Cerita asli berjudul : Poetri Timoer lan Gadjah Poetih, disusun dalam empat tulisan (4 seri). Pada Bagian 1 Â telah diceritakan kedatangan seekor gajah putih bernama Paing di lingkungan manusia yang baru pertama kali ditemui sepanjang usianya.Â
***
Lingkungan baru itu sebenarnya satu kerajaan yang memiliki seorang putri cantik. Sang Prabu kerap mengajak Putri menemui dan bermain bersama Paing didampingi mBok Emban, baby sitter yang sangat setia. Kedekatan Putri dan Paing membuat suasana di kerajaan itu membahagiakan semua orang. Terutama keluarga kerajaan.Â
Pagi itu udara sejuk dan mentari bersinar terang. Burung-burung kecil bernyanyi riang menyambut kedatangan Putri di taman nan indah. Ia telah menjadi gadis kecil yang periang dan lincah. Suka berlari mengejar kupu-kupu warna warni. Kadang sampai ke bibir kolam ikan emas yang menari dan berlompatan. Seolah memanggil Putri agar bergembira bersama.Â
Sang Putri acapkali hampir terjerembab ke dalam kolam. Â mBok Emban lari pontang-panting mengikuti gerakan lincah gadis kecil itu. Â Paing dan pengasuhnya juga berusaha mengikuti. Sampai hari menjelang siang, ada seekor kupu-kupu yang berwarna sangat indah hinggap di pucuk bunga yang sedang mekar. Putri ingin dan terus berusaha menangkapnya. Mbok Emban tak kuat lagi mengikuti langkah kaki Putri.Â
Tiba-tiba terdengar suara ..byuuur. Sang Putri tercebur ke dalam kolam ikan mas itu. Para pengasuh hanya bisa berteriak minta tolong. Ikan-ikan kecil tampak gelisah, seolah memberi tahu kalau Sang Putri tenggelam ke dasar kolam. Paing berusaha menolong dengan membenamkan belalainya sampai ke dasar kolam.Â
Beberapa saat kemudian, sekumpul ikan mas besar tengah mendorong tubuh sang Putri ke permukaan kolam. Paing segera menjulurkan belalai dan merengkuh tubuh Putri yang sudah pingsan. Dengan segala kekuatannya, Paing dapat melilitkan belalainya ke tubuh Putri dan membawanya ke satu pohon besar. Paing meletakkan tubuh sang Putri sangat perlahan.Â
Dengan tubuh yang lemah, baju basah dan penuh lumpur tebal, sang Putri dibawa masuk ke dalam kerajaan oleh Paing. Ketika tiba di bangsal Kepatihan, Paing meletakkan tubuh Putri di pangkuan ibundanya. Raut muka sedih dan haru nampak di wajah Sang Ratu. Lalu dipanggillah beberapa dayang dengan perintah agar segera membersihkan badan dan mengganti pakaian sang Putri.Â
Para pengasuh sang Putri bergegas melaksanakan titah Kanjeng Ratu. Setelah itu, satu demi satu ditanya sebab musabab sang Putri mengalami kejadian itu. Tak ada satupun pengasuh yang berani angkat bicara. Tak kurang akal, Kanjeng Ratu memberi perintah untuk segera mendatangkan Paing. Bercerita lah gajah putih itu secara runtut dan jelas semua kejadian yang menimpa sang Putri.Â
Kemudian Ratu bertitah " Prajurit... kurung semua pengasuh anakku di kamar itu. Suruh mereka menunggu di situ. Saya masih ingin memeriksa keterangan mereka. Sementara saya akan menengok anakku, sang Putri".
Betapa kaget yang bercampur bahagia ketika Ratu melihat wajah suka cita sang Putri yang tengah bermain boneka. Tanpa disadari Ratu berujar " Seandainya kamu bisa jadi manusia yang pandai bicara...".