Pahala itu hak mutlak Sang Maha Perkasa, Pencipta alam semesta. Penguasa langit dan bumi. Pengadil yang tiada berbanding. Yang Maha Tahu segala ilmu dan yang membolak-balikkan hati manusia.Â
Manusia hanyalah butiran debu yang akan sirna saat angin kencang mengguncangÂ
Saat aku tak lagi mampu bertahan dalam guncangan ketidak-nyamanan diri
Tentang siapa aku, kamu, kita dan mereka. Karena aku memang bukan kamu, kita atau mereka.Â
Siapa kamu, kita dan mereka itu satu sebutan yang acapkali membuat peng-aku-an diri ini terasa sangat berarti.Â
Kamu memang bukan aku, tapi bisa menjadi kita jika dikehendaki. Begitu pula dengan mereka yang juga menyebut dirinya.Â
Kita dan mereka akan mengakui dengan jembatan kehendak, niat tulus menyatukan dan menyatakan diri. Dalam suatu lingkungan kemanusiaan yang dapat bernama Rukun Tetangga (RT ), Rukun Warga (RW), kampung atau komunitas, suku-suku yang menyatukan kampung-kampung. Dan suku-suku yang menyatukan serta menyatakan dirinya sebagai bangsa.
Aku di Tengah dan kamu di Timur, kita menyatukan kehendak dan menyatakan diri jadi Suku Jawa.
Aku Jawa, kamu Madura, Bali, Sasak, Dayak, Banjar, Bugis, Mandar, Toraja, Ambon, Asmat, Dani, Aceh, Batak, Padang , Baduy dan Betawi . Atau aku yang Islam dan kamu yang Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Khonghucu, Tao atau apapun sebutan kepercayaan diri telah menyatukan kehendak dan menyatakan diri menjadi manusia Indonesia.
Sukarno yang Suku Jawa dan Mochammad Hatta yang Padang menyatukan kehendak dari beragam usul, cara dan pandangan dengan menyatakan kemerdekaan atas nama Bangsa Indonesia. Bukan atas nama suku-suku bangsa asal kampung halamannya.
Pahlawan adalah manusia yang mau dan mampu berbuat kebaikan bagi kebanyakan orang. Keajegan, istiqomah atau konsistensi memelihara kehendak atau niat berbuat kebajikan bagi kemaslahatan itulah yang membuat dirinya layak dihormati sebagai pahlawan. Karena pahlawan itu sepanjang waktu. Tetapi yang bangun kesiangan jelas tak tahu malu, meskipun lebih sering minta diakui .