***
Lebih dari tiga bulan Anto dalam perawatan para murid utama Kaiso So Doshin di rumah yang sekaligus pusat latihan beladiri Shorinji Kempo. Selama itu pula ia sering tanpa sadar mengucap kata-kata asing di telinga para perawatnya.Â
Hari itu, Kaiso mendapat murid baru dari Indonesia. Namanya Utin Syahraz, pemuda yang pegawai di Departemen Pekerjaan Umum Jakarta.Â
Salah satu penerima beasiswa pampasan perang dari Pemerintah Kekaisaran Jepang, dipanggil menghadap Kaiso So Doshin di tempat perawatan Anto. Saat ini Anto sedang tiduran dan meracau dengan Bahasa Jawa campur Indonesia. Meski tak jelas maksudnya, Utin segera tahu bahwa pemuda tadi berasal dari Indonesia, suku Jawa. Begitu yang dilaporkan kepada Kaiso.Â
Setelah menyelesaikan tugas belajarnya, di dalam acara penyambutan peserta baru program beasiswa yang sama dengannya, Utin mendemonstrasikan ilmu beladiri yang dipelajari dari Kaiso So Doshin dan para murid utamanya. Dua peserta baru yakni kakak beradik Kartasasmita, Ginanjar dan Indra, tertarik dan mengikuti jejak Utin sebagai Kenshi.Â
Namun ada kebiasaan yang selalu dilakukan setiap pagi setelah bergotong royong membersihkan tempat latihan Kempo, Anto hanya duduk di bawah panji bertuliskan huruf Kanji yang artinya "taklukkan dirimu sebelum menaklukkan orang lain" sampai akhir hayatnya.
Sinem Michiyo dan keluarga besar tuan Kobayashi tak jelas rimbanya.Â
Catatan penulis:
Cerita ini fiktif belaka, termasuk nama semua tokoh utama.
Kecuali nama Sensei Utin Syahraz (alm) dan dua pendiri/ guru besar Persaudaraan Shorinji Kempo Indonesia (Perkemi) : Sensei Ginandjar dan Sensei Indra Kartasasmita.Â