Waktu akan terus berputar, jaman juga akan senantiasa berubah. Yang dulu dianggap tabu seperti berbuat kecurangan dan senantiasa mengedepankan kebersamaan. Kini berubah sebagai hal biasa. Bersama lawan jenis tak akan atau kecil kemungkinan menimbulkan dorongan seksual berlebihan. Kecerdasan emosional dan spiritual -nya relatif baik. Terjaga dengan ketulusan hati. Bermain untuk menyenangkan hati dan bersosialisasi. Kalah menang urusan belakang. Yang penting senang dan tenang. Berharap esok ada rembulan lagi.
Mengenang sisi positif masa kecil itu menyehatkan kalbu. Menguatkan asa dan memberikan pencerahan dari pada sekadar bernostalgia yang berujung mengasihani diri. Jari manusia akan tetap sama sepanjang masa sesuai kehendakNya. Jempol tetap ibu jari, senantiasa membawa arti kebajikan dan rendah hati.
Karena ibu jari adalah isyarat diri. Tinggi rendahnya bergantung suasana hati. Mengangkat jempol ke atas dapat menjadi simbol penghormatan kepada ibu kandung. Ibu yang mengandung kita selama 9 bulan 10 hari dan tanah air tempat berpijak, ibu Pertiwi. Begitu juga sebaliknya.
Telunjuk memang berfungsi untuk menunjukkan arah. Ia mengarahkan jalan kebaikan atau keburukan. Baik atau buruk juga relatif. Tapi ada ukuran baju yang berlaku sepanjang waktu yaitu kalbu. Akal pikiran kita boleh jadi akan berseberangan dengan suara kalbu saat menimbang yang baik atau buruk. Baik menurut akal, boleh jadi buruk untuk suara kalbu.
Di sini, kecerdasan spiritual kita diuji. Jadi, berhati-hatilah memilih telunjuk sebagai penunjuk arah. Karena, secara faktual, satu jari telunjuk ke depan yang lain mengarah ke diri penujuknya.
Selamat berakhir pekan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H