Sebagai daerah yang memiliki kedekatan budaya dengan Mataram, motif batik Kebumen terpengaruh oleh situasi itu. Meski tidak begitu kental keterikatannya karena ada interaksi lain dengan situasi setempat, ada kecenderungan motif utama bercorak batik pesisiran yang berwarna dasar muda atau cerah.
Pada perkembangannya, kegiatan pembatikan yang banyak dilakukan oleh warga masyarakat di sebelah Utara yang berbukit-bukit, motif pesisiran berasimilasi dengan mengadopsi motif Mataraman yang mengeksplorasi beragam jenis flora dan fauna.Â
Kompasianer asal Kebumen yang tinggal di Jogja, Teguh Suprayogi , dengan jujur menulis bahwa dirinya merasa keheranan dan terkagum-kagum dengan motif batik tanah kelahirannya. Motif batik Kebumen itu jujur, polos, apa adanya. Ciri khas warna yang kecoklatan dan putih. Ketertarikan serupa juga ditunjukkan oleh pengusaha kosmetik kondang, Martha Tilaar yang memamerkannya di ajang bergengsi Indonesia Fashion Week 2015 di Jakarta Convention Center Jakarta 26 Pebruari - 1 Maret 2015.Â
Pada Inacraft 2010 di JCC Jakarta, saya menyempatkan diri menengok stand Kabupaten Kebumen yang diwakili oleh Batik Tanuraksan dan Dubexcraft. Seperti yang pernah saya dan beberapa teman perajin alami, meski jadi duta Pemerintah Kabupaten kami harus berjibaku untuk mengikuti ajang pamer potensi daerah itu.
Menurut penuturan Bu Lurah Gemeksekti saat itu, beliau harus mengeluarkan "ongkos ekstra" selama mengemban amanah itu. Hal serupa juga dialami Yahya Mustofa, pemilik Dubexcraft yang sekarang tinggal nama dan segenap kenangannya.
Selain itu, ada beberapa desa di perbukitan Utara yang jadi pusat kegiatan pembatikan semisal Jemur Clowok di Kecamatan Pejagoan dan Desa Seliling di Kecamatan Alian. Di setiap sentra batik ada corak khas. Sekarang. Dengan ditetapkannya 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional, perkembangan sentra kegiatan pembatikan semakin pesat dan menyebar. Juga dengan industri konveksinya.
Hal ini terungkap dalam perbincangan santai dengan Bu Kades Gemeksekti di sela menunggu stand kerajinan Kabupaten Kebumen pada Inacraft 2010 di Jakarta Convention Center. Bersama Yahya Mustofa yang tengah getol mengenalkan produk-produk kerajinan miliknya, Dubexcraft (almarhum), juga organisasi nasional Himpunan Perajin Anyaman Indonesia (Hipando) yang diketuai dirinya.
Anyaman pandan dari jenis Jaksi dikembangkan di Kabupaten Kebumen pada awal 1980-an oleh Bu Jumarnah dan kawan-kawan yang kemudian membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) Pandansari di Desa Grenggeng Kecamatan Karanganyar.Â
Sayangnya, karena beragam kepentingan yang masih sulit disatukan, sentra anyaman pandan ini bergerak sendiri-sendiri baik di antara anggota maupun dengan sentra-sentra lainnya. Saat ini, setidaknya ada tiga kecamatan utama penghasil produk anyaman pandan setengah jadi (complong) yaitu Karanganyar, Karanggayam dan Gombong.Â
Dengan pola budaya paternalistik yang masih cukup kental, sebenarnya pemerintah Kabupaten Kebumen dapat melakukan usaha itu dengan lebih efektif jika dikelola serius dan menerjunkan petugas lapangan yang berkomitmen kuat menjadikan produk-produk dan industri anyaman pandan Jaksi sebagai unggulan daerah yang seebenar-benarnya. Sayangnya belum terwujud sampai sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H