Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Anak Jakom | Putri Timur dan Gajah Putih (Bagian 2)

12 Januari 2019   06:16 Diperbarui: 12 Januari 2019   06:32 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar dalam cerit/dokpri

Cerita asli berjudul : Poetri Timoer lan Gadjah Poetih, disusun dalam empat tulisan (4 seri). Pada Bagian 1   telah diceritakan kedatangan seekor gajah putih bernama Paing di lingkungan manusia yang baru pertama kali ditemui sepanjang usianya. 

***

Lingkungan baru itu sebenarnya satu kerajaan yang memiliki seorang putri cantik. Sang Prabu kerap mengajak Putri menemui dan bermain bersama Paing didampingi mBok Emban, baby sitter yang sangat setia. Kedekatan Putri dan Paing membuat suasana di kerajaan itu membahagiakan semua orang. Terutama keluarga kerajaan. 

Pagi itu udara sejuk dan mentari bersinar terang. Burung-burung kecil bernyanyi riang menyambut kedatangan Putri di taman nan indah. Ia telah menjadi gadis kecil yang periang dan lincah. Suka berlari mengejar kupu-kupu warna warni. Kadang sampai ke bibir kolam ikan emas yang menari dan berlompatan. Seolah memanggil Putri agar bergembira bersama. 

Sang Putri acapkali hampir terjerembab ke dalam kolam.  mBok Emban lari pontang-panting mengikuti gerakan lincah gadis kecil itu.  Paing dan pengasuhnya juga berusaha mengikuti. Sampai hari menjelang siang, ada seekor kupu-kupu yang berwarna sangat indah hinggap di pucuk bunga yang sedang mekar. Putri ingin dan terus berusaha menangkapnya. Mbok Emban tak kuat lagi mengikuti langkah kaki Putri. 

Tiba-tiba terdengar suara ..byuuur. Sang Putri tercebur ke dalam kolam ikan mas itu. Para pengasuh hanya bisa berteriak minta tolong. Ikan-ikan kecil tampak gelisah, seolah memberi tahu kalau Sang Putri tenggelam ke dasar kolam. Paing berusaha menolong dengan membenamkan belalainya sampai ke dasar kolam. 

Beberapa saat kemudian, sekumpul ikan mas besar tengah mendorong tubuh sang Putri ke permukaan kolam. Paing segera menjulurkan belalai dan merengkuh tubuh Putri yang sudah pingsan. Dengan segala kekuatannya, Paing dapat melilitkan belalainya ke tubuh Putri dan membawanya ke satu pohon besar. Paing meletakkan tubuh sang Putri sangat perlahan. 

Dengan tubuh yang lemah, baju basah dan penuh lumpur tebal, sang Putri dibawa masuk ke dalam kerajaan oleh Paing. Ketika tiba di bangsal Kepatihan, Paing meletakkan tubuh Putri di pangkuan ibundanya. Raut muka sedih dan haru nampak di wajah Sang Ratu. Lalu dipanggillah beberapa dayang dengan perintah agar segera membersihkan badan dan mengganti pakaian sang Putri. 

Para pengasuh sang Putri bergegas melaksanakan titah Kanjeng Ratu. Setelah itu, satu demi satu ditanya sebab musabab sang Putri mengalami kejadian itu. Tak ada satupun pengasuh yang berani angkat bicara. Tak kurang akal, Kanjeng Ratu memberi perintah untuk segera mendatangkan Paing. Bercerita lah gajah putih itu secara runtut dan jelas semua kejadian yang menimpa sang Putri. 

Kemudian Ratu bertitah " Prajurit... kurung semua pengasuh anakku di kamar itu. Suruh mereka menunggu di situ. Saya masih ingin memeriksa keterangan mereka. Sementara saya akan menengok anakku, sang Putri".

Betapa kaget yang bercampur bahagia ketika Ratu melihat wajah suka cita sang Putri yang tengah bermain boneka. Tanpa disadari Ratu berujar " Seandainya kamu bisa jadi manusia yang pandai bicara...".

Seolah tahu keinginan junjungannya, Paing mengikuti langkah sang Ratu menuju taman yang berkolam ikan di belakang istana. 

Hampir bersamaan waktu, Raja tengah memeriksa para pengasuh yang  dikurung dalam satu kamar. Mereka tetap bersikukuh dengan cerita bohong yang menyebabkan sang Putri mengalami kejadian terjerembab dan masuk kolam ikan. Betapa kagetnya para pengasuh yang sedang dihukum kurungan oleh Ratu begitu melihat Ratu dan Paing telah berada di depan mereka. 

Raja bertitah, " Bicaralah dengan jujur. Kalau tidak, kalian akan kuhukum cambuk..".

***

Ketika sang Putri beranjak besar, ia tak pernah lupa dengan Paing, si gajah putih. Setiap hari berkunjung ke tempat tinggalnya selama ini. Apalagi setelah ayah dan bundanya mangkat dan Putri menggantikan kedudukan orang tuanya. 

Di setiap perayaan, Putri senantiasa mengajak gajah putih itu berkeliling ke setiap sudut tempat keramaian. Meski telah beranak pinak, Paing tetap menjadi teman sekaligus kendaraan pilihan sang Putri. 

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun