" Oh... begitu. Nampaknya kamu kesandung lagi. Dikhianati orang di sekitar yang datang dengan wajah memelas. Tanpa daya. Hemmm..."
Desta menatap wajah kakak perempuannya sambil menggelengkan kepala.Â
***
Santi mendengar penuh perhatian penjelasan teman-teman. Ini persoalan serius yang tak bisa dibiarkan. Sejak semula memang ia tak sejalan dengan orang di balik kabut yang mereka bicarakan. Gaya dan cara yang berulang. Tak ada rasa bersalah dan selalu mencari kambing hitam.Â
Orang sama, pola sama. Nuansa beda tak mengapa. Bak sutradara kawakan, skenario bisa dibuat dadakan. Tak hanya tahu bulat yang bisa.Â
Improvisasi sambil jalan ke ladang gembala. Si Congek  dan si Hitam di-setting hidup berdampingan dengan damai. Dan... keduanya berevolusi jadi domba aduan.Â
"Wah... hebat nian sang Sutradara", gumam Santi.Â
Agar jalan cerita nampak   alamiahdan mengalir, Si Congek hadir dengan beragam rupa. Berbalut busana kekinian, paling trendy.Â
***
Desta orang rumahan, anak kesayangan ibu. Sebutan yang biasa didengar dari orang-orang begitu. Tak apalah.Â
Memang, dari pada kelayapan tak jelas arah tujuan, mending berkutat dengan komputer atau menyalurkan hobi membuat kriya. Â Atau apapun yang dapat menjadi media ekspresi batinnya.Â