Pembangunan LRT Jabodebek tahap pertama terdiri dari beberapa lintasan. Pertama, lintas pelayanan rute Cawang-Cibubur sepanjang 14,8 kilometer. Kedua, lintas pelayanan rute Cawang-Dukuh Atas sepanjang 11 kilometer. Dan, ketiga, lintas pelayanan rute Cawang-Bekasi Timur sepanjang 18,4 kilometer. Selain tiga lintasan tersebut, juga dibangun Depo LRT Jabodebek berlokasi di Bekasi Timur.
LRT Jabodebek memiliki 18 titik stasiun pemberhentian. Dalam kondisi normal, satu rangkaian LRT dapat mengangkut 740 orang penumpang. Dalam kondisi padat dapat mengangkut 1.308 orang penumpang. Kecepatan maksimalnya dapat mencapai 80 kilometer per jam.
Beberapa keunggulan LRT antara lain, waktu tempuh bisa lebih cepat dibandingkan kendaraan pribadi atau bus. LRT dapat menempuh rute Bekasi Timur hingga Dukuh Atas dalam waktu 45 menit. Sedangkan dari Cibubur hingga Dukuh Atas waktu tempuh hanya 39 menit.
Pengoperasian LRT Jabodebek perlu mencermati data katalog Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan ada 1.255.771 orang penglaju atau komuter dari wilayah Jabodetabek yang berkegiatan utama di DKI Jakarta. Berdasarkan data tersebut bisa ditentukan strategi untuk mendorong masyarakat agar mau secara rutin menggunakan moda angkutan ini.
Keberadaan LRT Jabodebek mestinya mampu berbagi beban dengan commuter line PT KAI. Yang mampu melayani penumpang KA di Jabodetabek sebanyak 1.194.285 orang.
Saat ini, KAI Commuter memberikan layanan perjalanan commuter line Jabodetabek sebanyak 1.081 perjalanan tiap harinya dengan jam operasional mulai pukul 04.00-24.00 WIB. KAI Commuter juga mengoperasikan perjalanan commuter line feeder tambahan relasi Manggarai -- Angke/Kampung Bandan PP dan Manggarai-Bekasi PP pada jam sibuk pagi dan sore sebanyak 31 perjalanan per hari dengan headway 15-30 menit.
Untuk meningkatkan animo masyarakat dalam menggunakan LRT sejak awal sebaiknya memperhatikan tingkat kepuasan penumpang dengan prioritas dipertahankan yaitu kebersihan, kenyamanan tempat duduk, keramahan dan kesopanan petugas dan keberadaan keamanan, pengguna mendapat keselamatan rasa aman,tersedianya fasilitas untuk penyandang cacat dan fasilitas ibu menyusui.
Untuk prioritas rendah yaitu kemudahan naik turun LRT bagi penyandang disabilitas, waktu tunggu dan ketepatan jadwal LRT,tarif LRT, kemudahan akses menuju stasiun, kecepatan karyawan dalam merespon keluhan pengguna LRT.
Mewujudkan LRT sebagai moda transportasi favorit bagi masyarakat tidak gampang jika pengelola harus memikirkan faktor pendapatan dari karcis penumpang semata. LRT memiliki tantangan berat dari aspek biaya operasional dan kecilnya animo masyarakat menggunakan moda angkutan ini secara rutin sehari-harinya. Bahkan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pernah melakukan analisa kritis terkait LRT di Palembang yang menyatakan bahwa moda itu sebenarnya belum dibutuhkan untuk masyarakat di sana.
Namun, opininya kalah dengan kepentingan politik untuk menyukseskan event Asian Games pada saat itu. Dia melihat adanya kegagalan dalam mengambil keputusan dalam pembangunan transportasi massal itu. Menurutnya, "Decision based-nya political decision, not planning decision".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H