokasinya di lantai dua Pasar Kosambi, ada Hallway yang di dalamnya ada aneka ragam produk industri kreatif mulai fesyen, kuliner, musik, kerajinan tangan, hingga otomotif. Lantai dua dan lantai diatasnya bertahun-tahun dalam kondisi sepi. Kiosnya sebagian besar tutup.

Namun dengan adanya Hallway yang merupakan ruang kreatif warga seluas 1.400 meter persegi dan diproyeksikan untuk 500 kios, masyarakat khususnya kaum remaja memiliki wahana baru yang mengasyikkan. Beberapa tenant telah mendapat perhatian publik antara lain Anti Class, milik Ujang Rahmat atau Gebeg. Sebagai, seniman yang malang melintang sejak era 90-an, Gebeg merasa senang Kota Bandung memiliki satu ruang kreatif seperti Hallway.

Eksistensi Kosambi handicraft trade center perlu dikembangkan, diharapkan menjadi solusi jitu untuk mengatasi serbuan kerajinan impor. Apalagi pada saat ini masyarakat Jawa Barat sudah diserbu oleh produk kerajinan dari luar negeri, khususnya dari Tiongkok. Produk-produk yang dijajakan di pasar Kosambi antara lain aneka jajanan, busana, perhiasan, seni dekoratif, aksesori, barang keramik, gerabah, souvenir kerajinan tangan dan peralatan rumah tangga.

Untuk memperkuat positioning pasar Kosambi menjadi destinasi wisata dibutuhkan acara kebudayaan. Pentingnya pameran yang berbasis kebudayaan yang menekankan industri kreatif dan mengutamakan produk lokal. Serta mengembalikan kodrat pameran yang tidak hanya pameran dagang semata, tapi lebih menekankan pada aspek kebudayaan dan pengembangan industri kreatif. Apalagi pada saat ini kondisi Indonesia tengah mengalami banjir kerajinan impor khususnya dari Tiongkok. Sehingga perlu momentum untuk membangkitkan usaha kerajinan lokal.

Perlu memberikan pengetahuan praktis terkait desain industri kepada para pengrajin dan pedagang pasar. Peran strategis desain industri adalah menciptakan dan menerapkan solusi desain terhadap permasalahan yang timbul terkait dengan mutu dan daya saing. Pada prinsipnya, desain industri adalah kolaborasi antara teknologi produksi dengan seni. Desainer industri mempelajari fungsi praktis dan bentuk serta relasi antara produk dengan penggunanya. Melihat tren industri kreatif global, pentingnya menumbuhkan aktivitas produksi kriya di Jawa Barat yang menghasilkan barang seni dan kerajinan sehingga unggul dari sisi perdagangan.

Saatnya menumbuhkan pasar perdagangan barang seni dan budaya di Kota Bandung yang melibatkan sektor UMKM. Peran UMKM hendaknya tidak hanya memproduksi tetapi juga bisa memperdagangkan barang seni yang berbasis konsep desain dan proses produksi yang baik.

Pasar Kosambi juga bisa menjadi sentra pameran dan pemasaran produk keramik dan gerabah. Pada saat ini permintaan produk kerajinan berbasis tanah liat atau keramik meningkat. Sentra kerajinan keramik seperti di Plered di Purwakarta perlu dibangkitkan usahanya dengan cara memberikan tempat pemasaran di mall-mal dan pasar.

Betapa ironisnya kondisi produk keramik lokal yang hingga kini masih susah masuk ke pusat perdagangan. Sementara keramik dari luar negeri dengan mudahnya bisa masuk bahkan sering mengadakan pameran. Kebijakan pemerintah dalam melindungi usaha kerajinan keramik sebaiknya difokuskan kepada terbentuknya barang seni keramik yang proses kreatifnya bernilai tambah tinggi. Fokus diatas melibatkan keramikus yang berorientasi kontemporer. Keramikus yang berkarya melalui proses penciptaan kekriyaan namun dengan duplikasi terbatas. (TS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun