" Apa restoran ini punya Saruruno-san. Itu orangnya", laki-laki itu menunjuk foto tadi.
"Betul tuan. Anda siapa...?", tanya penunggu warung.Â
" Saya. ... Kobayashi -san. Lha Anda siapa..?".
"Saya istri Mas Sarno. Tadi, sebelum berangkat ke Jogja, mas Sarno bilang kalau hari ini tuan akan berkunjung ke Candi Prambanan. Kalau boleh tahu, tuan menginap di mana? Biar nanti saya sampaikan kepada Mas Sarno", perempuan itu menyilakan tamunya duduk menikmati hidangan segar, soto Petanahan dari resep leluhurnya.Â
Dengan cekatan Suminten meracik isian menu khas yang hanya ada pada suasana khusus seperti hari ini.Â
***
Sejak menerima telegram dari Kedutaan Jepang lewat alamat Kantor Veteran Yogyakarta, Sarno telah berpesan kepada sang istri agar menyiapkan hidangan khas kampung halamannya. Baik di warung yang ada di dekat plataran Candi Prambanan maupun di rumah mereka untuk menyambut tamu khusus dari Jepang.Â
Ternyata Kobayashi-san mendalami Bahasa Indonesia dari istri sepupu yang masih satu lingkungan di Pulau Zaitun. Ia bahkan belajar Bahasa Jawa dari Sunarti yang orang Semarang. Setelah menjadi orang Jepang, Sunarti berganti nama: Sunara Reiki.Â
Menjelang sore, Sarno pulang ke rumah membawa sedan pinjaman teman dagangnya, Koh Alim. Bermerek Amerika dan masih berbalut plastik seluruh tempat duduknya.Â
Setelah mandi dan berganti pakaian, Sarno menikmati kopi hangat dan ubi rebus kesukaannya. Sang istri dan dua anak kembarnya ikut mendampingi.
" Mas..ini hotel tempat menginap rombongan Kobayashi -san", Suminten menyodorkan secarik kertas dan sejumlah uang pemberian turis Jepang tadi siang.Â