Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kembara di Ujung Senja, Judul Film Dara Puspita?

13 November 2018   11:50 Diperbarui: 13 November 2018   14:06 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Titik Hamzah, @kompas.com

Titik Hamzah, satu musisi perempuan di Indonesia patut disebut legenda. Debut bermusiknya diawali dari grup Dara Puspita sebagai pencabik bass. Darpus, nama singkat grup musik pop perempuan pertama di Indonesia yang beberapa kali melakukan tur keliling benua biru, Eropa.  

Mereka cenderung membawakan lagu dari grup maupun penyanyi kondang di zamannya seperti The Beatles dan sebagainya. Lebih mengedepankan aksi dari satu ke lain panggung. Hal inilah yang menimbulkan kejenuhan bagi seorang Titik Hamzah yang punya talenta lain sebagai penulis dan pengguba lagu.

Menurut Kompas, produser Falcon Pictures sangat berminat mengangkat grup band asal Surabaya itu setelah melakukan riset atas Koes Plus. Titik Hamzah sebagai pembuka jalan yang kemudian  menyatukan kembali semua personil Darpus setuju dengan rencana pembuatan film musikal itu. Setelah Susy Nander, dua bersaudara AR (Titiek dan Lies)  yang tinggal di Sidoarjo Jatim hadir dan memastikan bahwa semua personil Darpus sangat mendukung rencana Falcon Pictures. 

Darpus sepanjang perjalanan bermusiknya telah mengeluarkan beberapa single. Tetapi publik menganggap lagu : Pantai Patayya sebagai hit grup ini. Lagu lain yang melekat pada Darpus diantaranya Surabaya dan Burung Kakak Tua, dua lagu popular yang melegenda. 

Dalam laman pribadi, Titik Hamzah  menuturkan bahwa kebersamaan dirinya dengan Darpus berakhir secara tertulis di akhir tur Eropa.  Pada konser pamungkas di Jakarta, 29 Maret 1972 bassist kribo bersuara khas ini benar-benar mengucap : sayonara. Alasannya klasik, jenuh dengan suasana statis, tanpa kemajuan untuk mengembangkan potensi kreatif grup. Nama besar justru membuat dirinya resah dan gelisah. Sejak saat itu, nama Darpus sebenarnya telah melegenda.

Titik Hamzah membuktikan kesungguhannya menekuni karir di blantika musik Indonesia. Sekira satu dasawarsa setelah pisah dengan Darpus, ia membelalakkan mata para produser dan pengamat musik setelah lagu ciptaannya berjudul: Siksa yang dibawakan rocker perempuan yang sedang naik daun, Euis "Apanya Dong" Darliah menyabet gelar juara pertama dalam ajang Festival Lagu Pop Indonesia pada tahun 1981. Meski saat naik ke pentas dunia di ajang World Song Festival, Tokyo, pada tahun yang sama gagal meraih sukses. 

Keseriusan basis Dara Puspita mengeksplorasi musikalitas dirinya berlanjut dengan merilis album Tragedi pada tahun 1982. Album yang berisi 10 lagu ini, 7 diantaranya ciptaan Titik Hamzah. Satu  lagu yang diidentifikasi sebagai lagu wajib grup band asal Surabaya itu berjudul Surabaya ciptaan A. Rahman (1965). 

Dua sisanya adalah ciptaan gitaris God Bless, Ian Antono. Bersama Ahmad Albar menulis Cukong Tua dan dengan wartawan Kompas Theodore KS menghadirkan Balada Sejuta Wajah. Kolaborasi manis antara Titik Hamzah dan Ian Antono dengan sound khasnya nampak sekali pada lagu Surabaya dan Kembara di Tepi Senja yang syairnya ada di bawah ini. 

Label dan kaset Album Tragedi - Titik Hamzah yang dirilis 1982. Dokpri
Label dan kaset Album Tragedi - Titik Hamzah yang dirilis 1982. Dokpri
Bertahun berkelana di dalam jagat raya
Hingga rambutmu memutih
 termakan usia

Namun surgamu belum terbina
kecuali pedihmu semakin nyata

Di dalam deru kota hidupmu pun gelisah
Di dalam pestapora engkau kuncup terkatup
Kebahagiaanmu terendam kemerdekaanmu terkekang
Kau lebur di dalamnya dan tetap berjuang

Kau adalah bentuk panorama romatika
Cinta engkau anggap pelarian semata
Kau cari jejakmu di dalam samar tujuan

Kiranya Tuhan tak berpaling darimu
Oh..oh..Kembara..


Meski punya lagu kelas dunia berjudul Sayang yang menyabet gelar juara di Festival Lagu Pop Indonesia 1983 dan peringkat ke 3 pada festival di Chile pada tahun yang sama. Dan mengorbitkan nama Adie MS sebagai komposer terbaik dan termuda. Prediksi saya tetap mengunggulkan judul lagu yang sama dengan judul tulisan ini sebagai judul film garapan Falcon Pictures. 

Peran Titik Hamzah dalam penyusunan skenario akan menjadi hal yang sangat mungkin. Demikian pula Ian Antono pada ilustrasi musiknya. Jika prediksi saya cukup akurat, drama musikal ini akan sejajar dengan The Grease atau Staying Alive yang mengorbitkan nama Olivia Newton dan si dagu dekik John Travolta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun