Cerita klasik ketidakadilan perlakuan kepada atlet berprestasi tingkat provinsi kembali menyeruak di grup media sosial para pengurus cabang-cabang olahraga yang dikordinasi oleh Koni Kebumen.Â
Ketika ada anggota yang menayangkan keluh kesah pengurus cabang olahraga yang secara tradisional juga merupakan lumbung prestasi tidak diperlakukan adil dalam hal penerimaan tali asih dari pemerintah lewat Dinas Pemuda dan Olahraga dan pariwisata melalui Koni Kebumen, semua orang seolah terhenyak.Â
Sebagian besar bereaksi "keras" gaya khas grup medsos yang sedang digemari. Ada yang mengusulkan untuk segera beraudiensi dengan DPRD Kabupaten agar "suara"-nya terdengar lebih jelas dan tepat sasaran.Â
Ada juga yang siap mengerahkan "pasukan" dan sebagainya. Intinya, perlakuan tidak adil itu harus segera ditindak-lanjuti dengan tindakan nyata. Action ! Bukan NATO atau omdo.Â
Reaksi yang wajar dari masyarakat olahraga prestasi yang acapkali dianaktirikan oleh Pemerintah Kabupaten dan DPRD-nya. Dibanding olahraga rekreasi yang bersifat massal semacam senam kaum perempuan yang mudah memasyarakat dan digemari oleh para pejabat, pergulatan para atlet dserta pelatih dan pembina cabang-cabang olahraga prestasi yang mungkin kurang memasyarakat semacam bridge, hockey dan sebagainya.Â
Kecenderungan mengedepankan olahraga rekreasi ketimbang prestasi yang menguras banyak energi, selain lebih murah juga nampak meriah. Apalagi untuk disajikan sebagai tontonan yang mungkin saja digemari dan mengundang massa besar yang tentu saja berpotensi ekonomi. Terutama politik dan sosial yang menguntungkan pihak tertentu. Ini soal selera dan keberpihakan.Â
Hampir sama dengan regu putrinya, tulang punggung tim Hockey putra Jawa Tengah pada PON XX tahun 2020 di Papua juga berasal dari atlet berprestasi Kabupaten Kebumen yang tidak memiliki sarana maupun prasarana berlath memadai.Â
Jika data ini dapat menjadi bukti otentik dalam menentukan keberpihakan para pengambil kebijakan daerah, atlet dan seluruh jajaran pembinaan olahraga prestasi akan termotivasi lebih kuat untuk memajukan serta mengharumkan nama daerah.Â
Semakin banyak perhatian dan keberpihakan tersebut, para atlet dan pelatih serta pembina akan lebih fokus berlatih, melatih dan membina para atlet potensial berprestasi tingkat provinsi, nasional maupun internasional.Â
Dari cabang olahraga paralympic, Kabupaten Kebumen memiliki satu juara dunia atas nama Femini dan tiga atlet tingkat benua Asia. Beberapa atlet lain siap melapis mereka yang telah masuk jajaran atlet nasional.Â
Senada dengan prestasi rekan-rekan yang difabel, Adi Ramli yang telah menghuni pelatnas cabang olahraga atletik di nomor paling bergengsi sprint 100m putra kian bersemangat membela daerah yang membesarkan namanya dan siap mendampingi Johri di jajaran elit sprinter nasional. Â Hal yang sama dilakukan oleh dua atlet putra softball yang kini memperkuat kontingen Provinsi Jawa Tengah.
Keberhasilan para atlet pada cabang-cabang olahraga prestasi di atas sampai sekarang tidak membuat para pengambil kebijakan daerah untuk segera menyatakan keberpihakannya.Â
Dari waktu ke waktu, masalah demi masalah yang menyebabkan posisi prestasi olahraga Kabupaten Kebumen senantiasa berada di dasar alias terbawah dari  35 Kabupaten/Kota se Jawa Tengah yang hanya bisa diselesaikan oleh para pengambil keputusan daerah baik pemerintah dan khususnya DPRD-nya terus berulang. Sangat tidak sebanding dengan nilai manfaat proyek-proyek mercusuar semacam Tugu Kupu Tarung dan kolam air mancur di depan Rumah Dinas Bupati.Â
Kondisi demikian jika terus dipertahankan memang sangat menguatkan opini publik bahwa faktor utama yang membuat Kabupaten Kebumen menjadi termiskin di Provinsi Jawa Tengah baik di bidang ekonomi maupun keolahrgaan adalah mentalitas.Â
Jangan salahkan atlet dan pelatih jika mereka lebih memilih daerah lain yang mampu memberi peluang berkembang baik secara prestatif dan kesejahteraannya.Â
Selama tidak ada perubahan cara berpikir atau keberpihakan para pengambil kebijakan, omong kosong dan hanya mimpi di siang bolong jika ada peningkatan peringkat untuk membuktikan bahwa mereka memang benar-benar bekerja untuk memajukan rakyat dan daerahnya. Bukan hanya bisa mengasihani diri sendiri dengan berlindung di balik predikat termiskin. Naudzubillah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H