Ascensia Recta
Pembangunan infrastruktur perkeretaapian di Bandung Raya khususnya dan di Indonesia pada umumnya mengalami kemajuan yang luar biasa pada era Presiden Jokowi.
Sebagai pengamat infrastruktur perkeretaapian serta sebagai pengguna KA sehari-hari, saya sangat bangga dan bersyukur. Daerah Rancaekek yang dulunya pinggiran dengan persawahan yang luas serta menjadi langganan banjir, kini memiliki stasiun KA komuter yang teramat mewah berkelas dunia, layaknya stasiun di negara maju. Pembangunan Stasiun megah tidak hanya di Stasiun Rancaekek, tetapi hampir semua stasiun KA di Bandung Raya, yang menjadi wilayah kerja Daops II PT KAI, telah dibangun stasiun yang super keren.
Teristimewa untuk Stasiun KA Rancaekek, kini menjadi besar, megah, luas dan berpotensi menjadi konektivitas perhubungan dan logistik yang modern.
Stasiun Rancaekek sudah pantas berstatus sebagai stasiun besar yang melayani naik dan turun penumpang KA jarak jauh. Tentunya stasiun ini menjadi landmark bagi Kabupaten Bandung.
Ke depan, di sekitar stasiun ini juga bisa menjadi wahana untuk kegiatan seni, budaya dan produk lokal. Juga punya potensi sebagai infrastruktur logistik yang menggerakkan perekonomian daerah.
Stasiun Rancaekek adalah manifestasi jiwa Ascensia Recta dari Presiden Jokowi, yakni jiwa pembangunan dan pemikir besar yang berhasil mewujudkan pembangunan nyata yang luar biasa, seperti sinarnya bintang besar (Ascensia Recta).
Jujur saja, pembangunan perkeretaapian di Bandung Raya sebelum era Jokowi mengalami stagnan. Sehingga Tidak mampu mengatasi masalah transportasi kaum komuter) di Bandung Raya. Hanya pada era Presiden Soeharto, masyarakat Rancaekek dan sekitarnya mendapat hadiah pembangunan berupa stasiun kecil, yang letaknya pas di depan Perumnas Bumi Rancaekek Kencana.
Namun demikian kami bersyukur dilayani oleh KRD bekas hasil hibah dari Jepang yang telah berjasa puluhan tahun melayani para penglaju dengan baik.
Sedikit catatan, pada era Presiden SBY ada tambahan satu rangkaian KA bernama Baraya Geulis buatan (rakitan) PT INKA, tetapi belum lama beroperasi (kurang dari satu tahun), si Baraya Geulis menghilang tanpa bekas dan tidak lagi beroprasi, karena sering mogok dan mengalami kerusakan di tengah perjalanan.Â