Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pindah Kewarganegaraan Itu Lumrah, Bukan Brain Drain SDM Bangsa

17 Juli 2023   14:30 Diperbarui: 17 Juli 2023   14:39 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pindah Kewarganegaraan itu Lumrah, Bukan Brain Drain SDM Bangsa

Dirjen Imigrasi Kemenkumham menyatakan selama ini ada 3.192 WNI dalam rentang waktu 2019-2022 pindah kewarganegaraan ke Singapura. Pernyatan Dirjen Imigrasi itu esensinya tidak mengherankan publik. Fenomena pindah kewarganegaraan ke Singapura tidak perlu dikhawatirkan. Fenomena itu wajar-wajar saja, dan bukan brain drain SDM Bangsa Indonesia.

Menurut Silmy Karim selaku Dirjen Imigrasi Indonesia ada tiga alasan subyektif yang membuat para WNI ini memutuskan pindah, yakni kesempatan bekerja, infrastruktur, dan pendidikan yang lebih baik. Meskipun alasan ini baru sebatas asumsi dan belum melalui penelitian yang mendalam, namun pihak imigrasi anehnya justru membuat kebijakan atau proyek baru yang bertajuk Global Talent Visa. Proyek itu bertujuan menarik minat talenta terbaik dunia supaya datang dan berkontribusi di Indonesia.

Kini dunia sedang dilanda perang talenta, terutama dikalangan kaum milenial. Perang talenta disertai dengan tarik menarik kaum milenial antar bangsa yang memiliki karya inovasi atau teknologi khususnya yang berkecimpung dalam bidang startup.

Banyak yang tidak tahu, sebenarnya tidak sedikit kaum milenial berbakat dari Singapura yang masuk ke Indonesia bergelut dengan startup. Bahkan pemerintah Indonesia telah memberi karpet merah bagi startup asing khususnya dari Singapura untuk menjalankan bisnisnya di kawasan Industri Nongsa Digital Park, Pulau Batam.

Karpet merah untuk startup asing telah digelar setelah pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong pada acara Annual Leaders Meeting di Delegation Room, The Istana, Singapura. 

Dalam kesempatan tersebut, Pemerintah Indonesia dan Singapura sepakat untuk mengembangkan Nongsa Digital Park (NDP) di Batam. Kawasan ini akan menjadi basis bagi pelaku industri kreatif di bidang digital seperti pengembangan startup, web, aplikasi, program-program digital, film, dan animasi.Jumlah tenant dan startup di NDP telah mencapai 50 perusahaan, termasuk startup dari Singapura, yaitu Glints yang merupakan startup talent recruitment.

Terkait dengan perang Talenta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga sedang getol merekrut kaum milenial sebagai karyawannya. Salah satu contoh yang kini getol merekrut karyawan milenial bertalenta kelas dunia adalah PT Telekomunikasi Indonesia (PT Telkom). Saat ini di BUMN plat merah itu struktur karyawan milenial mencapai 33 persen. Sisanya, adalah karyawan dengan usia yang tidak lagi muda.

BUMN perlu merekrut karyawan milenial semaksimal mungkin untuk menghadapi era perang bakat atau talenta. PT Telkom telah merekrut ribuan karyawan dan membentuk unit bisnis baru bersama para talenta muda lainnya. Ada tiga kategori lowongan kerja utama untuk posisi calon karyawan yang akan direkrut. Ketiga posisi tersebut adalah developer, desainer dan analis data. Semua posisi diatas untuk menghadapi kondisi global yang kini memasuki era perang bakat atau talent war.

Posisi karyawan baru di bidang developer untuk mencari sosok yang punya visi untuk melihat apa yang menjadi kebutuhan. Desainer dicari sosok yang bisa membuat produk menjadi kebutuhan. Analis data kalau di industri telekomunikasi dan teknologi informasi membuat bagaimana data-data itu bisa bicara.

Kebijakan rekrutmen di PT Telkom tidak hanya terbatas pada sumber daya manusia yang ada di Indonesia saja. Telkom juga mencari talenta terbaik di kawasan regional atau global.Telkom mengalokasikan anggaran 1 triliun rupiah untuk meningkatkan kualitas SDM. Alokasi anggaran tersebut akan digunakan untuk rekrutmen, pelatihan dan kegiatan lain untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas SDM Telkom. Jika seluruh BUMN yang kondisinya sehat melakukan strategi seperti PT Telkom diatas, mungkin akan mengurangi jumlah WNI yang bermaksud pindah kewarganegaraan.

Kasus pindah kewarganegaraan bisa diatasi dengan cara memberikan insentif kepada diaspora Indonesia yang kini tersebar di muka Bumi. Pemerintah perlu membuat semacam task force yang menginventarisir para diaspora yang memiliki karya istimewa atau sedang menempati posisi istimewa di perusahaan kelas dunia atau di lembaga riset dan inovasi.

Kondisi demografi Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan segera memasuki era bonus demografi mestinya menjadikan bangsa ini memiliki jumlah diaspora nomor tiga dunia setelah Tiongkok dan India.

Peran Diaspora sangat penting untuk ikut memperluas lapangan kerja di Tanah Air dengan cara menangkap potensi outsourcing global. Potensi tersebut selama ini banyak dinikmati oleh India dan Tiongkok. Para diaspora dari dua negara tersebut sangat gigih merebut potensi outsourcing global untuk diarahkan ke negaranya.

Untuk mewujudkan hal diatas pemerintah perlu bersinergi dengan Indonesian Diaspora Network Global (IDNG). Saatnya para diaspora bergotong royong untuk mengarahkan rejeki globalisasi outsourcing menuju ke Tanah Air. Terkait dengan rezeki outsourcing, pemerintah perlu mewujudkan ekosistem yang baik disertai dengan pengembangan SDM pendukung sejak dini. Khususnya sejak di bangku sekolah menengah diperkenalkan dengan ragam teknologi yang dibutuhkan outsourcing global. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun