Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Monolog Kursi Tua | Perjalanan Pulang

29 Januari 2019   02:23 Diperbarui: 29 Januari 2019   04:19 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kulihat kursi tua itu berkali-kali. Terlintas monolog pagi enam bulan yang lalu. Sang penghuni bertutur lagi tentang orang-orang di masa lalunya. Suka cita bila tangan kecilmu tengah merengkuh nestapa mereka. Satu dua kata penyejuk jiwa, tapi sangat berharga dari emas permata. 

Ketulusan menyambut bahagia mereka acapkali berbalas ucap tak patut di mulut. Tapi...dirimu tetap bertahan dalam kesederhanaan cara. Di atas kursi tua itu kau tangisi kesendirian, monolog pagi berikutnya tak tertahankan. 

" Duh Gusti... mengapa Kau beri aku jalan ini, sementara kakiku tak kuasa menahan beban langkah yang menyangga tubuh", ia pun menahan rasa rindu terpendam. 

Ia tengah bercerita tentang masa dan asa yang terbelenggu ketidakadilan. Sesekali selipkan rasa sesal dan marah. Entah kepada siapa selain kursi tua yang setia menemani. 

Monolog pagi tiada berpanggung lagi. Pemilik kursi telah pergi dalam sunyi. Tak ada lagi suara-suara seperti berkumur yang senantiasa menandai awal pentas duniawi. Kursi tua itu kembali terdiam, sunyi dalam hiruk pikuk kehidupan. 

Monolog pagi berganti ilusi nan sepi. Dan terdiam selamanya bersama suasana hati. Karena tak ada lagi yang setia menduduki. Kursi tua biarlah sendiri, nikmati hari tiada bertepi. 

Selamat jalan sepi. 

Selamat datang keabadian. 

Sampai datangnya hari perhitungan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun