Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemimpin Masa Kini dan Budaya Jawa, Satu Renungan

7 Oktober 2019   08:14 Diperbarui: 7 Oktober 2019   08:37 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situasi politik kekinian mengundang perhatian banyak kalangan. Dari legislatif (DPR RI) yang pertama kali sepanjang sejarah Indonesia dipimpin oleh seorang perempuan dari dinasti politik. Sampai upaya menggulingkan kekuasaan eksekutif (Presiden) yang akan dilantik untuk masa jabatan kedua beberapa hari ke depan. 

Satu pertanyaaan klasik, pola kepemimpinan seperti apakah yang sesuai dengan kepentingan umum rakyat Indonesia yang beragam itu ? Keduanya, Puan Maharani dan Joko Widodo (Jokowi) membawa "darah" Jawa. Tanpa bermaksud mengkultuskan, kebetulan saya temukan buku berjudul sama dengan tulisan ini. 

Dalam pengantarnya, menyitir filosofi kepemimpinan dalam budaya Jawa sesuai wewarah (nasihat, petunjuk). Bahwa seorang pemimpin adalah juga guru (bangsa-pen) yang harus memperhatikan lima hal berikut. 

Pertama, mulat (mengetahui) keadaan riil rakyat Indonesia secara menyeluruh. Bagaimana keadaan yang sesungguhnya tengah dan akan dialami oleh segenap lapisan masyarakat. Apa yang diharapkan dan bagaimana cara mengatasinya dan seterusnya. 

Dalam hal ini, wawasan pemimpin bukan hanya menjawab pertanyaan, usulan, gugatan dan harapan masyarakat. Ia harus cerdas membaca situasi kekinian dan bijak dalam mengambil keputusan strategis. 

Kedua, milada (memberi pujian, memotivasi). Pemimpin harus mampu menjadi motivator yang menginspirasi segenap raknyatnya. Memberi pujian atas prestasi yang diraih. Menguatkan semangat dan daya hidup masyarakat yang tengah tertimpa bencana misalnya. 

Ketiga, miluta (membimbing, menuntun, mengarahkan). Mirip dengan kriteria kedua, pemimpin harus berperan selaku guru bangsa. 

Keempat, palidarma (memberi teladan baik). Segala perilaku, ucapan dan tindakan pemimpin nasional akan dicontoh oleh segenap rakyatnya.

Kelima, palimarma (memberi ampunan). Pemimpin yang baik hendaknya selalu membuka pintu maaf bagi orang-orang yang dipimpinnya.

Secara umum, kriteria kepemimpinan modern adalah capable (mampu, cerdas), credible (amanah), acceptable (dapat diterima oleh semua kalangan) dan sebagainya. 

Apapun kriteria kepemimpinan organisasi moderen (termasuk negara),  pemimpin harus menjadi penyemangat hidup dan kemajuan (how to do). Bukan akan jadi (how to be) atau mendapatkan (how to have) apa. 

Tanpa bermaksud menggugat, apalagi menggurui, kedua pemimpin nasional itu tengah menghadapi situasi kekinian dan masa depan yang sangat perlu keseriusan bekerja dan bijak dalam mengambil keputusan selaku negarawan. Guru bangsa. Benar-benar dapat di "gugu" dan ditiru.  Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun