Selasa (19/2/2019), Kota Kebumen dipenuhi warna merah dari pernak pernik perayaan hari ke 15 Tahun Baru China (Imlek) 2570 yang diselenggarakan oleh Keluarga Besar Kelenteng Khong Hui Kiong. Kemeriahan mulai terasa sejak pagi hari, bahkan beberapa hari sebelumnya.Â
Menurut Andi, pedagang es kelapa muda yang setiap harinya mangkal di sisi Timur Kelenteng atau tepat di depan Kantor Camat Kebumen, perayaan Cap Go Meh tahun ini akan sangat meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Terbukti, saat saya mengikuti prosesi perayaan sejak pagi, kemeriahan sebuah pesta rakyat mulai terasa.Â
Banyak pedagang mainan anak dan makanan beraneka ragam mulai menempati berbagai sisi di sekitar Kantor Camat dan Penyelenggara Pemilu (PPK dan Panwas) Kecamatan Kebumen yang menempati ex Gedung Pramuka menampakkan wajah-wajah ceria. Rona optimis terpancar dari senyum mereka.Â
Anggota Banser Kebumen nampak membawa spanduk Kirab Budaya Cap Go Meh 2019/2570 di depan Kantor Camat Kebumen. Dokumen Pribadi
Pesta Budaya Kebumen yang diprakrasai oleh
Kelenteng Khong Hwie Kiong Kebumen sebagai tema besar Perayaan Cap Go Meh 2570 (2019) diwakili oleh beberapa komunitas pegiat budaya seperti
 Cepetan Wadasmalang, Calung Anak dan Komunitas Perancang Mode dan Peraga Busana yang setiap penyelenggaraan
Kebumen Carnival menjadi yang terdepan.Â
Selain perwakilan dari komunitas pegiat budaya Kebumen, Kirab (Pesta) Budaya Cap Go Meh tahun 2019 ini juga diikuti oleh parade drum band dari SMP Pius Bakti Utama, SD-SMP Penabur dan penampilan para calon pelaut masa depan dari SMKN Puring yang memukau pengunjung.Â
Drumband SMKN Puring tengah ke luar dari lingkungan Kelenteng Khong Hui Kiong di depan kantor Camat Kebumen pada perayaan Kirab Budaya Cap Go Meh 2019/2570. Dokumen pribadi.
Kirab Budaya Cap Go Meh 2019/2570 yang diprakarsai oleh Kelenteng Khong Hwie Kiong Kebumen mengambil rute perjalanan yang cukup pendek. Dimulai dari lapangan basket di depan gerbang kelenteng terus ke Timur sampai perempatan Jalan Pemuda depan Kantor Kelurahan Kebumen, belok kiri ke arah Tugu Lawet - sepanjang jalan Pahlawan sampai perempatan "Damai" di depan SMPN 5 Kebumen, belok kanan sampai perempatan SMPN1 dan SMPN 7 Kebumen.Â
Kemudian belok ke kanan menuju arah terminal non bis di Jalan Sutoyo sampai dengan perempatan "Bakso Urip" belok kanan lagi menyusuri Jalan Kolonel Sugiono melewati sisi Barat Pasar Tumenggungan dan kembali ke titik awal di lapangan basket depan gerbang Kelenteng. Menjelang titik akhir, sejak dari depan GKI atau SD/SMP Penabur Kebumen, para peserta Kirab Budaya menampilkan beragam atraksi.Â
Atraksi Barongsai Hijau dan Merah di depan Kantor PPK/Panwascam Kec. Kebumen. Dokumen pribadi.
Menurut penuturan tokoh utama di balik penyelenggaraan Kebumen Carnival yang dimulai sejak 2014, Widadi Prasetyo yang akrab dipanggil
Widpraz, potensi besar seni, tradisi dan budaya lokal Kebumen kerap ia tampilkan dari beragam karya "busana futuristik" yang dirancang, dibuat dan dipamerkan di berbagai ajang. Pria bersuara lembut dan halus ini sehari-hari berprofesi sebagi guru Bahasa Inggris di SMKN 2 (dulu STM) Kebumen.Â
Alumni IKIP Sarwi (sekarang UST) Jogja ini awalnya tidak terdeteksi bakat dan kemampuan olah seninya sejak saya kenal di bangku SMA. Tetapi semangat untuk maju memang sangat kentara dengan kesediaan dirinya belajar pada orang-orang tertentu yang dianggapnya cukup menguasai "pelajaran" yang ingin dia dalami atau kuasai.
Sejumlah peraga busana futuritik karya Widpraz yang tampil dalam Kirab Budaya Cap Go Meh 2019/2570 di depan Kantor PPK Jl. Sugiono Kebumen. Dokpri
Sepanjang karirnya sebagai perancang sekaligus penyelenggara pameran busana "
nyeleneh" , ia selalu mengambil tema alam sebagai ujung tombaknya. Kebumen yang dikenal sebagai salah satu sentra anyaman pandan berkualitas tinggi, berbahan dasar Â
pandan jaksi dan mulai dikembangkan sejak tahun 1980 oleh Ibu Jumarnah menjadi titik inspiratif karya-karya busana ala carnival-nya. Beberapa busana rancangannya banyak dihiasi oleh ragam anyaman pandan polosan seperti nampak pada gambar di bawah ini.
Seperti kebanyak pelaku seni, budaya dan olahraga yang mungkin bisa disebut "militan", Widpraz senantiasa membawa nama tempat kelahiran dan kehidupannya, Kebumen. Meski tanpa apresiasi, bahkan sekadar "restu" para pejabatnya ketika ia dan rombongannya mewakili Kebumen di ajang peragaan busana lokal seperti Festival Serayu - Banjarnegara. Atau di satu pusat budaya dan kota pelajar Yogyakarta yang "memoles" dirinya sebagai guru yang sekaligus seniman busana dan pegiat budaya. Â Beberapa kali ia dan rombongannya mewakili ajang serupa carnival di berbagai negara Asia dan Afrika atas nama Indonesia.Â
Senyum khas Widpraz, guru Bahasa Inggris di SMKN 2 Kebumen ini kaya ide kreatif yang ditampilkan dalam gaya busana futuristik. Dokumen pribadi.
Sosok sederhana pria berkumis ini memang kian menarik untuk digali ide dan obsesinya. Apalagi ketika bertemu dengan pegiat budaya yang jauh lebih sederhana dari banyak hal dibanding Widpraz yaitu Slamet Esser yang saya temui tengah berjualan dagangan khasnya. Sejumlah tokoh wayang bergaya kartun yang dibuat dari bahan kertas bekas kardus makanan. Â
Slamet Esser   adalah satu di antara banyak seniman/budayawan yang sangat konsisten menjaga marwahnya. Ia selalu berburu keramaian yang bertema seni dan budaya tradisional khususnya. Tentu tak lupa membawa hasil kreativitasnya yang berharga jual sangat murah.Â
Dua seniman dan budayawan Kebumen yang tengah mengikuti Kirab Budaya Cap Go Meh 2019. Slamet Esser (berbaju batik) tengah memegang salah satu tokoh wayang kartun yang di sebelah kanannya nampak sederet barang dagangannya di depan Kantor Camat Kebumen. Dokumen Pribadi.
Sesuai tema Kirab Budaya Cap Go Meh 2019/2570 Kelenteng Khong Hui Kiong Kebumen yakni " Damai dan Sejahtera Indonesiaku", beberapa atraksi dan hiburan yang ditampilnya cukup mewakilinya. Penampilan yang cukup atraktif dari drumband SMKN Puring nampak pada gambar berikut ini.Â
Atraksi anggota drumband SMKN Puring dalam Kirab Budaya CapGo Meh 2019/2570 di depan Pendopo Kantor Camat Kebumen. Dokumen pribadi.
Sebagaimana layaknya sebuah perhelatan budaya, perayaan Cap Go Meh tahun 2019 yang dimotori oleh Keluarga Besar Kelenteng Khong Hui Kiong memang sangat merakyat dan patut diapresiasi. Kegembiraan anggota masyarakat tidak hanya datang dari para penonton yang berasal dari beragam sudut wilayah Kebumen.Â
Ada yang mencapainya dengan berjalan kaki, bersepeda baik onthel maupun motor serta yang khas dari waktu ke waktu adalah berombongan memakai truk. Sebuah nilai yang kadangkala diabaikan realitas di sebaliknya.
Peserta Kirab Budaya Cap Go Meh 2019 dari Komunitas Calung Anak memakai truk sebagai alat angkutnya. Dokumen pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya