Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Mengenal Para "Dewa" Gitar

23 Desember 2018   21:13 Diperbarui: 25 Desember 2018   15:41 1531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di awal pemunculan aliran musik rock n roll, Inggris adalah gudang grup band yang gitaris utama (lead guitar)-nya menginspirasi para gitaris kondang dunia. Nama-nama besar semisal George Harrison (The Beatles),  Jimmy Page (Led Zeppelin) dan Ritchie Blackmore (Deep Purple) boleh disebut "dewa gitar" yang membawa dampak luar biasa bagi perkembangan musik rock dan metal dengan berbagai alirannya. 

Jimmy Page dengan gitar double "stang", satu berdawai 12 dan lainnya dengan 6 snaar membawa warna khusus dalam nomor-nomor yang khas. Dua diantaranya adalah Black Dog dan Since I've been loving You. Warna musik dan cara memainkan dawai gitarnya membuat dia dijuluki sang dewa gitar. Jimmy Page boleh disebut sebagai penjaga "roh" Led Zeppelin. 

Sementara itu, Ritchie Blackmore juga memberi warna khusus dalam Deep Purple. Terutama pada lagu Lazy, Soldier of Fortune, Highway Star maupun Child in Time. Pola permainan gitarnya sangat mempengaruhi warna Yngwie Malmstein dan Ian Antono. Bahkan sang Raja Dangdut, Rhoma Irama. 

Yngwie Malmstein lebih condong mengambil bagian kecepatan, Ian Antono dalam harmonisasi dan Bang Haji Rhoma pada suara ( sound) permainan dawai-dawai gitar sang dewa, Ritchie Blackmore. Bahkan pada lagu "Rock di Udara"-nya God Bless berharmonisasi sama dengan lagu Stormbreinger-nya Deep Purple. 

Musik rock, jazz dan pop konon induknya pada jenis musik blues. Jika memang demikian, ada beberapa dewa gitar yang pantas disebut yakni BB King, Jimmy Hendrix dan Eric Clapton serta Keith Richards.

Dua dewa pertama orang Amerika Serikat dan berkulit hitam. Sedangkan dua yang terakhir adalah orang Inggris. BB King cenderung memainkan gitar elektriknya nyaris tanpa distorsi, sedangkan Jimmy Hendrix kaya sentuhan distortif. Demikian pula dengan dua gitaris terakhir. Baik Eric Clapton maupun Keith Richards memberi sentuhan distorsi dengan teknik dan porsi masing-masing.

Sebenarnya sebutan "dewa" sebagai bentuk penghargaan atau kehormatan bagi seorang musisi atas kepiawaian dirinya memainkan alat musik subyektif dan temporer.

Jika disebutkan bahwa seorang musisi termasuk kategori "dewa" karena ia membawa nuansa khas. Selain para gitaris yang telah disebutkan, ada nama-nama seperti Brian May (Queen), Eddy Van Halen, Steve Vai, Joe Satriani dan masih banyak lagi yang karena teknik maupun sound-nya khas. 

Di Indonesia ada beberapa gitaris yang dapat diklasifikasikan sebagai "dewa" gitar. Selain Ian Antono yang mewarnai musik cadas dan pop dengan teknik dan sound khasnya yang mudah dikenali. 

Era 1980 dan 2000-an, Log Zhelebour banyak memunculkan nama-nama baru di blantika musik cadas lewat festival yang digelarnya. Menggelar sejumlah konser banyak grup rock dalam negeri (God Bless, Cockpit, SAS/AKA, Superkid, Giant Step dan sebagainya). Juga dari manca negara semisal Skidrow dan White Lion yang ikut melambungkan nama Boomerang dan Jamrud. 

Log Zhelebour  punya andil besar menggairahkan industri musik Indonesia meroketkan nama-nama lady rockers seperti Silvia Saartje, Ita Purnamasari, Mel Shandy dan lain-lain.

Satu  "produk" Log yang mampu membesarkan nama tanah air adalah kehadiran gitaris Bali yang pernah bergabung dengan Harley Angel, I Wayan Balawan. Gitaris ini punya teknik tapping touch yang istimewa. Tekniknya berbeda dari kebanyakan gitaris kondang yang kebanyakan bergenre speed metal seperti Yngwie Malmstein. 

Kemampuan teknis sentuh-ketuk dawai-dawai gitarnya dipupuk sejak usia remaja. Menjelang dewasa, ia bergabung dengan beberapa band yang satu diantaranya adalah produk festival musik rock  yang digelar oleh Log Zhelebour, Harley Angels. Penulis sempat menonton konsernya ketika mendampingi grup band cadas asal Surabaya, SAS di Yogyakarta tahun 1982. 

Penampilan Harley Angels cukup membuat decak kagum. Tak kalah memesona dari para senior yang personilnya: Syeh Abidin (drum/vokal), Arthur Kaunang  (bass/ vokal) dan Sonata Tanjung (lead guitar double neck). Saat itu, SAS tengah mengorbitkan nama lady rocker baru: Ita Purnamasari. 

Seri gitar Balawan produksi Rick Hanes Gitaris. Foto: @balawan.net
Seri gitar Balawan produksi Rick Hanes Gitaris. Foto: @balawan.net
Kemampuan bermain gitar Balawan semakin terasah setelah kembali dari kuliah musikologi di Universitas Sidney Australia dan membentuk grup Batuan Etnic Fusion. 

Teknik memainkan sentuh-ketuk dengan 8 jari membuat suara yang keluar dari dawai-dawai gitar berleher ganda yang dimainkan bersama saron Bali, kenong dan gendang Jawa/Sunda seperti nampak pada video di bawah ini layak dinobatkan sebagai Balawan Sound. 

Inilah yang membuat produsen gitar asal Tambak Sawah, Sidoarjo, Jatim: Rick Hanes  mengeluarkan edisi khusus dengan seri namanya. Kolaborasi yang mengusung nasionalisme lewat kegiatan musik ini sayang berakhir (sementara?) dengan ditutupnya kegiatan produksi gitar yang pernah memenangkan tiga kontes gitar internasional ini. 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun